"Adachi~"
Adachi yang tengah berada dalam lamunan sontak terperanjat saat Urabe memanggil namanya seraya menepuk pelan pundaknya.
"Apa yang kau lamunkan disiang hari begini?"goda Urabe.
"Maafkan aku. Jadi apa yang bisa aku bantu Urabe-san?" Adachi menfokuskan diri pada Urabe didepannya dan mengabaikan godaannya.
"Bantu aku mengerjakan laporan tentang penjualan perusahaan Shunkita lima bulan terakhir ini,kau mau kan Adachi~" pinta Urabe. "Sebenarnya aku bisa mengerjakannya sendiri,tapi pekerjaanku masih banyak sedangkan pak kepala meminta untuk diserahkan sore ini." lanjutnya dengan nada sedih.
"Apakah tidak masalah jika aku menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu,hanya tinggal sedikit. Dan setelahnya akan kubantu dengan laporan itu." Urabe menyerukkan bahu tanda tidak masalah dengan hal itu.
"Kenapa pak kepala selalu menyuruh mengerjakan hal yang sama setiap bulan,tidak tahukah dia pekerjaanku sudah banyak." gerutu Urabe dengan tangan yang sudah sibuk mengetik dilaptopnya.
Adachi memperhatikan,ada yang ingin ia tanyakan namun ia urungkan. Akan ia tanyakan selepas menyelesaikan pekerjaannya saja.
Dan benar saja,setelah pekerjaan yang dialihkan padanya oleh Urabe selesai. Meski ragu-ragu diawal,akhirnya Adachi memberanikan diri untuk bertanya pada Urabe.
"Ano Urabe-san,bisakah aku menanyakan suatu hal padamu?" Adachi memulai.
Urabe yang masih tersenyum senang karena bisa pulang tepat waktu tanpa harus lembur,mendongak saat mendengar Adachi bertanya padanya.
"Oh,katakan apapun yang ingin kau tanyakan Adachi."
Mendengarnya Adachi dengan sigap menarik kursi kerja miliknya dan memposisikan dirinya lebih dekat dengan Urabe. Sempat membuat Urabe menatap heran Adachi karena tingkahnya.
"Ano,maaf jika ini sedikit pribadi,tapi bisakah Urabe-san memberitahuku bagaimana saat pertama kali Urabe-san bertemu dengan keluarga istri Urabe-san?"
Urabe yang tidak menyangka mendapat pertanyaan semacam itu dari Adachi,hanya memincingkan mata,menatap curiga pada junior yang selalu membantunya tersebut. kemudian setelahnya muncul ekspresi menggoda khas Urabe.
"Adachi?kau akan melamar kekasihmu?"
"Tidak tidak tidak,aku bertanya hanya untuk. . . hanya untuk berjaga-jaga saja. Lagipula rencana untuk bertemu juga belum dipastikan." terang Adachi.
"Hmmm,baiklah hal itu biarlah jadi urusan Adachi,aku tidak ingin disidang lagi oleh Fujisaki-san karena dikatakan terlalu ikut campur." Urabe meringis saat mengingat hal itu. "Jadi saat pertama kali bertemu ya?. . .hmmm tentu saja aku tegang dan gugup,bahkan aku harus berkali-kali minta ijin ke toilet karena gugup." cerita Urabe.
"Benarkah?apakah aku boleh tahu apa persiapan yang Urabe-san lakukan saat akan bertemu dengan mereka?" Adachi bertanya dengan suara pelan.
Urabe berpose layaknya tengah mengingat sesuatu,dengan ibu jari dan jari telunjuk yang mengusap dagunya disertai iris matanya yang bergerak ke segala arah.
"Ohh awalnya aku bertanya pada istriku mengenai hal-hal apa saja yang menjadi kesukaan keluarganya,namun jawabannya malah mengejutkanku. Dia mengatakan untuk tak perlu menjadi favorit orangtuanya,cukup menjadi diriku apa adanya. Dan tunjukkan serta buktikan seberapa besar aku mencintainya dan bersungguh-sungguh untuk membuatnya hidup bahagia denganku." Urabe berhenti hanya untuk memberi Adachi senyum kecil. " Dan apa yang dikatakan istriku saat itu memang benar adanya,karena sungguh hanya itu yang mereka perlukan. Jika saat diawal aku menjadi orang lain hanya untuk sekedar mengambil hati mereka,dan disaat aku telah menjadi bagian dari keluarga mereka aku tidak mau dianggap telah berubah,padahal itulah diriku yang sebenarnya." Urabe menghela nafas cukup keras untuk mengakhiri ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumour
DragosteAdachi menemui ibu Fujisaki untuk menepati janjinya dulu. Tanpa sengaja ada rekan sekantornya yang melihat mereka bertiga ketika bertemu. Dan kesalahpahaman pun terjadi hingga membuat heboh hampir 1 divisi. Ditambah Urabe yang jadi lebih gencar menj...