06

340 51 3
                                    

aku mengangkat telepon itu dan benar suara Venice terdengar.

"halo daddy?"

"iya ini daddy"

mata Build langsung terbuka saat kalimat itu keluar dari mulutku. sudah kuduga.

"daddy pulang jam berapa?"

"sepertinya akan malam, Venice mau apa?"

"aku mau cake yang biasa daddy beli"

"tuan Venice, aku bisa membelinya untukmu" suara Nop terdengar

"aku tidak mau, aku mau daddy yang belikan."

"oke daddy akan belikan tapi jika Venice sudah mengantuk tidurlah dulu, daddy akan simpan di kulkas, oke?"

"oke"

Build melihat ke arah luar jendela tapi aku yakin dia mendengarkan percakapanku dengan Venice saat ini.

"daddy tutup telponnya ya?"

"iya daddy"

lalu memutus panggilan itu.

Build melihat ke arahku dan tersenyum canggung.

"namanya Venice, dia putraku."

"ah.. kau sudah punya putra?" Build terlihat bertanya sepertinya sekedar basa-basi, tingkah nya juga lucu.

"iya, usianya sudah 4 tahun lebih."

"maaf aku bertanya, kau benar-benar tidak punya pasangan ?" pertanyaan itu keluar dari Build.

"tidak punya tapi pernah, aku sudah 2 tahun sendiri. hanya bersama Venice."

Build hanya menganggukan kepalanya tapi aku bisa rasakan ada lebih banyak hal yang dia ingin tanyakan.

"aku dan pasanganku dulu mengadopsi Venice. pasanganku dulu juga seorang laki-laki" aku menjelaskan ini ke Build.

Build langsung merasa tidak enak "kau tidak perlu menjelaskannya padaku."

"aku hanya ingin memberitaumu." aku juga ingin kau mengenal Venice dan Venice bisa melihatmu.

"bagaimana dengan kau Build? kapan pasangan terakhirmu?" aku bertanya untuk memecah keheningan diantara kami.

"saat kuliah dulu, kami mulai berkencan saat kuliah dan putus saat lulus. dia bilang dia ingin mengejar sekolah dan karir nya lagi di Inggris"

"itu bukan perpisahan yang buruk" komentarku.

"cukup buruk sebenarnya karena ternyata dia tidak pergi ke Inggris dan masih ada disini. bahkan aku pernah melihat dia dan pasangannya."

"oke, itu cukup buruk sepertinya"

-

aku mengantar Build ke dekat galeri, dia menolak untuk diantar ke apartemennya dan ini wajar saja karena kami baru saja kenal.

"apa aku masih boleh menghubungimu setelah ini?" aku khawatir dia akan menjauhi setelah mengetahui aku punya Venice.

"iya tentu saja. aku sedikit kaget dengan yang kau ceritakan tadi tapi kurasa itu tidak buruk." jawaban Build membuatku tenang, bahwa aku masih bisa melihatnya.

"dan Venice, putraku, kau mau bertemu dengannya?"

aku bisa merasakan Build langsung menoleh ke arahku.

"tentu saja, tapi apa dia akan baik-baik saja? maksudku kita baru saja kenal, aku tidak ingin membuat dia bingung"

"dia akan baik-baik saja, aku punya keluarga besar, jadi dia sangat terbiasa dengan kehadiran orang lain."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang