"Suapin gue, Lita," rengek Saga yang sama sekali tidak cocok dengan wajah datarnya itu.
Lalita memutarkan bola matanya malas, dia sudah cukup jengah dengan setiap kelakuan Saga.
Lalita meletakkan sendok dan piring yang sudah lengkap dengan lauk pauknya itu dihadapan sang suami.
"Makan sendiri Kak, jangan manja! Selagi tangan masih bisa digunakan dengan baik," ucap Lalita dengan tegas.
Sekarang gadis itu sudah mulai berani menentang kemauan Saga yang tak masuk akal itu.
Saga memberenggut kesal, "Ckk, cuman mau manja-manja sama istri sendiri sulit amat," celetuk Saga, dengan gerakan malas dia mulai menyuapkan nasi kedalam mulutnya sendiri.
Lalita sama sekali tak menghiraukan gerutuan Saga, dia juga sibuk dengan makanannya sendiri. Saga makan dengan tidak santai, denting sendok dan piring berbunyi dengan sangat nyaring.
"Pelan-pelan bisa kan, Kak?" tegur Lalita yang sudah mulai terganggu dengan bunyi sendok dan piring yang beradu itu.
Saga melirik Lalita sinis, "Nggak bisa, nggak bisa santai gue kalau lagi emosi," sahut Saga kesal.
Lalita menghela nafasnya lagi, "Nggak baik emosi didepan makanan, Kak."
"Bodo! Lo yang bikin gue emosi!"
Lagi-lagi Lalita harus mengalah, jika melihat cara makan Saga mungkin satu jam kedepan akan baru habis. Bagaimana tidak, Saga hanya menyendokkan beberapa butir nasi kedalam mulutnya.
Entah kesalahan apa yang Lalita lakukan sehingga membuat tuhan mengirimkan Saga untuk menjadi suaminya itu.
Lalita langsung mengambil alih piring Saga, "Buka mulut!" titah Lalita judes.
Wajah Saga langsung berubah drastis, senyum diwajahnya tiba-tiba tersunging begitu saja. Dengan senang hati dia membuka mulutnya dengan lebar.
"Wajah kamu cantik, Ta," celetuk Saga disela-sela kunyahannya itu.
Lalita sama sekali tak tersipu malu, karena dia percaya apa yang dikatakan oleh Saga adalah sebuah kebohongan besar.
"Jangan banyak bicara, Kak. Makan, nanti telat ke kantornya lho."
"Ckk, kok nggak salting sih pas gue bilang cantik," decak Saga tak percaya dengan reaksi istrinya itu.
Mungkin jika perempuan diluaran sana jika dipuji cantik mereka akan salah tingkah ditambah dengan pipi yang merona.
Tapi kenapa istrinya ini berbeda?
"Nggak bakalan mempan, Kak. Karena pada kenyataannya omongan Kakak tidak sesuai dengan fakta. Jadi, percuma saja," timpal Lalita dengan kembali menyodorkan suapan terakhirnya itu untuk Saga.
"Gue nggak pernah bohong ya!" sahut Saga tak terima.
Dia bukan laki-laki yang gampang memberikan gombalan pada seorang wanita.
"Halah, wajah hitam dekil kayak gini dibilang cantik. Udah jelas bohongnya," cibir Lalita.
Saga meminum air putih yang sudah tersedia didepannya itu, "Itu namanya eksotis Ta. Gitu aja nggak tahu dan, asal kamu tahu ya, perempuan dengan kulit eksotis itu lebih seksi daripada perempuan dengan kulit putih." Saga tak bohong, karena dia sudah membuktikan sendiri.
Saga adalah bukti nyata jika tak semua laki-laki menyukai perempuan dengan kulit putih. Buktinya sekarang Saga menyukai Lalita yang berkulit hitam.
"Lo bisa berhenti nggak sih ngejelekin diri lo sendiri. Cantik itu tidak selamanya tentang kulit putih mulus dan tinggi langsing. Menurut gue, lo itu udah cantik dengan keadaan fisik lo yang seperti ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/331474858-288-k209785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Bisa Cinta?
General FictionLalita Salsabila gadis yang jauh dari kata cantik, bahkan tak jarang Lalita dijuluki si 'burik' karena wajahnya yang kusam berminyak, kulit coklat, tubuh pendek dan sedikit gemuk. Dia dikucilkan, bukan hanya oleh teman-temannya bahkan keluarganyapun...