HAPPY READING
•
•
•“Kemarin berangkat sama Kak Alfan. Sekarang kok enggak? Kenapa?”
“Kepo lo.”
“Ish, aku kan mau tau.” Kayla yang duduk disamping Moza memberenght kesal.
Moza melirik sekilas temannya yang cemburu. Gadis tomboi itu terkekeh pelan. “Dih, ngambekan. Kayak bocah.” ejeknya jenaka. Seketika Kayla dibuat melotot karenanya.
“Aku bukan bocah! Aku gak ngambek tuh!” sangkalnya garang.
“Masa? Buktinya cemberut tuh.”
Mereka berdua sepertinya asik pada dunianya sendiri sampai tidak menyadari jika semua murud di kelas menatap kearah mereka. Bahkan, Bu Ani—guru Fisika yang terkenal killer itu sudah menatap horor keduanya.
“MOZA, KAYLA!!”
Brakk!!
Suara gebrakan membuat satu kelas terkesiap. Tidak terkecuali Moza dan Kayla yang sudah dibuat ketar-ketir sendiri.
Bu Ani melangkah ketempat meja mereka dengan tatapan tajamnya juga ditangannya yang slalu menbawa penggaris.
“Saya sudah bilang saat awal masuk, tidak ada yang boleh mengobrol didalam kelas ketika saya sedang menjelaskan materi! Tapi—”
Wanita berkaca mata itu menatap kedua muridnya secara bergantian.
Brakk!!
“Kalian berdua melanggar aturan saya!”
Kayla susah memejamkan matanya takut-takut. Berbeda dengan Moza yang terlihat tenang walau dalam hati juga ketar-ketir.
“Maaf Ibu. Kami berdua ngaku salah. Kami janji gak akan ngulangin lagi.” ucap Moza sopan.
“Ibu maafkan. Tapi setiap yang bersalah akan kena hukuman. Dan kalian ibu minta keluar dari kelas dan hormat pada bendera sampai bel istirahat berbunyi! Nanti bakal Ibu minta ketua Osis yang akan mengawasi kalian!”
Mata gadis tomboi itu membola. Sampai bel istirahat?! Yang benar saja mereka harus berdiri di siang bolong ini selama 2 jam lamanya.
“Bu, sama minta negoisasi dong. Masa iya berdiri sampai 2 jam. 1 jam aja ya Bu?” pintanya memohon.
Kayla bahkan semua murid dibuat kaget dengan permintaan Moza. Memang benar-benar berbeda gadis tomboi ini. Tidak ada takutnya sama sekali sama guru apalagi Bu Ani yang killer itu.
“MOZA!!!”
“Iya. Ibu ACC permintaan saya kan? Hukumannya jadi 1 jam kan Bu?”
Kayla menepuk jidat. Lebih baik dia menarik Moza lebih dulu ke lapangan sebelum—
“KELUAR KAMU!! HUKUMAN IBU TAMBAH JADI 2 JAM SETENGAH!!”
Nah, kan.
...
“Ah, kenapa harus ada lo sih Kak? Makin panas kan jadinya!”
“Lah, kenapa jadi salah gue? Emang cuacanya aja yang lagi panas, bodoh!”
“Dih, yaiyalah! Dekat lo makin panas karena hawa lo suram banyak setannya!”
“Sialan lo!”
Alan, si ketua Osis yang berada dipinggir lapangan menatap malas kearah 3 orang yang berdiri di tengah lapangan. Ah, tidak. Lebih tepatnya kearah 2 orang yang sedang berdebat entah permasalahan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA BERBEDA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Percaya atau tidak cinta itu tumbuh tanpa kita tahu. Entah kapan rasa itu datang, Alfan pun tidak tahu. Karena setiap melihat gadis yang slalu dia jahili dadanya berdetak tidak karuan. Tapi siapa sangka jika laki laki...