13. Yang Kau Inginkan

232 55 10
                                    

"Kau membakarnya karena tak percaya padaku?" Tanya Hoseok, sedangkan Yn masih diam sembari menundukkan kepalanya

Hoseok tersenyum tipis kemudian melepaskan tangannya dari pergelangan tangan gadis itu. "Kau mungkin belum tahu apa yang telah kau lakukan itu, tapi kebodohanmu itu bisa membunuhmu. Apa kau tahu itu?"

"Apa maksudmu?" Tanya Yn sembari mendongak dengan cepat, menatap penuh rasa penasaran pada sosok lelaki di depannya

Hoseok kembali tersenyum tipis sebelum menjawab. "Kau akan mati karena tak percaya denganku. Bukan kah semakin hari kondisimu semakin memburuk? Lama-kelamaan sosok yang mengikutimu itu akan menyerap energimu dan kau akan mati karena dengan bodohnya sudah mempercayainya."

"Apa?" Yn membelalakkan matanya, terkejut mendengar penjelasan lelaki di depannya itu

Jadi benar perasaannya selama ini? Jimin lah penyebab kondisinya memburuk. Tapi kenapa lelaki itu tega melakukan hal ini padanya? Apa dia membencinya karena waktu itu ia sempat menolaknya?

"Jika kau tak percaya, tanyakan saja sendiri." Ucap Hoseok lalu menunjuk sosok Jimin yang berdiri tak jauh di belakang Yn dengan dagunya

Sontak saja Yn pun berbalik ke arah yang di tunjuk Hoseok, dan ia dapat melihat sosok Jimin yang tengah melihat ke arahnya dengan tatapan mata yang tajam. Bukan itu saja, kepulan asap di sekelilingnya semakin banyak hingga mampu menutupi sosoknya itu.

"Tapi percuma saja kau bertanya sekarang. Karena sosoknya bukan lagi yang kau kenal." Sambung Hoseok hingga membuat Yn sontak menoleh ke arahnya

"Maksudmu?" Tanya Yn bingung

Hoseok tersenyum miring lalu mengeluarkan jimat dari saku belakang celananya. Kemudian lelaki itu berlari ke arah Jimin dengan Jimat yang ia ulurkan ke arahnya.

"Karena dia sudah sepenuhnya berubah menjadi roh jahat." Jelas Hoseok setelah gagal melenyapkan sosok Jimin yang tiba-tiba saja menghilang dengan sekejap mata

Yn yang melihat hal itu seketika terjatuh. Terkejut dengan fakta menyeramkan yang baru ia ketahui.

"Yn!." Panggil Seokjin sembari berlari menghampiri Yn yang terduduk jatuh di lantai

Lelaki tampan itu langsung ikut berjongkok di samping Yn dan memegangi wajahnya yang tampak pucat. "Ada apa? Apa kau merasa sakit?" Tanya Seokjin tetapi Yn hanya diam dengan sorot mata yang kosong

Hoseok yang melihat itu lantas mendekat dan berhenti di samping Seokjin. "Kau siapa?" Tanya Seokjin padanya

Hoseok tersenyum lalu menunjukkan jimat yang di pegangnya. "Kau dukun?" Tanya Seokjin dan ia hanya mengangguk menanggapinya

"Sebaiknya kau mengantar gadis itu pulang, karena keadaannya sungguh tak baik-baik saja." Ucap Hoseok sembari menunduk Yn dengan dagunya

.

Seokjin memapah Yn keluar dari rumah sakit, berjalan menuju tempat mobilnya terparkir, kemudian membantu gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

Di sepanjang perjalanan pulang, Yn hanya diam di samping Seokjin. Gadis itu duduk diam sembari melihat jalanan melalui kaca mobil yang sengaja ia turunkan.

"Antar aku pulang ke rumah orang tuaku." Pinta Yn tanpa menoleh sedikitpun ke arah Seokjin

"Baiklah." Balas Seokjin tanpa bertanya lebih jauh pada gadis itu, sebab ia tahu keadaan Yn tak baik-baik saja untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bersarang di kepalanya saat ini

Sejujurnya Seokjin ingin menanyakan alasan Yn terjatuh di rumah sakit tadi, dan apa hubungannya dengan lelaki yang mengaku sebagai dukun itu. Tapi dirinya harus mengurungkan niat tersebut, sebab kondisi Yn tampak terpukul di sampingnya.

