Saga mengerutkan keningnya saat melihat Lalita berjalan kearah kamar yang berada disebelahnya itu.
"Mau kemana lo?"
"Masuk ke kamar," jawab Lalita dengan wajah polosnya itu.
"Siapa suruh lo masuk ke kamar itu?" tanya lagi Saga dengan tatapan intimidasinya itu.
Bola mata Lalita bergerak gelisah, kedua tangannya saling meremas gugup. Dari tadi dia sudah berusaha untuk tidak berbuat kesalahan, sepertinya sekarang Lalita sudah melakukan kesalahan.
Saga berjalan mendekati Lalita yang sedang ketakutan, pria itu mengerutkan keningnya saat melihat Lalita berdiri ketakutan, semenyeramkan itukah wajah dirinya?
"T-terus aku tidur di sofa?" Ingin rasanya Saga menggigit pipi tembem istrinya itu.
Melihat wajah polos Lalita membuat Saga gemas sendiri, bahkan sekarang dia sudah menggigit pipi bagian dalamnya untuk mengendalikan dirinya agar tidak kelepasan untuk menerkam istrinya itu.
"Tidur di kamar gue, Beb."
Lagi-lagi Lalita merinding mendengar kata terakhir Saga itu. Terdengar sangat aneh ditelinga Lalita.
"T-tapi...?" Lalita bingung, ditatap tajam oleh Saga membuat dia kehilangan kata-kata.
Saga kembali mendekat dan... dia langsung memegang tangan Lalita dengan cepat sehingga sipemilik tangan tidak bisa menghindar lagi.
"Lo istri gue Lalita, bukankah sudah seharusnya suami istri itu tidur di ranjang yang sama?" ujar Saga menaik turunkan alisnya.
"Aktingnya harus totalitas seperti ini ya, Kak?" Saga menghela nafasnya kasar, lagi-lagi Lalita masih menganggap jika pernikahan ini adalah pernikahan mainan.
Tak mendengarkan ucapan Lalita, Saga langsung saja menarik tangan Lalita untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia sudah lelah meyakinkan istrinya.
"Terserah lu mau menganggap pernikahan ini mainan kek, atau apalah itu. Tapi yang jelas sekarang lu adalah istri gue dan, lu mempunyai kewajiban untuk melayani gue!" ucap Saga tak terbantahkan.
Mulai dari sekarang dia tak akan memaksa Lalita untuk percaya pada dirinya, dia sudah terlalu lelah menjelaskan pada Lalita yang tak kunjung percaya padanya itu.
Tak ada pilihan lain, Lalita hanya menganggukkan kepalanya yang terpenting hidupnya aman.
"T- tapi nggak ada sentuhan fisik ya, Kak." Lalita ingin menjaga kesuciannya.
Setidaknya walaupun tidak cantik masih ada sesuatu yang dirinya bisa dibanggakan oleh dirinya.
Saga duduk di pinggir ranjang menatap Lalita bingung, "Maksud dari nggak ada sentuhan?" tanya Saga.
Padahal Saga rasa dia bertanya dengan suara yang pelan, tapi mengapa istrinya itu selalu gelisah saat dia bertanya sesuatu.
"A-aku nggak mau kita melakukan hubungan suami istri." Bukan bermaksud untuk terlalu percaya diri, dirinya hanya berjaga-jaga saja.
Saga terdiam sebentar, dia bisa memahami keraguan Lalita sekarang. Tapi untuk tidak bersentuhan fisik dengan Lalita dia sama sekali tidak bisa.
"Enak saja! Rugi di gue dong!" Saga menggelengkan kepalanya, walaupun dia memaklumi sikap Lalita, tapi dia tak akan pernah sanggup untuk tidak bersentuhan fisik dengan istrinya itu.
Lalita menggigit bibirnya takut, sekarang dia harus bagaimana? Kenapa tuhan menghadirkan laki-laki aneh ini dalam kehidupan Lalita.
"Aku jelek lho, Kak. Kakak nggak jijik?" Lalita berkata benar bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Bisa Cinta?
General FictionLalita Salsabila gadis yang jauh dari kata cantik, bahkan tak jarang Lalita dijuluki si 'burik' karena wajahnya yang kusam berminyak, kulit coklat, tubuh pendek dan sedikit gemuk. Dia dikucilkan, bukan hanya oleh teman-temannya bahkan keluarganyapun...