[Chapter ini alur mundur! 3 tahun yang lalu dari sudut pandang Alhaitham]
Alhaitham menghela napas mengamati padatnya jalanan malam ini. Udara dingin yang tidak terlalu dingin itu menemaninya bersama segelas kopi hangat dari Puspa Cafe yang baru buka. Hari ini, ia masih kewalahan mencari tempat tinggal sementara.
Sebenarnya ia adalah orang asli di Kota Sumeru, keluarganya pun tinggal tidak jauh dari kota, tetapi Alhaitham memilih untuk kos atau tinggal di asrama saja selama kuliah. Entah apa yang dipikirkannya saat itu.
Yang paling diinginkan Alhaitham dari keluarganya adalah perhatian dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat dimilikinya. Ayah dan ibunya adalah peneliti dan bekerja keras untuk Akademiya, hidup mereka hanya untuk kemajuan teknologi. Parahnya mereka menikah juga karena pekerjaan.
Alhaitham lahir juga karena ketidaksengajaan orang tuanya yang lalai. Atas dasar itulah, orang tuanya hanya memberinya uang untuk bertahan hidup sendiri dan seorang pengasuh.
"Ayah, Ibu, aku masuk Universitas Akademiya sesuai keinginan Ayah dan Ibu" kata Alhaitham saat makan bersama dengan Ayah dan Ibunya.
Pasangan itu hanya mengangguk, sang ibu berkata "Bagus, ambil jurusan apa, teknik industri?"
"FIB, prodi *linguistik"
"HAH?! MAU JADI APA KAMU?!"
Sayang Ayah yang ingin sekali anaknya masuk teknik industri sepertinya, langsung murka dan menyebut putranya itu dengan berbagai makian. Alhaitham sudah merasa kebal dengan hal itu. Ia hanya mengikuti kemana intuisinya memintanya.
Selama di SMA, Alhaitham hanya berteman dengan Tighnari atau tidak buku-buku di ruang bacanya. Selebihnya ia menyendiri. Ia juga masuk kelas sosial, walau pun gurunya di SMA memintanya masuk kelas pengetahuan alam karena kecerdasannya. Kalau ada kelas khusus bahasa, Alhaitham pasti memilihnya.
Karena kejadian makan malam itu, baik Ayah atau Ibunya jadi sangat membencinya. Bagi mereka percuma saja punya anak seperti Alhaitham yang memilih jalannya sendiri dan sulit diatur? Ujung-ujungnya pasti sia-sia. Ungkapan yang didengar Alhaitham sebelum meminta untuk pisah dari rumah kedua orang tuanya itu.
Di tengah lamunan Alhaitham, Tighnari datang bersama seorang pria lain yang seumuran dengannya "Maaf lama, kenalin ini Cyno anak teknik mesin. Dia bakal sekamar sama gue"
Cyno mengulurkan tangannya pada Alhaitham yang disambut dengan uluran tangan Alhaitham. Mereka bersalaman "Salam kenal" kata Cyno.
Alhaitham hanya mengangguk. Ia yakin, Tighnari sudah menceritakan tentang dirinya pada Cyno. Jadi tidak perlu juga menjelaskan panjang lebar soal dirinya pada lagi.
"Ayo duduk"
Mereka bertiga pun duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Cyno sudah menyalakan rokoknya dan menghisap rokok itu seperti biasa, sedangkan Alhaitham sedang sibuk dengan buku di tangannya dan Tighnari sedang memberi makan kucing liar.
Setelah Tighnari kembali, ia menjelaskan soal sebuah kosan "Di situ harganya cuma sejutaan perbulan. Kamar mandinya di dalem tapi kasurnya cuma satu"
"Gampang gue bawa kasur kok, Ri. Lu tidur atas, gue di bawah" kata Cyno.
"Gue kan sendiri" kata Alhaitham dengan wajah datarnya tanpa menatap Tighnari.
"Lo yakin mau kos? Kan rumah lo deket, Tham" Tighnari menatap Alhaitham yang masih fokus pada bukunya.
Alhaitham mengangguk "Iya"
"Berarti gue bilang ke ibu kosnya kalo sewa dua kamar. Lo mau pindah kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Roommate - BL (Alhaitham x Kaveh)
Random"𝘐𝘯𝘪 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘯𝘨𝘦𝘬𝘰𝘴 𝘣𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘦𝘩 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘭𝘩𝘢𝘪𝘵𝘩𝘢𝘮 𝘱𝘢𝘴 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘈𝘬𝘢𝘥𝘦𝘮𝘪𝘺𝘢. 𝘊𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘢𝘫𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘰𝘰𝘮𝘮𝘢𝘵𝘦 𝘥𝘪𝘢!! 𝘎𝘢𝘬 𝘭�...