Seokjin tak mau menambah beban Yn, sebab ia khawatir kondisi gadis itu semakin memburuk. Apalagi tadi ia baru saja menjalani pemeriksaan dan hasil pemeriksaan tersebut baru akan keluar besok.

.

Sesampainya Yn di rumah orang tuanya, gadis itu langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa ayah dan ibu nya yang tengah menonton Tv di ruang tengah.

Yn menutup pintu kamarnya rapat, kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang. "Hah." Yn menghela napas panjang sembari memandang langit-langit kamarnya yang gelap, sebab ia sengaja tak menyalakan lampu kamarnya tadi

"Apa besok aku akan mati?" Lirih Yn, bertanya pada dirinya sendiri

"Kalau begitu, aku tak ingin tidur malam ini. Aku takut ketika aku memejamkan mataku, aku tak akan bisa membukanya lagi." Sambungnya di penuhi rasa sedih di balik kata-kata itu

Yn memejamkan matanya, kemudian meneteskan air matanya secara perlahan. Gadis itu lalu menangis tanpa bersuara hingga dadanya ikut merasa sesak menahan isakan tangisnya sendiri.

"Kenapa aku harus mempercayaimu? Kenapa?
Tidak. Kenapa juga kau harus menyukaiku dan mati sebelum sempat mengatakannya? Jika kau mengatakannya sebelum itu, semuanya tak akan seperti ini.
Kau yang salah. Bukan aku." Lirih Yn dengan mata yang masih terpejam dan mengeluarkan air mata

Jimin yang entah kapan sudah ada di kamar Yn hanya diam dengan sosoknya yang kembali seperti sebelumnya, dimana kepulan asap yang ada di sekelilingnya tak sebanyak tadi.

Dari raut wajah Jimin, ada rasa sedih dan bersalah di sana. Ia sedih melihat Yn yang menangis dalam kegelapan. Dan juga merasa bersalah karena sudah membohongi gadis itu.

"Maaf." Lirih Jimin yang juga di dengar oleh Yn

"Aku akui aku salah, tapi sejak awal aku tak bermaksud membohongimu. Ku pikir semuanya akan baik-baik saja jika kita bersama, tapi nyatakan aku malah mengambil energimu seiring waktu berjalan. Aku-"

"Aku tak mau mendengar alasanmu." Sela Yn sebelum Jimin sempat menyelesaikan ucapannya

Yn bangkit dari tidurannya. Berbalik memandang Jimin dengan sorot mata tajam. Walau di dalam kegelapan, Yn masih bisa melihat raut wajah Jimin yang terlihat bersalah padanya. Dan melihat itu, Yn semakin marah di buatnya.

"Jadi, apa kau akan membunuhku malam ini?" Tanya Yn tapi Jimin hanya diam, tak kunjung menjawabnya hingga membuat Yn semakin marah

Gadis itu beranjak dari ranjangnya menuju meja belajarnya. Mencari sesuatu di sana hingga matanya menangkap gunting di balik tumpukan buku yang sedikit berantakan.

"Apa yang mau kau lakukan?" Tanya Jimin ketika melihat Yn memegang gunting

"Menurutmu aku akan apa?" Tanya Yn sembari berbalik ke arah Jimin

Yn seketika tersenyum simpul dan mengarahkan gunting tersebut di lehernya. "Bukankah ini yang kau mau? Kau ingin aku mati dan ikut denganmu ke neraka? Jika iya. Tunggu saja. Keinginanmu akan aku kabulkan." Ucapnya kemudian bersiap menusuk lehernya sendiri

Namun sebelum benda tajam itu melukai kulit lehernya, Jimin dengan cepat berpindah ke hadapan Yn dan menahan gunting yang dipegangnya.

"Jangan mati. Aku akan pergi jika kau mau. Tapi ku mohon jangan sakiti dirimu." Pinta Jimin dengan kepulan asap hitam yang semakin memudar di sekelilingnya

Yn diam, menatap Jimin yang tengah menatapnya dengan tatapan teduh-memohon.

Pegangan Yn pada gunting pun melemah hingga terlepas dari tangannya, dan sedetik kemudian ia menjatuhkan dirinya-tak habis pikir dengan apa yang barusan hendak ia lakukan.

Dirinya takut mati. Sangat takut tapi kenapa dengan bodohnya ia mengambil gunting tadi dan mengarahkan ke lehernya. Mungkin untuk membuat Jimin sadar bahwa apa yang selama ini ia lakukan padanya, adalah salah.












Tbc

Wedding GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang