8

254 29 2
                                    

"Sebenarnya aku sudah sangat lama ingin menyampaikan isi pikiranku mengenai hal ini,mengenai masa depan kita. Karena,aku tidak tahu bagaimana aku hidup tanpa Adachi disisiku.Jadi aku ingin berlaku egois dengan memilikimu untuk diriku sendiri diatas ikatan pernikahan ,jadi. . . maukah kau menikah denganku,Adachi?"

Adachi menekan leher belakangnya sembari memejamkan mata berpikir bagaimana bisa prianya melamar dirinya,baik bukan lamaran formal tapi tetap saja bukankah ini juga sebuah bentuk lamaran. Meski tak ada acara berlutut seperti saat Kurosawa memberinya pena,tak ada uluran sepasang cincin ataupun karangan bunga,bahkan mereka masih memakai setelan jas yang telah seharian mereka pakai. Terlihat sangat berbeda dengan acara lamaran pada kekasih yang sering muncul di televisi.

Namun tetap saja efeknya begitu hebat bagi Adachi,ia sampai tak tahu harus bersikap bagaimana,pikirannya buntu mulutnya kelu tak bisa berucap.

Melihat kekasihnya hanya diam membeku,Kurosawa sedikit banyak merasa bersalah,maka ia dengan lembut membimbing Adachi untuk duduk di bangku panjang dibawah pohon yang berada dipelataran gereja.

"Maafkan aku " ucap Kurosawa dengan sedikit meremat jemari Adachi yang berpangku dipahanya. "Jika memang semua yang kukatakan membuat Adachi tak nyaman,tak perlu lagi memikirkannya "

Adachi perlahan menatap mata hitam Kurosawa dan menggeleng pelan.

"Bukannya aku tak pernah memikirkan mengenai masalah 'hidup bersama' ini sebelumnya. Bahkan saat aku menemui ibu Fujisaki-san aku sempat memikirkan hal ini. Tapi,aku terlalu pengecut untuk mengakui semua hal ini dihadapan keluarga dan teman-teman kita. Aku . . .takut menerima penolakan Kurosawa. Sedangkan kita tidak mungkin bukan untuk menikah tanpa restu orang tua?" Adachi akhirnya menyuarakan kegelisahannya yang sudah dapat ditebak oleh Kurosawa sebenarnya.

"Adachi,dengarkan aku. Rasa ini kita rasakan bersama jadi sudah sepantasnya jika segala risiko entah itu baik atau buruk kita hadapi dan tanggung bersama. Jujur akupun merasakan hal yang sama sepertimu,ketakutan serta kegelisahan. Tapi. . . semua itu bagiku tak sebanding dengan ketakutanku saat Adachi tak lagi ada disisiku dan menjadi milikku "

Kali ini diamnya Adachi bukan karena rasa terkejut atas tindakan mendadak Kurosawa,namun karena pernyataan Kurosawa. Dan bagaimana mungkin dulu ia pernah berpikir untuk mengabaikan rasa cinta yang sebesar ini padanya.

"Kurosawa " panggil Adachi. "Bagaimana jika gereja ini tak bisa menikahkan kita?" tanya Adachi.

"Jika gereja disini tak ada yang bisa menyatukan kita,bahkan jikalau seluruh gereja didunia tidak ada yang bisa,maka aku akan menciptakan dunia sendiri untuk kita berdua bisa bersama"

Adachi mengerutkan kening sangat dalam. "Kau berlebihan" ujarnya. Kemudian bangkit meraih jemari Kurosawa untuk mengikuti gerakannya. "Langkah awal sebelum mencari tempat untuk kita menikah adalah mencari restu dari orangtua kita. Mari persiapkan mental kita untuk hal itu terlebih dahulu "

Mendengar perkataan Adachi,dada Kurosawa serasa seluas lapangan bola detik itu. Karena dari semua hal yang perlu ia persiapkan adalah persetujuan dari kekasihnya sendiri,apakah ia mau mengikat hidupnya dengan dirinya atau tidak. 

"Tentu ! asal Adachi mau menikah denganku apapun akan kulakukan " ujar Kurosawa yang dibalas senyum kecil malu-malu oleh Adachi.

"Berhenti mengatakan hal-hal berlebihan seperti itu " tegur Adachi.

"Tidak berlebihan jika itu untuk Adachi " balas Kurosawa.

"Kurosawa berhenti "

"Tidak Adachi"

"Kurosawa "

"Adachi "

. . .

Tangan Adachi berusaha meraih ponselnya yang berada dinakas samping ranjangnya tengah berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk. 

RumourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang