28. Ujian Sekolah

8 1 0
                                    

Sebelumnya aku mau ngucapin minal aidzin wal faidzin dulu ke kalian.. Maafin aku kalau ada salah yaa teman2

HAPPY READING


“Jadi apa yang lo mau bicarain?”

Sepulang dari jam tambahan yang diadakan sekolah, Alfan segera bergegas menemui Helgaza sesuai obrolan chat mereka kemarin.

Helgaza yang memang sudah ada disana terlebih dahulu dan memesan minuman menyuruh Alfan segera duduk.

“Gak perlu basa-basi, gue sama Moza sepupuan.” ujar Helgaza langsung dengan cepat.

Alfan terkesiap sebelum akhirnya terkekeh menambah kebingungan Helgaza. “Kenapa ketawa? Lo gak kaget?”

“Kaget sih. Tapi sebelumnya gue udah tau lebih dahulu.”

“Hah?”

“Mingkem!”  Alfan maju meraup wajah Helgaza yang terngaga. “Lalat masuk baru tau rasa lo.”

“Lo udah tau?” tidak mengubris ucapan Alfan barusan, Helgaza bertanya lain.

“Iya.”

“Dari siapa? Gak mungkin dari Moza sendirikan?”

“Emang bukan. Yang pasti dari Rendra. Lo pasti tau karena dia teman kecil Moza.”

Helgaza mengangguk membenarkan.

“Gue juga mau minta maaf sama lo Kak.”

Dahi Alfan langsung mengkerut mendengarnya. “Maaf? Maaf soal apa?”

Sebelum menjelaskan, lebih dahulu Helgaza menghirup udara dan membuangnya secara perlahan. Jika nantinya Alfan marah, dia siap menanggungnya.

“Sebelumnya waktu Moza dikejar preman, mereka suruhan gue.”

“Prrrfftt!” Alfan yang baru minum menyemburkan airnya hingga mengenai Helgaza. Jelas dia kaget mendengarnya.

“Apa?!”

Helgaza mengangguk. “Iya. Gue yang nyuruh preman itu buat nangkap dia terus dibawa kehadapan gue.”

“Lo gila?! Moza sepupu lo dan lo berani berbuat itu ke dia?!” Alfan menggeleng tidak percaya. Untung saja meja mereka berada di ujung sudut dan terhindar dari banyak orang sehingga suara keras Alfan tidak mengganggu orang-orang sekitar.

“Iya gue gila. Gue ngelakuin itu karena gue suka sama dia.”

Alfan membeku. Matanya terbelabak tidak percaya dan tidak tahu harus bereaksi apa.

“LO—”

“Tapi itu kemarin. Sekarang gue mau coba hilangkan perasaan itu.” potong Helgaza sebelum Alfan berbicara.

Alfan menghela nafas kasar. Cowok itu mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Dugaannya benar, ternyata Helgaza menyimpan rasa pada Moza.

“Bagus deh.”

Helgaza mengulum senyum. “Lo cemburu Kak? Ah, iya dong pastinya. Lo kan suka sama dia.”

“Heh? Tau dari mana lo?”

“Kepo.”

“Sialan!”

Helgaza tertawa. Nyatanya Alfan tidak seperti yang dibayangkannya. Cowok itu benar-benar asik jika diajak ngobrol.

“Ada satu lagi yang mau gue omongin.” setelah hening beberapa menit diantara mereka, Helgaza kembali berucap membuat Alfan yang sedari tadi menatap jendela kaca kembali memusatkannya pada cowok itu.

KITA BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang