10

1.4K 134 2
                                    

Jalan ku sempoyongan saat memasuki rumah Kontrakan. Rasanya sangat pusing sang mual.

Aku berlari ke kamar mandi memuntahkan isi perut ku. Ini sungguh menyakitkan saat hanya cairan yg ku muntahkan.

Aku membasuh mulut ku dengan air keran. Menumpukan tangan ku di wastafel, pandangan ku nanar ke cermin memperhatikan wajah layuku.

Sudah satu bulan berlalu mark tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi. Antara sakit dan senang bercampur satu di hatiku.

Sakit mengetahui kebencian Mark padaku tidak berdasar. Dan senang mark akan menikah maka tidak akan muncul lagi di hadapan ku .

Aku mengerang meredam rasa pening ku. Berupaya menyeret kakiku keluar dari kamar mandi.

Pendengaran ku menangkap acara televisi yg menyorot tentang mark.
Aku tidak jelas mendegarnya karena volume nya terlalu kecil .

Abaikan, haechan. Itu hanya berita kebahagiaan mantan suami mu yg akan menikah lagi.

Aku tersentak saat pintu di ketuk, bersusah payah aku akhirnya menggapai pintu dan membukanya,
Kulihat pak jeno sudah berdiri di depan ku dengan sebuket bunga.

Aku tidak lekas menyapa karena tubuh ku seketika limbung menghantam jatuh ke tubuh lelaki itu.

Semua menjadi kabur, sayup-sayup kudengar seruan kecemasan pak jeno yg memanggil namaku sebelum di tutup dengan kegelapan.

***

Aku terbangun dengan tubuh yg luar biasa remuk, kepala Ku sangat pening.
Aku menetralkan pandangan ku pada ruangan.

Ini adalah kamar ku, aku mencoba bangkit duduk memegang kepala ku yg masih berdenyut sakit.

Ada apa dengan diriku?

Aku melupakan sepenggalan memori hari ini, tiba-tiba aku terbangun di kamar ku.

Aku berusaha keras mengingat apa yg terjadi sebelum aku berakhir di sini.
Ah, ya. Aku ingat saat membukakan pintu rumah untuk seseorang yg mengetuk pintu, aku melihat kehadiran pak jeno, namun setelahnya hanya gelap menyambut ku.

"Kamu sudah sadar?"

Aku terperanjat. seseorang memasuki kamar. Ku pandangi pak jeno dengan lekat, lelaki itu tengah meletakkan secangkir teh di atas meja nakas.

"Syukurlah kamu sudah Siuman. Sebaiknya minumlah tehnya dulu"

Masih mengumpulkan jiwaku, Perlahan aku meraih teh dari atas meja, menyesap nya tanpa berani menatap ke arah pak jeno yg mungkin kini memperhatikan ku.

"Sudah jauh lebih baikkan?" Tanya pak jeno dan aku meletakkan gelas kembali ke meja.

Aku hanya mengangguk dan memberanikan diri menatap pada nya. Kulihat wajah pak Jeno nampak datar, lelaki itu masih berdiri di tempat nya.

"Aku yg terjadi?" Aku bertanya, sungguh karena aku tidak ingat apapun.

"Kamu pingsan saat membukakan pintu untukku" jelas nya.

"Maaf lagi-lagi aku merepotkan bapak" aku merasa tidak enak pada pak Jeno karena aku selalu saja membuat nya susah.

Dulu lelaki ini pernah memayungi ku Saat aku terluka di pinggir jalan ,kini ia juga berkenan bertahan hanya untuk menjagaku dampak Siuman.
Bahkan memberikan perhatian nya yg sangat luar biasa.

"Apakah karena hal ini kamu menolakku?"

Aku terperangah dengan ucapan nya.
Menatap padanya mencari kejelasan.

"Kamu hamil"

Deg!

Wajahku seketika pucat pasi, bibirku seakan terkunci tidak sanggup mengucapkan sepatah kata.

Hamil? Ini pasti bercanda.

"Saat kamu pingsan, aku menelpon dokter untuk datang memeriksa mu"

Aku tertunduk malu, mataku berkaca-kaca. Sungguh aku tidak tahu bahwa aku hamil.

Penolakan ku pada pak Jeno semata karena aku masih tidak berminat menjalin kasih dengan lelaki mana pun.

Terdengar jelas pak jeno menghembuskan nafas. Lelaki itu mungkin kecewa padaku. Dan aku memang tidak pantas untuk lelaki sebaik dirinya.

"Siapa dia?" Pertanyaan jeno tidak akan pernah aku jawab. Aku memilih bungkam menggeleng-gelengkan kepala menunjukkan keberatan ku.

Pak jeno tersenyum getir, ia melangkah maju ke arahku.

"Maaf, mungkin aku terlalu memaksa mu. Semoga kamu bahagia dengan lelaki itu dan bayi di dalam Perut mu" pak jeno kemudian berbalik pergi meninggalkan ku sendiri. Terdengar suara mobil yg semakin jauh laki senyap di telan keheningan.

Aku terisak meremas selimut erat.
Tangis ku semakin keras tidak mampu mengendalikan kesakitan di dalam hatiku, terlebih aku melihat sebuket bunga berada di atas meja.
Bunga dari pak Jeno.

Maaf.

Aku telah hancur. Ya, Mark berhasil meleburkan ku tidak tersisa.

Aku menoleh pada kalender yg terpajang di dinding pada tanggal hati yg ku lingkari, tanggal tepat Mark menikah dengan Renjun.

Air mataku semakin deras mengalir, aku tidak tahu harus bagaimana. Kehamilan ini semakin mempersulit ku dalam melangkah.

Suara pintu rumah terdengar di ketuk, aku mengira pak jeno kembali lagi.

Tertatih aku beranjak dari ranjang menghapus air mataku agar lelaki itu tidak lagi mempertanyakan berbagai hal padaku. Entah kenapa ia kembali, mungkin ada barangnya yg tertinggal.

Saat membuka pintu, seketika tubuh ku membeku, ternyata di depan ku bukanlah pak jeno, melainkan Mark.

Aku langsung menutup pintu yg tertahan oleh kaki Mark.


TBC

Love Talk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang