"Apa ini, Kak?" tanya Lalita melemparkan ponsel miliknya ke dada Saga yang tengah asyik dengan game onlinenya itu.
Saga terlonjak kaget saat tiba-tiba benda pipih itu menghantam dadanya. "Apa-apaan Anjingg!!" bentak Saga tak sengaja.
Lalita langsung ciut seketika melihat wajah menyeramkan Saga itu, sehingga membuat tubuh Lalita langsung linglung sungguh dia sangat takut sekarang.
Melihat wajah Lalita yang sudah sangat pucat pasi itu membuat Saga langsung tersadar, laki-laki itu tiba-tiba panik sendiri lalu dengan gerakan cepat dia menarik tubuh Lalita dan memeluknya dengan erat.
"Maaf, maaf Lalita," ujar Saga dengan penuh penyesalan. "Gue refleks tadi, tolong maafin gue," lanjutnya yang semakin erat memeluk tubuh Lalita.
Lalita masih loading tubuhnya menegang kaku, baru saja dia dibentak lalu sedetik kemudian dia mendapatkan perlakuan manis, sungguh membuat otaknya tidak bisa berpikir apa-apa.
"Ada apa? Kenapa lo tiba-tiba marah sama gue?" tanya Saga, dia melepaskan pelukannya itu lalu menarik lembut tangan Lalita untuk duduk di sofa.
Dia menatap Lalita lembut, tak ada lagi wajah menyeramkan dari Saga, yang bisa Lalita lihat sekarang adalah wajah tampan Saga yang dihiasi dengan senyuman lembut.
"Kenapa? Apa gue buat salah ya? Ungkapin aja semuanya, gue janji nggak bakalan marah," lanjut Saga dengan tangan yang terangkat untuk mengelus rambut Lalita.
Saga tersenyum lembut lalu berkata, "Nggak usah takut, Beb."
Diperhatikan seperti itu membuat Lalita salah tingkah sendiri, perempuan itu langsung mengalihkan pandangannya ke segala arah, jika terus-terusan seperti ini bisa-bisa Lalita nggak jadi marah sama Saga.
"Kakak kan, yang nyuruh Kak Angga untuk mecat aku?" tanya Lalita dengan suara pelannya itu, dia tidak berani untuk berbicara dengan suara tinggi.
Gara menganggukkan kepalanya, "Iya, kenapa? Lo nggak setuju?"
"Kenapa Kakak ambil keputusan sepihak seperti ini? Pekerjaan itu sangat berarti bagi aku, Kak. Hanya restoran Kak Angga yang mau menerima aku," lontar Lalita menatap Saga yang sedari tadi tak henti menatapnya itu.
Saga mendengarkan keluh kesah Lalita, dia sama sekali tidak memotong setiap ucapan Lalita, laki-laki itu ingin istrinya itu mengungkapkan segala sesuatu yang ada didalam hatinya itu.
"Gimana cara aku ngasih uang ke orang tua aku, kalau aku sendiri nggak kerja, Kak," lanjut lagi Lalita.
Melihat respon Saga yang hanya diam menatap dirinya itu entah mengapa membuat Lalita kesal sendiri. "Jawab Kak! Jangan cuman diem aja," sentak Lalita kesal.
Saga tertawa pelan melihat istrinya yang tengah kesal itu, tangannya masih setia mengelus rambut halus istrinya itu.
"Udah ngomongnya?" tanya Saga yang langsung diangguki oleh Lalita.
Saga memajukan duduknya guna untuk menghilangkan jarak antara dirinya dan Lalita. "Sekarang giliran gue yang ngomong dan, lo nggak boleh motong omongan gue ya," titah Saga memperingati Lalita.
Lalita menganggukkan kepalanya, entah kenapa semua sumpah serapah yang telah dia persiapkan tadi hilang begitu saja saat sudah berada dihadapan Saga.
"Lo istri seorang pengusaha sukses Ta, apa kata orang nanti kalau lo masih bekerja di restoran kecil itu."
"Tapi..." Tangan Saga langsung menutup mulut Lalita. "Udah gue bilang, sekarang giliran gue yang bicara!" tekan Saga dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Bisa Cinta?
General FictionLalita Salsabila gadis yang jauh dari kata cantik, bahkan tak jarang Lalita dijuluki si 'burik' karena wajahnya yang kusam berminyak, kulit coklat, tubuh pendek dan sedikit gemuk. Dia dikucilkan, bukan hanya oleh teman-temannya bahkan keluarganyapun...