10. Sentuhan

359 53 28
                                    

Jimin menghempaskan tubuh Yn ke atas ranjang setelah sebelumnya ia menarik gadis itu ke kamar. Sorot mata Jimin berubah gelap, tak kala mengingat Yn yang akhir-akhir ini sering bersama lelaki lain.

Bukannya Jimin membiarkannya, hanya saja ia tak mau terlalu posesif pada Yn. Tapi setelah melihat senyuman hangat yang di berikan lelaki itu pada Yn tadi, perasaan Jimin memburuk.

Dirinya cemburu melihat Yn yang ikut tersenyum pada lelaki itu. Bahkan cemburu saat melihat perhatian lelaki itu yang melebihi perhatiannya pada Yn.

"Jimin, apa itu kau?" Tanya Yn setelah menyadari bahwa Jimin lah yang kini tengah menindih tubuhnya sekarang

"Ya, ini aku." Jawab Jimin dengan suara yang dingin, dan tentunya aura yang dingin pula hingga mampu membuat Yn menggigil kedinginan

"Ssss, aku kedinginan." Desis Yn sembari merapatkan kedua tangannya di tubuhnya

Jimin menyeringai lantas berbisik di telinga Yn. "Kalau begitu, apa kau mau ku hangatkan?"

"Apa? Apa maksudmu?" Tanya Yn tetapi Jimin hanya diam, tak menjawab pertanyaannya

Sebaliknya, lelaki itu malah menarik kedua tangan Yn lalu menarik baju yang di kenakannya hingga sobek dan menyisakan payudaranya yang terbungkus bra saja.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yn, kaget setelah merasakan pakaiannya yang di sobek oleh Jimin—sebab keadaan kamarnya yang gelap, Yn tak bisa melihat apapun kecuali merasakannya

Jimin menyeringai lalu mengecup perpotongan leher dan dada Yn hingga membuat gadis itu merinding dingin.

"Jimin, sebenarnya apa yang mau kau ahh."

Pada akhirnya Yn tak dapat menahan gejolak aneh pada tubuhnya dan berakhir mendesah ketika Jimin menjilati leher dan dadanya.

"Maaf, tapi aku harus melakukan ini agar kau menjadi milikku seutuhnya." Ucap Jimin lalu menarik dan melepaskan pengait bra dalam yang menutupi payudara Yn

Yn memejamkan matanya sembari mencoba mendorong Jimin, namun ia malah tak bisa menyentuh lelaki itu. Tapi sebaliknya, Jimin malah bisa menyentuhnya dan mengecup kedua puncak payudara nya yang mencuat setelah menerima rangsangan.

"Ahhh, Jimin. Hentikan. Ku mohon." Pinta Yn tetapi Jimin tak mengindahkannya

Lelaki itu tetap menyentuh Yn, memberikan rangsangan-rangsangan di bagian tubuh atasnya hingga membuat Yn kelimpungan sendiri.

Jimin mengulum payudara kanan Yn. Menyusu di sana dengan satu tangannya meremas payudara kirinya.

"Ahhh. Hentikhhh anhhh Jimin."

Jimin seakan tuli. Ia tetap melanjutkan aktivitasnya dengan bergantian mengulum kedua payudara Yn hingga gadis itu dapat merasakan sesuatu yang lengket membasahi celana dalamnya.

Yn menangis, memejamkan matanya sembari menahan gejolak di bawahnya. Tapi rangsangan tetaplah rangsangan. Tubuhnya tak dapat menolak sentuhan Jimin hingga akal sehatnya perlahan hilang.

"Ahhh. Terushhh Jiminhhh." Pinta Yn pada akhirnya

Jimin tersenyum senang mendengar permintaan Yn. Setelahnya, ia melepaskan celana panjang serta celana dalam yang dikenakan gadis itu hingga membuat tubuhnya benar-benar polos tanpa apapun lagi yang menutupinya.

Jimin diam, memandangi tubuh Yn dengan pencahayaan dari rembulan di luar sana yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka.

"Cantik." Pujinya ketika melihat wajah Yn yang terpejam, serta tubuh polosnya yang menggigil kedinginan

Perlahan Yn membuka pejaman matanya, balas menatap Jimin yang menatapnya. Keduanya lantas terdiam hingga Yn menarik tengkuk Jimin lalu melumat bibirnya.

Anehnya kini Yn dapat menyentuh Jimin dan juga benang merah yang tadi melilit jari manisnya kembali terlihat tak kala Jimin balas melumat bibir Yn sembari menyentuh tubuhnya dari atas hingga bawah .

