11

1.3K 127 1
                                    

"kita perlu bicara"

"Tidak, pergi dari sini!" Aku berusaha mati-matian merapatkan pintu yg terjepit kuat kaki mark. Pasti itu sangat menyakitkan, tapi aku tidak peduli sama sekali.

"Haechan, kumohon"

Pertahanan ku mengendur mendengar permohonan mark. Aku mundur saat Mark mendorong pintu yg semakin terbuka lebar.

Kini kami saling bersitatap dengan luka. Mark mendekat dan aku langsung waspada, memundurkan tubuh ku.

"Untuk apa lagi kamu datang ke sini?
Aku tidak akan membiarkan kamu memperkosaku lagi. Pergi!" Usir ku lantang pada Mark.

Aku menangkap hal tak biasa dari wajah nya yg tampak pucat. Kenapa Mark seperti tidak bersemangat hidup? Seharusnya ia berbahagia di hati ini, hari pernikahan nya.

"Kenapa kamu di sini, Mark? Kamu sudah menikah, jangan sakiti Renita seperti kamu menyakitiku!"

Apa yg kukatakan? Kenapa Aku masih peduli pada Renita, tuhan ingin wanita itu merasakan perih yg sama seperti kurasakan? Meski Renita di balik kehancuran rumah tanggaku.

"Kamu tidak melihat berita hari ini?"

Kening ku mengerut tidak mengerti.
Kondisiku hari ini sangat lemah bahkan tidak ada celah untuk menonton berita apapun di televisi.

"Maaf, aku telah keliru...ternyata Renita di balik semua ini, dia ingin memisahkan kita dengan menabur fitnah dan berniat menguasai hartaku"

Pupil mataku melebar. Aku tidak mampu mencerna. Aku menatap Mark yg merendahkan tubuhnya berlutut di hadapan ku.

"Maafkan aku, haechan. Aku telah salah menilai mu dan ayahmu. Aku menyesal..."

Air mataku luruh tak terbendung. Pertama kalinya aku melihat sisi arogan Mark memudar.

Lelaki ini merendahkan diri hanya untuk mendapatkan maaf darinya, namun hatiku sudah terlanjur terluka parah.

Dulu kesempatan itu tidak pernah di berikan mark padaku, malah dengan kejam ia mencampakkan ku dan melecehkan ku.

Aku membalik tubuhku tidak kuasa menahan tangis ku yg pecah. Bahu ringkih ku bergetar hebat meski sudah mati-matian menyembunyikan nya

Kurasakan kedua lengan kokok Mark merengkuhku, mendekap hangat dari belakang. Menahan ku dari rasa lelah ku.

"Aku menyesal, haechan. Aku bodoh telah menyakitimu" bisiknya tepat di telingaku.

Aku memejamkan mata, mengurai air mata yg terus menetes. Tidak ada yg harus ku ucapkan karena semua kata seakan tertahan dan terbelenggu dalam tangisan.

"Maaf"

TBC

Love Talk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang