6. Aku Mengkhawatirkan Mu

411 89 25
                                    

Yn lantas tersenyum pada Seokjin sambil mengangguk kecil. "Ya, aku baik-baik saja."

"Benarkah?" Tanya Seokjin, menatap lekat-lekat wajah Yn yang perlahan memucat

Yn tersenyum dan sekali lagi mengangguk kecil. "Tentu saja aku baik-baik saja. Jika aku tak baik, sekarang aku pasti sedang berbaring di rumah dan merengek kesakitan." Jawabnya disertai candaan pada Seokjin

"Tapi kau terlihat pucat, Jung Yn." Ucap Seokjin dengan tatapan khawatir

Alhasil, Yn langsung mengeluarkan cermin dari dalam tasnya dan mulai mengamati wajahnya yang semakin memucat.

Yn pun terdiam. Tak tahu harus membalas dan bereaksi seperti apa. Pantas saja pagi tadi perasaannya tak enak saat keluar dari kediamannya.

"Ayo ke rumah sakit, biar aku antar." Ajak Seokjin yang semakin khawatir melihat wajah pucat Yn di depannya

"Tak perlu. Aku baik-baik saja, Kim Seokjin." Tolak Yn sembari tersenyum tipis pada Seokjin, berharap kekhawatiran lelaki itu perlahan hilang

"Kalau begitu aku ke kelas dulu." Sambung Yn pada Seokjin, kemudian berlalu dari hadapannya

Namun baru 3 langkah Yn menjauh dari Seokjin, gadis itu tiba-tiba saja terjatuh dan tak sadarkan diri hingga membuat Seokjin yang tengah memperhatikan dari belakang sontak berlari ke arahnya dengan panik.

"Jung Yn, sadarlah." Pinta Seokjin sembari berlari menggendong Yn ke rumah sakit kampus

.

Di sisi lain, Jimin yang tengah duduk di seorang diri di meja makan hanya diam sembari menunduk sedih. "Maaf, Jung Yn." Gumamnya, seolah tahu apa yang telah terjadi pada Yn

Flashback

Di alam bawah - tempat orang-orang yang telah mati berkumpul, Jimin duduk diam sembari memikirkan apakah Yn akan menerima lamaran keluarganya atau tidak.

Tak berselang lama, seseorang menghampiri Jimin lalu duduk di sampingnya. "Sedang merindukan keluargamu?" Tanyanya hingga membuat Jimin menoleh ke arahnya dengan cepat

"Aku juga dulu seperti itu. Setiap saat aku selalu merindukan keluargaku. Memikirkan apakah mereka baik-baik saja atau tidak tanpaku." Sambungnya, sedangkan Jimin hanya diam dan kembali menunduk

"Tidak. Aku sekarang sedang memikirkan gadis yang ku sukai di atas sana. Aku berharap ia mau menerima lamaran keluargaku dan dengan begitu aku bisa hidup bersamanya." Jelas Jimin dan seseorang yang duduk di sampingnya hanya terkekeh kecil mendengarnya

"Jadi kau ingin menjalani pernikahan hantu agar bisa bersama pujaan hatimu?" Tanyanya yang lantas dijawab anggukan setuju dari Jimin

Sosok itu lantas tersenyum lalu menepuk bahu Jimin dengan pelan. "Apa kau ingin membunuhnya?"

"Apa? Tentu saja tidak. Aku tak kan mungkin tega melakukan itu padanya. Aku mencintainya, sangat mencintainya." Sahut Jimin sembari berdiri dari duduknya dengan kesal

"Kalau begitu, jangan pernah melakukan pernikahan hantu dengannya jika kau mencintainya." Ucap sosok itu hingga membuat kening Jimin berkerut bingung

"Maksudmu apa?" Tanya Jimin, memandang tajam sosok lelaki yang masih duduk di depannya

Sosok itu tersenyum dan kemudian berdiri, menyetarakan tinggi badannya dengan Jimin. "Kau tahu kenapa pernikahan hantu di larang walau banyak orang melakukannya? Itu karena hubungan yang di awali dengan keburukan akan berakhir dengan keburukan pula." Jelasnya hingga membuat rahang Jimin mengeras - kesal

"Awalnya kalian mungkin bahagia karena dapat hidup bersama, tapi pada akhirnya kau akan menariknya ikut ke duniamu sekarang. Dengan kata lain, kau akan menyerap energi kehidupannya saat bersama dengannya, dan lama-kelamaan dia akan ikut mati bersamamu, sama seperti janji pernikahan yang sehidup semati." Sambungnya dan kali ini Jimin tak lagi kesal, melainkan terkejut setelah mendengarnya

Wedding GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang