7. Janji

330 63 9
                                    

Yn terjaga semalaman, memikirkan ucapan Jimin padanya. "Aku tak bercanda. Kau benar-benar akan mati." Ia lantas menggeleng, mencoba untuk tak lagi memikirkan ucapan tersebut, namun setiap dirinya memejamkan mata, ucapan itu kembali terbesit di ingatan.

"Menyebalkan. Setelah berkata seperti itu kepadaku, dia malah pergi begitu saja." Gumam Yn dengan kesal sembari mendudukkan dirinya dan bersandar di Headboard

"Lihat saja kalau kau kembali, aku akan memperlakukan mu dengan buruk." Sambungnya lalu menghela napas dan kemudian kembali berbaring — mencoba tertidur kembali

.

Esok harinya Yn terbangun dan bersiap ke kampus tanpa sempat melihat Jimin, seakan-akan arwah yang menggentayanginya itu tak kunjung pulang sejak kemarin malam.

Kesal, gadis itu menendang pintu sebelum pergi dari sana. "Lihat saja, jika pulang nanti aku akan mengabaikannya."

Tak berselang setelah kepergian Yn, Jimin pun muncul di depan pintu dengan raut wajah bersalah. Siapa yang tak merasa bersalah jika mengorbankan seseorang yang dicintainya hanya untuk kebahagiaannya sendiri?

Jimin akui dirinya salah tapi ia tak bisa pergi seorang diri tanpa Yn. Sebab kebahagiaannya adalah gadis itu, dan tanpanya ia tak akan bisa pergi dari dunia ini tanpa sang gadis.

"Maaf karena bersikap egois untuk kebahagiaanku sendiri, Jung Yn." Lirih Jimin lalu menghilang dari sana

.

Sesampai di kampus, Yn kembali bertemu dengan Seokjin di area parkir, dimana lelaki itu lah yang lebih dulu menyadari kedatangannya lalu menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

"Kau harusnya istirahat di rumah saja, bukannya kemari dan membuat keadaanmu semakin buruk." Omel Seokjin sesampainya dihadapan Yn

"Apa masih terlihat jelas ya? Padahal aku sudah berdandan sedemikian rupa agar wajahku tak terlihat pucat." Sahut Yn sembari tersenyum tipis

Seokjin menghela napas lalu menarik tangan Yn untuk mengikutinya. "Kita mau kemana?" Tanya gadis itu padanya

"Ke rumah sakit lagi. Aku tak bisa diam saja jika melihat dirimu semakin pucat." Jawab Seokjin, menarik Yn ke arah mobilnya

Yn diam, mengikuti Seokjin yang menariknya dan membawanya masuk ke dalam mobilnya — takut menolak ajakan Seokjin mengingat ini pertama kalinya lelaki itu bersikap dominan terhadapnya selama ia mengenalnya. Dan tanpa Yn sadari juga, Jimin diam-diam memperhatikan dirinya yang pergi bersama Seokjin.

Di dalam mobil, Yn hanya menunduk diam sembari memainkan jemarinya – berbeda dengan Seokjin yang sesekali menoleh ke arahnya ketika sedang menyetir.

Bukannya Seokjin ingin memperlihatkan sikap dominannya pada Yn, hanya saja ia tak ingin terjadi sesuatu pada gadis itu.

Seokjin akui ia sudah terlanjur jatuh hati pada Yn dan tak mau kehilangan gadis itu, makanya ia bersikap seperti itu — mencoba menjaga Yn sebagai bentuk kasih sayangnya pada si gadis.

"Maaf karena membuatmu kurang nyaman dengan sikapku ini. Aku hanya tak mau kau kenapa-kenapa. Karena itu, tolong jaga kesehatanmu dan jangan membuatku bersikap seperti tadi lagi padamu." Jelas Seokjin hingga membuat Yn sontak menoleh ke arahnya

"Maaf." Ucap Yn, merasa bersalah dan kembali menunduk seperti tadi

"Jangan minta maaf padaku, lebih baik minta maaf lah pada dirimu sendiri karena membuat tubuhmu kelelahan seperti sekarang." Sahut Seokjin yang berhasil membuat Yn tersenyum kecil mendengarnya

.

Beberapa saat kemudian keduanya pun telah sampai di rumah sakit dan kini tengah duduk menunggu giliran pemeriksaan.

Wedding GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang