13. Ternyata Berbeda

33 6 16
                                    

Alhamdulillah akhirnya update lagii, yeay!!!

Aku pastiin setiap minggunya akan aku up 2 atau 3 chapter guys! Kalau gak sibuk 3 atau mungkin lebih tpi kalau sibuk mungkin 1 aja...

HAPPY READING

“Pemain basket—”

“—Atau psikologi?”

Mengulang-ulang kalimat tersebut tidak membuat Alfan jengah. Cowok itu justru tengah berfikir dengan dahi mengkerut. Tangannya terus memutar-mutar bolpain.

“Kalau pemain basket, itu udah jadi cita-cita gue dari kecil. Tapi kalau Psikologi—”

Alfan kembali berpikir. Suasana ditaman belakang sekolah memang membuatnya tenang. Hanya beberapa murid saja yang berlalu lalang.

“—Kalau psikologi gue gak mau. Tapi kalau nolak permintaan Mamih, gue dosa dong.”

“Aish!” kesal sendiri, cowok itu mengacak-ngacak rambutnya asal hingga membuatnya berantakan.

Mengatur nafasnya sesaat, matanya melirik bekal makan dari Moza yang memang dia simpan di sebelahnya. Seulas senyum seketika terbit.

“Tumben banget.”

Saat membukanya, dia menemukan secarik kertas disana. Dengan penasaran yang tinggi, Alfan membacanya dengan seksama.

Halo kakak kelas ngeselin...

Terimakasih sudah menjadi babu gue yang nurut plus ngeselin. Terimakasih untuk seminggunya ya :) ini harusnya jadi hari terakhir kita dan gue mau nyuruh-nyuruh lo terakhir kali. Tapi sayangnya gue gak bisa. Hari ini gue gak sekolah karena sakit. Dan sebagai ucapan terimakasih, gue kasih lo bekal spesial. Gue buatnya shubuh loh ini. Jngan sampai gk dimakan kalau gak mau liat gue nangis.

Salam dari
Moza si cantik jelita.

“Dih, narsis!” celutuk Alfan tanpa sadar setelah membaca sampai akhir. Bibirnya berkedut tidak bisa menahan senyum.

Bekal spesial, katanya?

Aish, Alfan merasa dibuat terbang oleh kata-kata sederhana itu.

Karena penampilan bekalnya yang menggiurkan, membuat Alfan tidak tahan untuk menyantap langsung.

“Enak.” satu kata yang keluar dari mulutnya setelah mencicipi satu sendok.

“Gue kira dia gak bisa masak karena sikapnya yang tomboi.” kekehnya kembali melahap.

Asik memakan sampai Alfan mengalihkan tatapannya pada ponsel ketika sebuah notip tertera disana.

Pesan dari Moza langsung terlihat dilayar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KITA BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang