8

93 10 4
                                    

"M-mau minum apa, Ma?" tanya Lalita gugup.

"Siapa yang kamu panggil Mama?"

Lalita semakin menundukkan kepalanya gugup, kedua tangannya sudah saling meremas satu sama lain, bibir bagian bawahnya sudah dia gigit kuat-kuat.

"Tante?" Lalita tak tahu harus bersikap seperti apa, memanggil wanita paruh baya dihadapannya itu dengan panggilan apa.

Maria menatap sinis Lalita, matanya sedari tadi tak pernah berhenti menilai penampilan Lalita dari atas sampai bawah.

"Mama, Tante, panggilan itu sama sekali tak pantas keluar dari mulut kamu!" cetus Maria galak. "Saya bukan Mama kamu dan, kamu juga bukan keponakan saya!!"

Lalita menganggukkan kepalanya dengan cepat, wanita itu sudah tak mengeluarkan suaranya lagi, karena setiap kali dia mengeluarkan suara, Mama mertuanya itu akan selalu menyalahkan ucapannya.

Maria mengipasi wajahnya dengan tangannya. Berada satu ruangan dengan istri Saga itu membuat hati dan badan Maria panas.

"Saya tidak mau basa-basi lagi! Kedatangan saya kesini hanya ingin menyuruh kamu untuk jauh-jauh dari anak saya!!"

Lalita langsung mendongak, menatap Maria yang tengah menatapnya dengan judes. "Cepat katakan pada saya alamat dukun yang kamu gunakan untuk ngikat anak saya!!" Sontak Lalita membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Maria barusan.

"M-maksudnya?" Tidak, Lalita bukannya tidak mengerti apa yang dikatakan mertuanya barusan.

Hanya saja Lalita masih tak bisa percaya bahwa Maria si wanita modern masih percaya tentang hal tahayul seperti itu.

Maria berdecak kesal. "Ternyata selain jelek kamu lemot juga ya!" hina Maria.

Lalita menatap Maria lalu  mengelus dadanya dengan pelan mencoba untuk menghilangkan sakit hati atas perkataan mertuanya barusan.

"Jadi butuh berapa juta buat kamu ninggalin anak saya?"

Lalita semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan Maria. "Saya nggak butuh uang, Bu," jawab Lalita apa adanya dengan masih mempertahankan sopan santunnya.

Maria memutarkan bola matanya malas, dia paling benci wanita munafik yang mengatakan tak butuh uang.

Maria mengeluarkan amplop coklat dari dalam tas nya, lalu dia taruh begitu saja di atas meja. "Di dalam amplop ini ada uang dua ratus juta, kalau kurang kamu tinggal bilang saja sama saya, saya akan tambahkan. Tapi dengan syarat kamu harus segera menjauh dari kehidupan anak saya!!"

Tanpa mau mendengar respon dari Lalita, Maria langsung keluar begitu saja dari rumah anaknya itu.

Sepeninnggal Maria, Lalita duduk dengan mata yang tak berhenti menatap amplop coklat itu, tanpa sadar air matanya tiba-tiba menetes.

"Kenapa hidup aku selalu dikontrol dengan uang?" ujarnya pada diri sendiri.

Dia dipaksa menikah dengan Saga hanya karena bentuk balas budi karena Saga telah membantu keluarganya membayar hutang.

Lalu sekarang, dia juga dipaksa meninggalkan Saga menggunakan uang juga.

"Ta, kenapa?"

"Ada masalah? Cerita sama gue," ujar Saga yang sedari tadi terus membuntuti Lalita.

Semenjak Saga pulang kerja, istrinya itu sama sekali tak menjawab semua pertanyaan yang Saga lontarkan.

Hal itu langsung membuat Saga langsung bingung, seingat Saga tadi pagi istrinya itu masih baik-baik saja.

"Gue ngelakuin kesalahan ya?" tanya Saga lagi yang langsung mengambil alih piring yang sedang di cuci istrinya itu.

"Gue minta maaf, Ta," ujarnya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengapa Bisa Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang