HAPPY READING
•
•
•“Saya tidak mau melihat wajah kamu lagi.”
Deg!
Kalimat itu menampar dirinya. Laki-laki dengan hodie hitam yang melekat ditubuhnya itu terduduk dilantai dengan mata yang memerah.
“Om?”
“Om kecewa sama kamu Helgaza.” Damar menatap kearah lain tanpa ingin melihat keponakannya sendiri. Seminggu setelah mendengar kabar dari Rendra yang mengatakan jika laki-laki itu mengungkapkan cintanya pada sang anak, membuat pria gagah itu langsung pulng dari perjalanan bisnisnya.
“Sudah Om bilang setahun yang lalu sama kamu. Jangan pernah bertemu lagi dengan Moza. Apalagi sampai mengungkapkan cinta yang tidak seharusnya. Kalian itu sepupuan.”
Damar merasa gagal menjadi Ayah. Sedari kecil, Moza selalu dia titipkan dirumah Tantenya atau lebih tepatnya Mamah Helgaza. Mereka bermain bahkan dekat sampai tidak bisa dipisahkan. Dan pria itu baru menyadari saat keduanya berada di bangku sekolah putih biru. Helgaza menyimpan rasa pada anak gadisnya.
“Mulai sekarang jangan pernah menampakan diri kamu di depan anak saya lagi.”
Helgaza yang tadi menunduk kini mendongak. “Om. Gak bisa gitu dong.”
“Kenapa? Kamu nolak? Gak malu setelah kamu mengungkapkan semuanya?”
“Saya tau. Saya tau saya salah. Tapi saya mohon Om, jangan suruh saya menjauh dari Moza. Saya gak bisa.” suara lirihan itu mengusik Damar menjadi rasa iba.
Damar lalu menyuruh keponakannya berdiri. Tangannya memegang bahu Helgaza dengan mata yang menyorot tajam. “Gini. Kamu sayang sama Moza?”
Dengan cepat Helgaza mengangguk cepat. Tentu saja dia menyayangi gadis itu.
“Ikhlasin Moza dan Om gak akan nyuruh kamu pergi dari kehidupan Moza.”
Dahi Helgaza mengernyit. “Maksudnya?”
“Om yakin kamu tau apa maksud Om.” Damar memandang Helgaza serius. “Banyak perempuan lain. Bahkan lebih cantik atau baik dibandingkan Moza. Carilah dan buang perasaan kamu ke anak saya sejauh-jauhnya.”
“Tapi—”
“Helga.”
Helgaza terdiam dengan pikiran berkecamuk. Membuang jauh-jauh perasaannya? Dia rasa mungkin akan sulit melakukannya.
Menghela nafas pelan cowok itu akhirnya mengangguk pelan. Iya, dia harus mencobanya. Bukan hanya Moza yang ada di dunia ini. Banyak cewek cantik yang mungkin lebih baik dari dia.
“Saya coba Om.”
Damar menepuk punggung ponakannya bangga. “Maafkan Om yang selama ini terlalu kasar ke kamu.”
“Maafin Helga juga.”
“Dan juga Om mau kasih tau kamu kalau sebenarnya Moza akan Om jodohkan.”
Mata Helgaza terbelabak. “A—apa? Om serius?”
“Iya. Kenapa, ada yang salah?”
Helgaza beruasaha menampilkan senyumnya walau hatinya sedikit sakit. “Enggak. Sama siapa Om?”
“Narendra. Om akan menjodohkan Moza dengan dia.”
...
Moza berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Dirinya kembali mendapatkan kabar jika Kayla, teman sebangku sekaligus sahabatnya itu kembali kambuh penyakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA BERBEDA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Percaya atau tidak cinta itu tumbuh tanpa kita tahu. Entah kapan rasa itu datang, Alfan pun tidak tahu. Karena setiap melihat gadis yang slalu dia jahili dadanya berdetak tidak karuan. Tapi siapa sangka jika laki laki...