11. Merasa Buruk

261 53 36
                                    

Pagi harinya, Yn terbangun dari tidurnya dan merasakan tubuhnya terasa sakit sebab apa yang semalam telah Jimin lakukan padanya.

Yn mendudukkan dirinya di ranjang, melihat pantulan dirinya melalui kaca besar di meja riasnya—menampilkan sosok dirinya dengan raut wajah datar terkesan dingin.

Benar. Yn tak senang mengingat apa yang semalam ia lakukan bersama Jimin. Baginya itu pengalaman buruk yang jauh lebih buruk dari menjalani pernikahan hantu bersama lelaki itu.

Bukan kah perjanjiannya hanya tinggal bersama selama 1 tahun? Tapi kenapa Jimin malah gelap mata dan memperkosanya semalam. Dan bodohnya juga, dirinya malah menikmati permainan Jimin—walau hanya semalam.

"Aku pasti sudah gila." Rutuknya sembari mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan

Tes.

Lagi-lagi darah segar keluar dari hidung Yn, mengotori selimut putih yang menutupi setengah tubuhnya.

"Sebenarnya aku kenapa? Kenapa akhir-akhir ini aku sering mimisan? Padahal dulu kondisiku sangat sehat, sampai pingsan dan mimisan saja tak pernah." Gumam Yn bertanya-tanya, kemudian kembali memandangi pantulan dirinya di cermin meja rias

Terlihat jelas wajahnya di pagi hari ini sangat-sangat pucat. Bukan cuma itu saja, darah segar di hidungnya masih menetes dan mengotori selimutnya.

"Hah." Yn menghela napas, menyeka darah di hidungnya dengan tisu yang ia ambil di atas meja nakas dekat ranjangnya

Setelahnya, Yn bangkit dari ranjang dan kemudian berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

.

Selesai membersihkan dirinya di kamar mandi, Yn segera berpakaian dan bersiap-siap untuk ke kampus.

Ketika Yn keluar dari kamar dan berlalu ke dapur untuk sarapan pagi, di sana sudah ada Jimin yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.

Jimin berkutat di dapur, memanggang roti tawar lalu mengoleskan selai coklat di roti yang telah di panggangnya. Setelah selesai, lelaki itu membawa piring berisi roti yang dibuatnya pada Yn yang tengah duduk di kursi meja makan.

"Sarapannya sudah jadi. Ini." Ucap Jimin, meletakkan sarapan pagi buatannya di depan Yn sembari tersenyum lebar

"Ya." Balas Yn singkat, lalu memakan sarapan pagi buatan Jimin dalam diam

Saat Yn mengunyah makanan yang dibuatnya, Jimin hanya duduk diam sembari memandanginya. Dari sorot matanya, ada kehangatan ketika memandangi Yn.

Jimin tiba-tiba saja teringat akan masa lalu. Ketika itu ia tengah duduk seorang diri di taman belakang rumahnya dengan kursi roda yang tak pernah lepas dari bokongnya. Berdiam diri di sana sembari menikmati sinar matahari pagi.

"Ayah!" Panggil Yn pada sang ayah yang tengah memotong rumput di taman rumah Jimin

Gadis itu berlari menghampiri sang ayah dengan kotak bekal makan siang di tangannya. "Ayah, kau melupakan makan siangmu." Ucapnya ketika sudah berada di hadapan ayahnya itu

"Maaf, merepotkanmu. Ayah tadi buru-buru pergi karena harus merapikan taman ini." Balasnya pada sang anak yang tengah mengerucut bibirnya kesal

Yn lantas mendengus kemudian mengambil alih gunting rumput dari tangan ayahnya. "Aku tahu. Karena itu aku menyusul ayah kemari. Aku akan membantu ayah merapikan taman ini sebelum berangkat ke kampus."

"Jangan. Nanti pakaianmu kotor." Tolak sang ayah

Yn menggeleng, berjongkok lalu menggunting rumput di bawah kakinya. "Tak apa. Aku akan hati-hati agar pakaian ku tak kotor."

Melihat itu, Jimin yang sejak tadi hanya diam lantas tersenyum simpul, tak menyangka gadis cantik seperti Yn mau membantu ayahnya bekerja tanpa takut kotor.

"Dia pasti akan haus." Gumam Jimin ketika menyadari matahari di atasnya semakin lama semakin terik

Setelahnya, Jimin memutar kursi rodanya, menjalankannya masuk ke dalam rumah hingga ke area dapur.

