Two Red Lines▫️07

947 62 1
                                    

Sama halnya seperti kemarin, Jaemin bangun pukul lima pagi. Kemudian ia berlanjut ke ritual mandi kembang tujuh rupanya, dan sarapan. Hari ini ia memilih untuk naik ojek saja. Ia tak ingin berangkat bersama dengan Jeno.

Setelah selesai dengan memasang sepatunya, Jaemin segera keluar dari dalam aprtmen.

"Hm semua udah kebawa kan? sudah."gumamnya sembari mengunci pintu apartmennya

Setelah meletakkan kunci pintu apartmennya di dalam tas, kini Jaemin melangkah keluar dari apartmen karena abang ojek sudah menunggu di depan.

"Eh Nana!"panggilan kematian itu terdengar di telinga Jaemin

Jaemin tak menoleh dan segera mempercepat langkahnya menuju lift. Sesampainya di lift, Jaemin dengan cepat menekan tombol untuk turun. Niatnya sih agar dirinya tak se-lift dengan Jeno. Eh rupanya nasib berkata lain, mereka malah masuk di lift yang sama.

"Lo kok gak tunggu gue?"tanya Jeno sembari menatap Jaemin yang sibuk dengan ponselnya

"Gue berangkat bareng ojek."sahut Jaemin dingin tanpa menoleh ke arah Jeno

Jeno menautkan alisnya, "Kan lo sama gue."ucapnya

"Gue naik ojek. Lo sendiri aja."sahut Jaemin

"Na, gue minta maaf."ucap Jeno sembari menarik lengan Jaemin untuk mendekat dengannya

"Ck, lepasin anjing!"sarkas Jaemin sembari menarik tangannya dari cekalan Jeno

Namun, Jeno malah mendorong Jaemin hingga tubuh kecil itu tersudut di dinding lift. Jeno mengunci pergerakan Jaemin dengan kedua lengan kekarnya.

"Gue udah minta maaf."ucap Jeno sembari menatap manik Jaemin lekat-lekat

"Jen, lepasin gue."ucap Jaemin sembari mendorong tubuh Jeno

"Gak, sebelum lo maafin gue."sahut Jeno

"Lo demen banget sih maksa-maksa?! Biar apa? Keren lo begitu?!"kesal Jaemin dengan nafasnya yang sudah naik turun tak teratur

"Sekali gue bilang gak, ya enggak!"ucap Jaemin di depan wajah Jeno

Jeno terdiam. Nananya berubah.

"Lo berubah tau ga?"ucap Jeno

"Tau, gue tau itu. Dan itu semua terjadi karena siapa? Ya karena lo!"sahut Jaemin sembari mengusap air matanya yang sudah menetes entah sejak kapan

Cup

Jaemin membelalakkan kedua matanya dikala Jeno mendaratkan bibir tebalnya di atas bibir tipisnya. Kedua tangan Jeno meremat kuat pinggang Jaemin yang sangat pas di tangan besarnya itu.

Hampir satu menit, akhirnya Jeno melepaskan tautan mereka dan mengecup singkat kening Jaemin.

TING!

Tepat setelah Jeno melepas tautan mereka, pintu lift langsung terbuka dan menampilkan banyak penghuni apartmen yang sedang menanti untuk memasuki lift.

Tanpa fikir panjang, Jaemin langsung keluar dari lift dan berlari menuju abang ojek tercintahhh. Kejadian yang baru saja terjadi antara dirinya dan Jeno benar-benar tak masuk akal baginya.

—OoO—

"Jaemin Jaemin, kamu udah nonton Barbie in the 12 Dancing Queens belum? Yang putrinya marah dan melarang setiap kegiatan menari di istana karena raja menghendaki sang putri untuk belajar sopan santun itu?"tanya Renjun yang baru saja datang

"Hmm yang itu gue belum sempet nonton sih, tapi CD nya udah ada dirumah."sahut Jaemin

"Wahh iyakah?"tanya Renjun excited

Jaemin mengangguk, "Besok kita nonton bareng."ucapnya dan diangguki oleh Renjun

"Shtt shtt, heh anak baru."panggil seorang siswa dari ambang pintu kelas

Jaemin menoleh ke arah pria dengan tindik di telinga kanannya itu.

"Lo dicari kak Jeno."ucapnya sebelum menghilang begitu saja bagaikan ditelan megalodon

"Sana, dicariin kak ketos tuh."ucap Renjun

Mau tak mau Jaemin akhirnya keluar kelas untuk menghampiri Jeno.

"Apa?"tanya Jaemin judes kek dagang rujak depan rumah author

Jeno yang tadinya bersandar pada pilar lantas menoleh menatap Jaemin.

"Buat lo."ucap Jeno sembari menyodorkan totebag merah untuk Jaemin

"Atas dasar?"tanya Jaemin

"Gapapa, gue takut lo kelaperan karena ga sempet makan. Secara, lo itu anaknya mageran ke kantin."ucap Jeno

"Sok tahu. Tapi dari pada mubazir."sahut Jaemin sembari menerima totebag tersebut dari Jeno

"Mau lagi dong."ucap Jeno tiba-tiba

Jaemin menaikkan alisnya bingung.

"Apa?"tanya Jaemin

"Kaya di lift."sahut Jeno dengan cengirannya

PLAKK!!

"WADOH!!"pekik Jeno sembari memegangi pipinya yang habis di tampol oleh Jaemin

"Jangan ngadi-ngadi ya. Ini masih di sekolah."kesal Jaemin

"Berarti kalo di apartmen boleh dong?"tanya Jeno dengan alis yang di naik turunkan

"Gue sembelih lo, asli."ancam Jaemin

"Bercanda sayang."ucap Jeno sembari terkekeh melihat raut wajah Jaemin yang kentara ketar ketirnya

Jaemin hanya mencebikkan bibirnya.

"Nanti lo pulangnya harus sama gue. Titik ga pake koma, strip, kurung buka, tutup kurung, tanda tanya, tambah, kali, kurang, undescore, hastag, maupun tanda kutip."ucap Jeno dengan sekali tarikan nafas

Jaemin sampe tercengang mendengar tutur Jeno.

"Gue udah pes—"

"Uninstall aplikasi ojek lo. Ada gue disini yang siap jadi ojek pribadi lo. Jadi, lo ga perlu lagi mesen ojek."ucap Jeno

"Affh iyh?"sahut Jaemin dengan wajahnya yang amat menjengkelkan

"Muka lo ngeselin banget anjir. Gue cium nih lama-lama."kesal Jeno sembari mencubit pipi chubby Jaemin

"Dih, ga nyambung babi!"sarkas Jaemin sembari menggaplok kepala Jeno

"Udah ah, sana balik ke kelas. Belajar yang bener ya my baby bunny bunnyku."ucap Jeno sembari mencium telapak tangannya sendiri, kemudian menempelkan telapak tangannya itu ke bibir Jaemin

"Ish, bau jigong."ucap Jaemin sembari mengusap bibirnya

Padahal wangi listerine.

Kan harus stay cool bray.

"Ih ngawur, gue udah pake pewangi mulut ya. Jangan ngadi-ngadi lo."bantah Jeno

"Udah, sana pergi hush hush."usir Jaemin sembari mendorong Jeno agar kembali ke alamnya

"Jangan lupa dimakan jajan sama susunya ya cantik."ucap Jeno sembari melambaikan tangannya ketika sudah cukup jauh dengan Jaemin

Jaemin baper? Oh ya jelas dong. Tapi dia harus tetap stay cool dan jual mahal di depan si Jeno.

TBC

Two Red LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang