01

929 72 1
                                    

– Macau POV –

keponakan kecil ku, Venice, memakan buah semangka dengan wajah gembira. sementara aku memakan roti selai coklat sebagai sarapanku.

phi Vegas, kakakku, turun dari lantai 2 dan langsung menghampiri kami untuk sarapan bersama.

phi Vegas duduk disebelah Venice.

"Venice hanya makan ini? tidak mau roti?" phi Vegas mencoba memberikan roti ke Venice namun Venice langsung menolak "tidak mau" kata Venice singkat.

Venice sudah berusia 4 tahun lebih tapi dia sangat jarang berbicara, dia benar-benar bicara saat harus saja. kami sudah membawanya ke dokter dan tidak ada masalah. mungkin dia memang tidak mau bicara.

"Venice, hari ini Venice belajar ditemani bibi May ya? daddy dan paman Macau harus pergi, oke?"

"iya dad." Venice menjawab phi Vegas, daddynya.

"daddy mungkin akan pulang malam, kalau saat daddy pulang dan Venice belum tidur nanti daddy bacakan buku, oke?"

"iya!" Venice menjawab dengan semangat mendengar penawaran phi Vegas.

Nop datang ke ruang makan, membungkukkan badannya memberi hormat "tuan Vegas, mobil sudah siap"

"ayo phi, kita harus berangkat sekarang" ajakku, kami harus berangkat sekarang karena ada meeting yang harus kami hadiri bersama main family juga.

phi Vegas mencium kening Venice sebelum pergi dan mengarah ke Nop "pastikan keamanan mansion"

"baik tuan" Nop menjawab.

aku juga mencium Venice sebelum pergi "belajar yang benar." Venice menjawab hanya dengan anggukan kepala.

– Vegas POV –

aku keluar dari mobil saat berhenti tepat di pintu utama mansion. rasa lelah menempel di tubuhku setelah melakukan pekerjaan seharian penuh.

"selamat malam tuan Vegas" Nop menyambut kedatanganku.

"Venice sudah tidur?" aku langsung mencari anakku.

"belum tuan"

"Macau?" tanyaku kembali pada Nop.

"tuan Macau pergi sekitar 1 jam yang lalu"

aku menganggukkan kepalaku lalu langsung menuju ke kamar untuk mandi, membersihkan tubuhku yang cukup kotor karena hari ini aku pergi ke pabrik.

setelah bersih, aku langsung menuju kamar Venice yang ada di sebelah kamarku.

saat aku masuk, Venice sedang berdiri di depan rak buku setinggi tubuhnya.

"selamat malam tuan Vegas" bibi May, pengasuh Venice, menyapaku.

"bagaimana kelas Venice hari ini?"

"tuan Venice mengikuti kelas yang baik"

"baiklah, biarkan aku yang mengurusnya" lalu bibi May keluar dari kamar Venice.

aku mendekati Venice yang sedari tadi tetap fokus ke buku-buku dihadapannya.

"Venice?"

Venice tidak menanggapiku, sangat jarang Venice menanggapi jika orang lain hanya memanggil namanya.

"Venice sedang apa?"

setelah itu barulah Venice menoleh ke arahku dan tersenyum "sedang memilih buku dad. daddy bacakan untukku."

lalu Venice menarik salah satu buku nya dan mendekat ke arahku.

Venice duduk bersilah di hadapanku dan memberikan bukunya kepadaku "ayo bacakan dad"

aku tersenyum melihatnya "Venice mau baca disini? tidak mau sambil tiduran diatas ranjang?"

Venice menggeleng "aku mau bersama daddy"

"oke, kemarilah" aku menepuk-nepuk paha ku memberitahu Venice agar duduk di pangkuanku.

Venice berpindah dan aku mulai membacakan buku cerita pilihannya.

sesekali aku menirukan suara hewan yang disebutkan dalam buku cerita itu. suara renyah tawa Venice juga beberapa kali terdengar. suara tawa yang menjadi salah satu alasan aku bertahan sejauh ini.

"ceritanya sudah selesai Venice, sekarang tidur oke?" kataku saat buku cerita Venice sudah di halaman terakhir.

"aku mau satu buku lagi"

aku tersenyum menggeleng "no, sekarang sudah jam 11, kau harus tidur"

"oke" kata Venice lalu dia langsung naik ke atas ranjang, sementara aku membereskan sedikit buku-buku Venice lalu menuju ranjang kecil Venice.

"sekarang tidur oke?" aku merapikan selimut yang menutupi tubuh Venice.

"daddy akan keluar sekarang jadi Venice harus langsung tidur"

"oke" kata Venice lalu menutup matanya.

aku menghidupkan lampu tidur lalu mematikan lampu utama kamar Venice lalu keluar dan kembali ke kamar ku sendiri.

aku mengambil ponsel yang sengaja ku tinggalkan saat aku ke kamar Venice, wallpaper ponsel memperlihatkan sosok yang selalu kurindukan sedang menggendong Venice yang saat itu baru berusia 1 tahun.

waktu berjalan sangat lambat di dunia ku. karena setiap hari saat membuka mata atau menutup mata untuk mencoba tidur, sosok ini selalu ada dipikiranku. aku merindukannya setiap hari, setiap saat.

dia yang menerimaku dengan semua sisi gelap dalam hidupku, dan membuatku menerima bagaimana diriku dan hidupku berjalan. dia yang selalu menyakinkan ku bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan, yang selalu mendukungku dalam kondisi apapun, cinta di hidupku, Pete.

namun semua itu tidak bertahan lama untukku, Pete diambil dari pelukanku hampir 2 tahun lalu. membuatku runtuh, hancur dan tidak pernah kembali utuh sampai saat ini.

dan Venice lah yang membuatku tetap hidup walaupun dalam keadaan runtuh dan hancur.

karena Venice, nama yang Pete sebut dan titipkan padaku saat dia bahkan sangat sulit untuk bernafas saat itu.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang