"Tidak."
Shoyo menolak melepaskan pelukannya pada matsukawa, ia takut jika ia melepaskannya maka ia akan langsung diterkam oleh orang-orang Matsukawa.
Tubuh polos karena usia muda dan terawarnya terpampang nyata, membuat sebagian pria memulai fantasi liarnya, Matsukawa tersenyum miring. Melihat reaksi Shoyo membuatnya begitu senang. Tentus saja, kapanlagi si kecil ini mau mendekap erat dirinya.
Shoyo memohon, merintih dan meminta agar dia dibebaskan. Setiap saat. Namun, keadaan berbalik. Tidak lagi minta dibebaskan namun perlindungan dengan bayaran paling mahal sedunia.
"Issei, tolong. Jangan biarkan mereka menyetuhku... Ti-tidak mauu.. " Suara Shoyo tercekat, beradadi leher Matsukawa membuat pria itu merasa geli.
"Kenapa aku harus menuruti permintaanku? "
Terdengar isakan pilu. Matsukawa sabar menunggu.
"Karena, kar-na... Aku..." Kata selanjutnya terdengar pelan. Bisikan pilu.
Senyum mengembang. Kedua pipi Matsukawa memerah sempurna. "Kau berjanji? "
Shoyo mengangguk kecil. Matskawa mengusak rambut si kecil, dan mencium keningnya dengan manis. "Kalau begitu katakan sekali lagi dan tunjukan padaku. "
Isakan tangis adalah jawaban. Tapi Matsukawa sabar menunggu, dan Shoyo tau Matsukawa bukan orang yang rela menghabiskan waktu dengan sia-sia. Apa yang dia inginkan harus segera menjadi miliknya. Seperti dirinya yang sangat didambakan.
"Aku... Aku mau Matsukawa... "
"Lalu."
"Aku akan me-"
"Oh ayolah! Ini terlalu lama, tidak seperti yang kau janjikan! " Para pria yang ia bawa tidak sabar. Salaj satu dari mereka menyela.
Tatapan mata keji itu muncul kembali. Menatao ke yang berbicara, terlihat tajam dan menusuk.
"Kau diam. "
"Tidak sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan! "
"Ku bilang diam. Kau mengganggu istriku bicara. "
"Istri? Kau mengkhayal. Jelas-jelas kau akan melemparkannya pada kami, memper-"
Dor
Peluru besi menembus di bahu si pembicara. Teriakan mengudara, tiga pria lain shock. Darah menetes. Membuat lantai kotor.
"Aku masih berbaik hati dengan tidak menembak mulut busukmu, bawa dia pergi keluar. Aku tidak membutuhkan kalian. "
Perintah langsung ditanggapi. Beberapa penjaga langsung membawanya pergi. Meninggalkan mereka berdua untuk kembali berbicara.
Matsukawa menyadari, bahwa sejak ia menembak pria tadi, sikecil dalam pelukannya sudah gemetar hebat, di tambah tubuh polos tanpa balutan kain sedikitpun. Pahanya juga masih basah. Mengotori setelan jas yang di pakai Matsukawa.
"Nah, cantik. Jangan takut. Aku tak akan pernah melakukan hal itu padamu meski kau memotongku bicara. Jadi, tunjukan wajahmu padaku dan ucapkan apa yang kau janjikan. "
Perlahan Shoyo melepaskan pelukan itu. Tangannya turun di bahu Matsukawa. Bekas air mata masih terlihat jelas dipipi. Hidung dan bibirnya sama-sama merah. Kerutan tangis tercipta didahi, dengan lembut pria itu mengusap dahinya dengan ibu jari agar kerutan itu hilang. Serta merapikan anak rambut di tempat yang sama.
"Aku... Mau punya bayi...denhan Issei. Ak-u mhauuuu, ta-phi twidak mhau di swentuh hiks... Yanng lain. Issesaja yang swentuhuhu... "
Kali ini senyum Matsukawa mengembang sempurna layaknya bunga higanbana yang bermekaran dibulan september.
"Baikalah cantik mari kita buat bayi yang banyak ya. " Matsukawa mencium pipi Shoyo dengan khidmat. Yang dicium kembali menangis. Dalam diam.
***
Dikit aja ya, sorry banyak typo. Nanti benerinya. Aku malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
Short StoryIni cerita cuma oneshoot atau twoshoot? Yang pasti, cerita ini cuma aku buat pas lagi ada ide. Atau kalau aku kepikiran cerita-cerita. Dan semuanya aku tumpukin disini. Pair : mxm, bxb, fem.Shoyoxharem. Semua chara punya Haruichi Furudate Sensei. A...