"Bibi, tolong ambilkan air dingin." Pinta Jimin pada seorang bibi yang tengah mencuci piring di dapur

Bibi itu berbalik ke arah Jimin dan kemudian mendekatinya. "Untuk apa tuan muda? Bukankah nyonya melarang tuan muda minum air dingin."

Jimin tersenyum lalu berucap. "Bukan untukku, tapi untuk gadis di luar sana." Jelasnya, menunjuk sosok Yn yang terlihat di jendela rumahnya yang besar—tengah memotong rumput di taman rumahnya

"Ku pikir untuk tuan muda. Kalau begitu tunggu sebentar, biar saya ambilkan." Ucap bibi itu pada Jimin, berlalu membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air dingin pesanan Jimin

"Sini, biar aku yang bawakan." Pinta Jimin sembari mengulurkan tangannya

Bibi itu lantas mengangguk, memberikan sebotol air dingin pada sang tuan muda.

Setelahnya, Jimin membawa sebotol air dingin itu dengan susah payah, sebab ia harus menggerakkan kursi rodanya untuk bisa keluar, menghampiri Yn yang tengah menyeka keringat di keningnya.

"Lelahnya." Ucap Yn sembari duduk di bawah pohon, beristirahat sesaat setelah menggantikan sang ayah memotong rumput di rumah Jimin

Haus, Yn pun mengambil tasnya yang ia taruh di sana tadi, kemudian mengeluarkan sebotol air dan meminumnya sampai habis.

Jimin yang baru saja keluar sembari membawa sebotol air dingin untuk Yn, lantas terhenti ketika melihat si gadis sudah menghabiskan air minumnya.

"Aku terlambat." Gumam Jimin, memegang sebotol air minum yang di ambilnya tadi

.

Kembali ke masa sekarang. Yn melirik bingung ke arah Jimin yang tengah memandanginya dalam diam. "Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanyanya penasaran

Jimin menggeleng dengan senyum yang mengembang di wajahnya. "Kau semakin hari semakin cantik. Karena itu aku tak bisa berpaling sedikitpun darimu." Jelasnya sembari menepikan anak rambut Yn yang mengenai bulu matanya

"Oh, begitu." Ucap Yn kemudian menunduk diam

Yn merasa aneh dengan sikap Jimin yang manis kepadanya. Dimana kini lelaki itu sudah mulai berani menyentuhnya.

"Semalam—kenapa kau melakukan itu padaku? Bukankah di perjanjian kita tak ada yang menyebutkan bahwa kau boleh menyentuhku?" Tanya Yn setelah terdiam cukup lama

Yn mendongak, menatap Jimin yang terdiam akan pertanyaannya tadi. "Kenapa, Park Jimin?"

"Aku cemburu." Jawab Jimin, singkat

Yn mengerutkan keningnya. "Cemburu? Kau cemburu dengan siapa?"

"Dengan lelaki bernama Kim Seokjin. Aku cemburu melihat betapa perhatiannya dia padamu. Aku cemburu ketika kau membalas senyumannya dan menghabiskan waktu bersamanya ketika aku tak ada. Aku cemburu dia jauh lebih mengkhawatirkan mu ketimbang aku." Jelas Jimin panjang lebar, dan Yn seketika terdiam

Yn tak menyangka Jimin mengetahui hal itu, walau bisa saja Jimin memang mengikutinya tanpa sepengetahuannya seperti dulu.

"Lalu kenapa kau tak mengkhawatirkan ku? Semalam kau lihat aku mimisan kan? Kenapa kau hanya diam saja melihat itu? Kau tak mengkhawatirkan ku?" Balas Yn dengan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ia pendam pada Jimin

Lelaki itu punya mata. Dia pasti selama ini melihat wajah pucatnya, tapi kenapa Jimin tak pernah menanyakan keadaannya? Apa Jimin serius menyukainya? Kenapa tak mengkhawatirkannya sedikit pun?

"Kau sungguh mencintaiku? Atau itu hanya obsesimu saja. Kenapa kau seakan tak peduli dengan keadaanku? Bahkan tadi pagi aku kembali mimisan, dan saat ini wajahku juga terlihat pucat. Kau—"

Yn seketika terdiam, tak mampu melanjutkan ucapannya saat Jimin hanya diam saja di depannya. Tak membalas atau pun membantahnya.












Tbc

Setelah baca cerita ini, jangan lupa like dan komen ya, yeorobun 😘❤️❤️❤️

Sekedar info juga. Ceritanya cuma sampai chapter 14, jadi persiapkan hati kalian buat kemungkinan terburuknya 🤧

Wedding GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang