12

1.5K 139 1
                                    

"maaf"

Kata maaf yg tidak pernah aku jawab sampai detik ini.

Tepat tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa berderet itu. Mark meninggalkan rumah ku dengan perasaan bersalah dan kecewa.

Sejak malam itu aku memutuskan pergi dari kota.

Aku juga berhenti dari pekerjaan ku di kedai kopi milik pak Jeno.
Tidak ada alasan untuk aku bertahan,
Hanya menambah pelik dalam kehidupan.

Aku tidak tahu jelas kenapa pernikahan Mark dan Renita batal.
Hanya dari berita televisi yg sesekali meliput tentang mereka.

Ternyata Renita telah di jebloskan ke penjara karena kasus penipuan pada keluarga besar Mark.

Dari kejadian itu membuka mata Mark bahwa kebohongan yg di ciptakan Renita telah membodohi nya selama ini.

Kata maaf telah terlambat.
Aku tidak akan kembali.
Aku memutuskan tinggal di sebuah desa tanpa siapapun yg mengetahui.

Menetap di sini sembari membuat dan menjajakan kue buatan ku tenang, terkadang aku mengambil pekerjaan sebagai petani di kebun teh milik seorang lurah.

Beruntunglah aku tinggal di sini meski dengan kesederhanaan aku bahagia. Semua bisa tercukupi.

Aku juga tidak perlu membayar sewa rumah karena ibu lurah memberikan nya secara percuma untuk ku.
Beliau memiliki banyak rumah yg boleh di tempati oleh warga yg tidak mampu.

Sore yg sangat mendung di liputi awan gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun, aku bergegas pulang selepas dari kebun teh.
Menyusuri jalan menuju rumah kecil ku.

Aku bersyukur saat sampai di
rumah hujan turun sangat deras.
Aku menutup jendela kaca memperhatikan hujan yg di selingi kilat menyambar-nyambar.
Aku menghela nafas.

Aku melangkah ke dapur menyeduh segelas teh hangat lalu duduk di kursi untuk menyesap nya.

Ku pandangi perutku yg mulai membulat. Aku mengelusnya, sangat mendambakan kehadiran nya kelak ke dunia.

"Ibu mencintaimu, sayang" lirihku tenggelam dalam kenangan. Sekelebat bayangan mantan suami ku singgah meremas ulu hatiku.

Ya, memang aku harus jujur sampai detik ini aku sangat sulit melupakan Mark.

Bagaimanapun lelaki itu pernah mengisi relung hatiku, bagian dari hidupku, Mark pun telah meninggalkan jejak benih dalam tubuh ku.

Aku tidak menyadari air mataku luruh yg segera ku hapus. Tidak harus aku menangis lagi.

Jangan tolol, Haechan.

Di luar sana Mark sudah bahagia mungkin saja dia sudah menemukan perempuan baru sebagai pendamping hidup nya.

Bagi Mark sangatlah mudah mendapatkan wanita manapun.
Lelaki itu begitu tampan dan kaya raya.

Aku berusaha, beranjak menuju kamarku. Membaringkan tubuh di ranjang, pandangan ku nanar pada langit-langit kamar. Mendengar jernih suara air hujan yg menimpa atap rumah.

Sangat sepi hanya suara hujan menemani, membuatku larut dalam tidur dan aku bermimpi.
Entah mimpi yg sungguh membuatku bingung, seorang lelaki mengulurkan tangan nya dan tanpa beban aku menyambut nya.

***

Pagi telah menyambut ,aku tersentak dari tidur panjang ku. Aku tidak menyangka akan terlelap sangat lama hingga melupakan makan malam ku.
Bersyukur pagi ini sangat cerah setelah kemarin hujan mendera.

Aku bergegas berkutat dengan pekerjaan rumah. Mencuci pakaian ku yg sudah tiga hari menumpuk.

Selepas mencuci nya bersih, ku seret ke belakang rumah.

Satu persatu pakaian ku jemur.
Begitu asyik nya dengan pekerjaan mu sampai tidak menyadari seorang menghampiri ku.

Aku tersentak saat melihat sepasang kaki berlapis sepatu kulit tersembunyi di balik pakaian yg ku jemur. Aku mengarahkan kepala ku ke samping mengintip siapa gerangan lelaki itu.

Seketika lutut ku gemetar hingga pakaian basah di tangan ku yg ingin ku jemur terlepas dan jatuh ke tanah.
Aku tidak kuasa menggerakkan tubuh ku menatap tak percaya pada lelaki yg kini mendekati ku.

Dia....benarkah dia.

TBC

Love Talk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang