Assalamualaikum semua!!
Alhamdulillah akhirnya ditengah gempuran tugas kelas 12 yg lagi banyak2nya aku bisa update lagi❤
Sebelum baca jangan lupa vote ya dan tinggalkan komen kalian dipart ini😜
HAPPY READING
•
•
•“Lo berangkat bareng gue berarti pulangnya bareng gue juga dong Za.”
“Enggak. Gue pulang sendiri.”
“Lo harus nurut sama ucapan Babu lo!”
Moza yang bersedekap dada mendelik sinis mendengar perkataan Alfan barusan. “Yang ada Babu nurut sama Majikannya. Bangsung emang lo!”
“Suka-suka gue!”
“Dasar stres!”
Farrel yang duduk diatas motor dengan gaya cool nya itu melihat perdebatan antara keduanya menggeleng heran. Benar-benar banyak tingkah, menurutnya. Untung saja kini parkiran sekolah sudah sepi.
“Udah sih Za, ikutin aja apa kata cowok lo.” ujar Farrel langsung.
“SEMBARANGAN YA LO!! DIA BUKAN COWOK GUE!!” Moza melotot tidak terima.
Berbeda dengan Alfan yang kini menyugarkan rambutnya, narsis. “Bisa lah kapan-kapan.” katanya menggoda Moza.
“Ogah! Mimpi kali lo.” muak dengan Alfan, Moza yang hendak pergi dari kedua seniornya ini namun pergerakannya kalah cepat dengan Alfan yang langsung menahannya.
“Eits, mau kemana lo? Pulang? Ayo bareng gue.”
Moza menyentak tangan Alfan yang memegang pergelangannya. “Gue kan udah bilang. Gue pulang sendiri. Lo ngerti bahasa manusia gak sih?”
“Ngebet banget pulang sendiri. Mau cari selingkuhan lo?”
“Selingkuhan? Dih, waras lo? Gue aja gak punya pacar.”
“Kan bentar punya.” celutuk Alfan cepat.
“Siapa?”
“Gue.”
Keadaan hening seketika.
“Gila. Emang stres lo jadi orang!” semprot Moza tidak tahan. “Gue pulang sendiri. Ada kursus Karate.”
Alfan maupun Farrel membelabak matanya kaget. Karate?!
“Lo ikut karate Za?” tanya Farrel.
“Iya. Malah gue udah sabuk hitam.” Moza berucap sombong.
Alfan meneguk ludahnya kasar. Apalagi ini? Selain jago bermain basket dan mengalahkannya kini adik kelasnya juga mengikuti karate dengan sabuk hitam?
Gila! Benar-benar gila!
Moza menyeringai menatap Alfan. “Lo babu! Kalau lo gak ngikutin apa kata gue, gue tendang aset lo.”
“Enggak! Enak aja lo.”
“Bagus. Jadi sekarang lo jangan maksa gue pulang sama lo.” katanya sebelum melengos pergi meninggalkan kedua cowok yang terdiam.
“Fan?”
Alfan menatap Farrel. “Dia emang rada aneh. Cewek langka.”
Tertawa keras, Farrel menepuk punggung temannya tidak habis pikir.
“Lo rela jadi babu dia, bukan karena lo tertarik kan sama Moza?”
...
“Alfan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA BERBEDA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Percaya atau tidak cinta itu tumbuh tanpa kita tahu. Entah kapan rasa itu datang, Alfan pun tidak tahu. Karena setiap melihat gadis yang slalu dia jahili dadanya berdetak tidak karuan. Tapi siapa sangka jika laki laki...