25🌼

0 0 0
                                    

HAII INI CERITA PERTAMA AKUUU✨
TOLONG VOTE DAN KOMEN YAA.
Satu vote dari kalian sangat berharga untuk cerita akuu🥰🥰

HAPPY READING ‼️🌼

Nadin menarik kata-katanya yang ia ucapkan bahwa malam ini malam yang aman dan bahagia.
Kata-kata itu hanya pantas diucapkan saat ia sedang bersama Awrah, tidak dengan keluarganya.

"Papah masuk kamar dulu, cape"
"Mau istirahat" ucap papah segera pergi ke kamarnya

Nadin hanya memberi senyuman nya.

Mereka meninggalkannya sendiri di ruang tamu.
Nadin masih mematung dengan ucapan papahnya, setelah sadar dari lamunannya Nadin segera menghampiri bibi yang berada di meja makan.

"Bi, ini kasih ke tetangga aja"
"Mereka udah pada makan" lanjut Nadin

"Kenapa gak buat besok aja non?" Tanya bibi

"Kalo buat besok udah gak enak bi"

"Kan bisa dipanasin non" ujar bibi

"Udah bi kasih tetangga aja, kasih keluarga nya kak Dion juga ya bi"
"Bilang aja Nadin masak banyak" lanjut nya

"Baik non"

Nadin membantu bibi untuk menempatkan makanan nya.

"Sabar ya non" ujar bibi sambil mengelus punggung Nadin

Nadin yang mendengar itu hanya bisa tersenyum dan menahan air matanya.

"Nadin ke kamar dulu ya bi, masih ada tugas sekolah"

"Iyaa, ini biar bibi yang lanjutin" ujar bibi

Nadin segera meninggalkan dapur dan menuju kamarnya, sampai di dalam kamar ia segera menguncinya.

Kini hanya ia sendiri di kamar, dan bebas melakukan apapun.
Ia menangis dengan rasa sakit hati dan kecewanya.

Karna menangis Nadin tidak bisa mengontrol diri nya untuk menahan sesuatu yang buruk.
Setiap menangis ataupun kecewa ia selalu melakukan hal buruk pada dirinya sampai terluka bahkan tidak hanya satu luka, ia tidak peduli dengan luka nya karna dengan itu ia merasa lebih tenang.

Srett. Satu goresan pada lengan atas tangan nya dan mengeluarkan darah segar tidak terlalu banyak.
Shh, lumayan perih yang ia rasakan tapi itu membuat nya candu. Darah itu menetes di lantai kamarnya, ia ambil sedikit darah itu dan digunakan sebagai penanda catatan di lembaran buku dairy.
Selesai menandai itu ia segera mengobati lukanya, dan saat lembaran itu kering Nadin menuliskan sesuatu disana bahwa ia sangat merindukan papah kandung nya.

Nadin melakukan ini karna ia tidak bisa berhenti melakukannya. Atau bisa dibilang sudah kecanduan dengan suatu hal yang dapat melukai tubuh nya.
Sudah cukup lama Nadin seperti ini, dan ia juga sedang berusaha untuk berhenti dengan bantuan seseorang.
Jika memang melakukan yang menyakitkan bisa membuat Nadin tenang, kenapa tidak(?)
Nadin akan terus melakukan apapun yang bisa membuat nya tenang, bahkan nyawa nya sekaligus.
.
.
.

Matahari pun kembali datang dengan sinar yang cukup menerangi kamar yang gelap itu. 
Jam menunjukkan pukul 7 pagi, dimana yang 30 menit lagi bel sekolah akan berbunyi. tanpa terlalu lama Nadin segera siap-siap untuk berangkat ke sekolah, dan langsung segera turun dari kamarnya.

"Non sarapan dulu!" panggil bibi
Nadin menghampiri semua orang yang berada di meja makan.

"Nadin langsung berangkat bi, udah telat" ucap Nadin sambil menuangkan air ke gelas

"bibi siapin bekal ya non?"
"Gak usah bi"

"Nadin berangkat duluan ma... pa.." ucap nya sambil menyalami kedua nya

Setelah keluar dari rumah,  Nadin segera berlari secepat mungkin untuk keluar dari perumahan dan menuju halte bus.
Saat menunggu di halte bus, hampir tidak ada yang berhenti satu pun karna penuh.
Ia sudah sangat panik karna telat, dan memutuskan untuk berjalan menuju sekolah.

Saat di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Revan. 

T-tiinnn

mendengar itu Nadin meminggirkan badan nyaa, dan melihat orang itu.
"Ayoo benn bareng gue" ucap Revan sambil membuka kaca helm nya

"Gak deh" tolak Nadin

"Udah ayo cepetan, keburu di tutup gerbang nyaa"
"I-iya iya" Segera Nadin menaiki motor Revan

"Lo kenapa bisa telat van??? kan lo osis"

"Emang kalo osis gak boleh telat, osis kan juga manusiaa"

"Iyaa, tapi kan osis harus mencontoh kan murid-murid"

"Bawel ih, udah pegangan"
"Gue mau ngebut" lanjut Revan

"IIYAA" teriak Nadin
"PELAN PELAN REVAN!!"
"UDAH TELAT BENNA"
"IH JANGAN PANGGIL BENNA, NAMA GUE NADIN"

Pagi itu dijalan kita saling menjawab dengan teriakan.
Revan semakin mengencangkan gas motor nya, walaupun tetap ngebut gerbang sudah ditutup oleh pak satpam.

HAI GUYS THANK YOU YAA UDAH BACA CERITA AKUUU✨
MAAF YAA KALO ADA TYPO
Maaf part sedikit😭😭

TOLONG VOTE & KOMEN YAA✨
SUNG AJA FOLLOW IG @/vvallatte.wp
❤️❤️❤️

SABENNA (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang