3

1.5K 145 3
                                    

' jangan pulang duluan, aku akan mengantarmu '

Pesan masuk dari pak Jeno yg berkenan mengantar ku untuk pulang.

Ingin sekali aku menolak kebaikan nya karena terlalu sungkan dengan pekerja yg lain, aku takut di anggap cari muka mengambil perhatian pak Jeno.

Tapi rasanya aku tidak enak hati dan berjanji dalam hati hanya kali ini menerima kebaikan nya.

Waktu terus berputar, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, kedai hari ini tutup lebih awal.

Aku berdiri di depan kedai melambaikan tangan pada rekan ku yg pamit duluan untuk pulang.

Kini tinggallah aku berdiri sendirian menatap jalanan yg lalu lalang pengendara.

Suara klakson berbunyi menyentakkan ku, aku menoleh ke arah mobil yg berhenti.

Seorang lelaki turun dan tersenyum ramah padaku. Pak jeno menyapaku
Membukakan pintu untuk aku naik ke mobil nya.

"Ayolah" ajaknya lagi. Aku menyunggingkan senyum Samar, melangkah memasuki mobil.
Nafasku terasa berat saat pak jeno mulai menyusul duduk di samping Ku menyetir mobil nya.

Selama di perjalanan ,banyak hal yg pak Jeno tanyakan. lelaki itu juga menceritakan tentang kesehariannya. Ternyata pak Jeno seorang duda, sama seperti ku yg janda.

Bedanya lelaki itu di tinggal istri nya untuk selama nya. Sedangkan aku di cerai tanpa sebab dan di campakkan begitu saja.

"Ya, aku janda, pak" sahutku saat pak jeno mempertanyakan status ku.

"Lalu bagaimana hubungan mu dengan mantan suami mu?" Pak jeno kembali bertanya.

Ini sungguh membuatku tidak nyaman, karena memang selama ini aku tidak pernah terbuka pada siapapun tentang kehidupan ku.

Bukan aku anti sosial atau tidak mempunyai sahabat, hanya saja sejak perceraian menimpaku, aku sulit mempercayai orang lain untuk sekedar membagi kisahku, kesedihan ku.

"Di sana gang rumahku, pak" aku mengalihkan pembicaraan, sekilas aku menangkap perubahan di wajah pak Jeno. Entah apakah dia marah atau atau bingung dengan sikapku, namun aku tidak ingin memusingkan.

Saat mobil menepi, aku mengucapkan terima kasih pada pak Jeno yg mau repot mengantarku. Aku pun segera turun dan memasuki gang padat penduduk tanpa menoleh lagi.

Memang terkesan tidak sopan, seharusnya aku tidak hanya berterima kasih- setidaknya mengajak pak Jeno untuk mampir. Tapi hal itu tidak kulakukan. Biarkan pak Jeno menilai buruk sikapku karena saat ini aku tidak bisa beramah tamah dan terlalu dekat dengan siapa pun.

Aku memasuki rumah kecilku. Melangkah ke kamar melepaskan pakaian ku. Terburu-buru ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus membersihkan diri. Setelah cukup rileks, aku melilitkan handuk ke tubuh ku, memakai kaus dan celana pendek.

Perutku sungguh lapar karena siang tadi aku lupa untuk makan.
Melangkah ke dapur membuka lemari pendingin, tidak ada satupun bahan yg bisa ku olah untuk di konsumsi.

Telur tidak ada, sayur pun habis. Aku lupa, seharusnya pulang kerja tadi aku mampir dulu ke supermarket.

Tidak ada pilihan, aku harus itu supermarket sekarang daripada menahan lapar.

Aku mengambil dompet ku, melangkah meninggalkan rumah menyusuri jalanan gang sempit.
Meski permukiman di sini padat, para penghuninya tidak pernah beramah-tamah bahkan terkesan cuek.

Tidak jarang kasus kriminal terjadi di perkampungan ini yg bahkan memakan korban.

Aku menambah laju langkahku sampai ke jalan utama. Menyusuri nya lagi hingga tibalah aku di depan supermarket.

Hanya membeli telur dan sayur, tanpa membeli yg lainnya karena aku harus berhemat.

Aku membayar jumlah belanjaan ku pada kasir lantas bergegas meninggalkan supermarket.

Saat keluar, tidak sengaja aku berpapasan dengan seorang wanita yg sangat ku kenali. Dia Renita, yg kini menatap terkejut padaku.

TBC 

Love Talk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang