Jaemin meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena seharian tubuh dan matanya hanya berfokus pada buku pelajaran.
"Plis, kenapa belnya lama banget ya. Padahal ini udah lewat dua detik."gerutu Renjun yang duduk di sebelah Jaemin
"Bentar lagi palingan."sahut Jaemin
KRINGGGGGGGG
Tepat setelah Jaemin menyahuti ucapan Renjun, kini bel kematian telah berbunyi.
"Yes yes yes, libur tlah tiba."ucap Renjun sembari memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas
"Emang besok libur?"tanya Jaemin
Renjun menggeleng, "Lima bulan lagi, Jaem."sahutnya
Mau mukul, tapi cakep.
"Ayo pulang, Jaem!"ucap Renjun yang sudah siap dengan tasnya
"Duluan aja. Gue lagi nunggu temen."sahut Jaemin
"Oke, Injun duluan ya. Byee Jaemin!"ucap Renjun sembari melenggang pergi
Sepeninggal Renjun, pria dengan bulu mata lentik itu berlalu dari dalam kelas. Ia berjalan ke arah kelas Jeno.
"Jangan-jangan Nono lupa ngajak gue pulang."gumamnya sembari terus berjalan melintasi lorong yang lumayan sepi
"Ahh..."
Jaemin mendelik dikala mendengar suara lucknut itu.
"Oh, mungkin orang kejepit pint—"
"Shh yeshhh deeper babyhh."
Jaemin menganga. Otaknya sudah tak bisa untuk diajak berfikir positif. Ia berjalan perlahan menelusuri setiap ruangan yang ia lewati.
Matanya membulat, kedua tangannya reflek menutup bibirnya yang sudah tidak bisa di kondisikan lagi.
"J-jeno.."gumam Jaemin
Jaemin syok setengah mati. Di hadapannya, kini ada seorang gadis yang tengah terduduk di atas meja dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Di hadapan gadis itu ada seorang laki-laki yang sibuk membasahi leher gadis itu dengan bibirnya.
Jaemin bisa tahu itu adalah sosok Jeno karena jaket dan tas Jeno yang berada tepat di bangku yang di duduki oleh perempuan itu.
Tanpa berfikir panjang, Jaemin pun lantas berlari meninggalkan ruangan beserta kedua sejoli yang sedang dalam proses membuat bayi itu.
BRAKKK!!
"Jancok!"pekik Jaemin tertahan sembari memegangi lututnya yang tertabrak ujung meja
Sumpah, rasanya seperti anda menjadi ironman.
"JAEMIN!"panggil Jeno sembari berlari menghampiri Jaemin yang sudah seperti cacing pargoy
Mendengar panggilan Jeno, Jaemin segera menghapus air matanya yang sedari tadi sudah membanjir.
"Kaki lo ken—Na? Lo nangis?"tanya Jeno yang menyadari mata sembab nan wajah basah pria manis itu
Jaemin menggeleng sembari menepis tangan Jeno yang bertengger di pundaknya.
"Jenoooo!"panggil seorang gadis dari arah kelas yang sudah kosong
Jeno menatap Jaemin dengan wajah terkejut.
"N-na, sumpah dia cuma tem—"
"Gue pulang sendiri aja, Jen."sela Jaemin sembari pergi meninggalkan Jeno yang masih mematung
"Na, dengerin gue du—"
"Iya, gue udah denger. Shhh yes deeper baby."sela Jaemin sembari terus berjalan tanpa menoleh ke arah Jeno
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Red Lines
Historia Corta"Jen, gue hamil." warning‼️ - bxb - mpreg - harsh words - 18+ - bahasa nonbaku - ga suka? minggat.