"Mmmm." Desahan Yn tertahan tak kala ia beradu lidah dengan Jimin, melilitkan lidahnya pada Jimin dan menyentuh tubuh lelaki itu yang entah sejak kapan sudah tak mengenakan pakaian lagi

Jimin perlahan melepaskan ciumannya pada Yn, menatap gadis itu kemudian turun ke bagian bawah gadisnya. Membuka lebar paha Yn hingga terlihatlah liang sanggama sang gadis yang terbuka lebar.

"Ahhh." Yn mendesah ketika Jimin mengecup liang sanggamanya lalu bermain di sana—menjilat, menusuk dan menyesapnya

"Ahhh." Desah Yn sekali lagi tak kala lidah Jimin bergerak-gerak di liang sanggamanya

Yn menutup pahanya, menjepit kepala Jimin yang masih bermain di liang sanggamanya. "Ahhh, Jiminhhh. Henhhhtikanhh." Pintanya namun tubuhnya berkata lagi

Tubuh Yn senang menerima rangsangan dari Jimin hingga membuat cairannya semakin banyak keluar di liang sanggamanya.

"Jiminhhh. Ahhku inginhhh keluarhhh. Ssssshhht." Ucap Yn sembari mendesah, kemudian mengeluarkan cairan pelepasannya

"Hah hah hah." Napas Yn memburu selepas rasa nikmat yang ditahannya tadi telah keluar juga

Jimin tersenyum lebar, bangkit dari liang sanggama Yn, kemudian menyeka peluh sang gadis yang tengah mengatur napasnya.

Setelah memastikan napas Yn telah teratur, Jimin pun bersiap-siap memasukkan miliknya pada Yn.

"Akkhhh." Yn berteriak kesakitan ketika merasakan sesuatu yang keras dan besar masuk ke liang sanggamanya dan merobeknya tanpa ampun

"Hiks hiks hiks. Sa-sakit." Erangnya kesakitan tapi Jimin tetap melanjutkan aktivitasnya tadi

Lelaki itu mendorong masuk miliknya ke dalam liang sanggama Yn lalu memompanya dengan gerakan yang cepat.

"Ahh ahh ahh ahh ahh." Yn mendesah, merasakan rasa nikmat setelah rasa sakit yang menyerangnya tadi

Tubuh Yn juga ikut bergerak, naik turun tak kala Jimin bergerak memompa miliknya.

Yn lantas menarik tengkuk Jimin, mencium bibirnya dengan lembut, melumatnya dan berperang lidah dengan tubuh yang bergerak naik turun—mengikuti pergerakan Jimin di bawahnya.

Lama menerima rangsangan milik Jimin di liang sanggamanya, akhirnya Yn akan merasakan pelepasan kedua. Gadis itu semakin merasakan gejolak di perutnya hingga sedetik kemudian cairannya pun keluar juga, membasahi milik Jimin di bawah sana.

"Hah hah hah." Yn mengatur napasnya kala milik Jimin keluar dari liang sanggamanya

Jimin diam, menatap tubuh Yn yang basah akan peluh. Dari raut wajahnya ada kekecewaan ketika melihat hanya sang gadis lah yang mengalami pelepasan, tidak dirinya.

"Kenapa berhenti? Apa sudah selesai?" Tanya Yn pada Jimin yang tiba-tiba mengambil tempat dan berbaring di sampingnya

"Hemm. Sudah selesai." Jawab Jimin sembari melihat langit-langit kamar mereka

"Tapi kan kau belum—"

"Aku tak bisa merasakan itu, karena tubuh asli ku sudah terkubur di bawah tanah. Kau tahu kan aku ini apa?" Sela Jimin lalu menoleh ke arah Yn yang memandanginya

Yn seketika diam, teringat fakta bahwa sosok Jimin di sampingnya hanya sebuah arwah yang dapat menyentuhnya setelah mereka melakukan pernikahan hantu.

Jika bukan karena pernikahan hantu, Jimin hanya arwah biasa yang berkeliaran di dunia sebab keinginan semasa hidupnya tak tercapai.

"Berarti aku tak akan hamil kan?" Gumam Yn lalu termenung diam

Setelahnya, hanya ada keheningan di antara mereka. Jimin dengan pikirannya sendiri, dan juga Yn dengan pemikirannya sendiri.

"Ah." Yn mendesah ketika darah kembali keluar dari hidungnya, bukan sedikit seperti darah mimisan pada umumnya, tapi banyak hingga mampu membasahi leher dan sekitar dadanya

Jimin diam, memandangi Yn yang bangkit dari tidurnya. "Sepertinya aku sudah mengambil setengah dari energi kehidupannya. Apa dia benar-benar akan mati karenaku?" Batinnya terus memandangi Yn dalam diam







Tbc

Wedding GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang