Ayah: Uang bulanan adikmu jangan lupa dikirim!!!
Lalita mendesah kasar, kenapa semua masalah seoalah silih berganti menghampiri dirinya. Belum selesai masalahnya dengan Saga, kini muncul lagi masalah baru yang berasal dari keluarganya sendiri.
Lalita: Lalita belum gajian, Yah.
Lalita harap ayahnya itu bisa sedikit mengerti tentang keuangannya itu, ini masih pertengahan bulan tentu saja tanggal gajiannya itu masih setengah bulan lagi.
Belum juga Lalita beranjak suara notifikasi dari ponselnya kembali terdengar membuat Lalita mau tak mau segera membuka ponselnya.
Ayah: Suami mu itu orang kaya! Jangan jadi orang bodoh, manfaatkan suami kamu, kalau bisa porotin hartanya.
Lalita menganga tak percaya, dirinya memang dijadikan mesin uang oleh keluarganya, ayah dan ibunya itu hanya menghubunginya saat mereka butuh uang saja.
Dan lihatlah sekarang, keluarganya menyuruh Lalita menjadi wanita matre yang harus menguras harta suaminya itu.
Lalita tak membalas pesan dari ayahnya itu, dia lebih memilih untuk masak untuk makan malam. Kebetulan restoran tadi hanya buka setengah hari sehingga hari ini Lalita bisa pulang lebih awal.
Setelah perdebatannya tadi pagi dengan Saga, perempuan itu masih belum ada komunikasi dengan suaminya. Lalita tidak ada niatan menghubungi Saga terlebih dahulu.
Dia masih abu-abu dengan perasaan Saga, mau percaya tapi rasanya sangat mustahil untuk bisa dipercaya. Mau tak percaya tapi melihat wajah sungguh-sungguh Saga membuat dirinya sendiri bimbang.
"Akhh! Bingung!" jerit Lalita, dia bisa leluasa berteriak karena dia hanya seorang diri di rumah.
Lalita mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur, dia memilih untuk masuk lagi kedalam kamarnya lalu melihat badannya di kaca meja rias tersebut.
Dia meneliti tubuhnya dengan seksama, tidak ada yang spesial dari tubuhnya itu, lalu dibagian mana Saga bisa tergila-gila padanya?
"Tubuh melar, bahkan lemak diperut aku kelihatan saat pake baju ini," celetuk Lalita meneliti bentuk tubuhnya itu.
Tangannya kini meraba ke wajah, wajah dekil dengan beberapa jerawat yang menghiasi pipi dan dahinya itu.
"Wajah bruntusan, jerawat batu di sini dan sini," ucap Lalita menyentuh jerawat yang masih berwarna merah.
Dia berusaha untuk menemukan kelebihan tubuhnya sendiri itu, namun nihil dia sama sekali tak menemukan kelebihan.
"Apa Kak Saga mempunyai kelainan? Atau matanya rabun sehingga tidak bisa melihat mana bentukan yang bagus dan jelek?" beo Lalita.
Sampai sekarang dia masih bingung bagaimana Saga bisa menyukai dirinya itu, bahkan bisa dibilang Saga sudah tergila-gila pada Lalita.
Bolehkan Lalita beranggapan jika apa yang dilakukan Saga itu hanyalah sandiwara? Saat dia sendiri tak bisa menemukan apa alasan Saga mencintai dirinya itu.
Puas mengamati badannya sendiri, Lalita memutuskan untuk melanjutkan niatnya untuk memasak lagi, dia belum menyiapkan makan malam untuk dirinya dan sang suami.
Lalita memilih memasak menu yang gampang, dia takut Saga tak akan makan malam disini mengingat perdebatannya dengan Saga tadi pagi.
Tak membutuhkan waktu lama untuk Lalita memasak, karena memang keahlian dirinya.
"Masak apa?" Lalita hampir saja menjatuhkan piring karena kaget dengan suara yang tiba-tiba muncul itu.
Beruntung Saga langsung cekatan untuk mengambil piringnya sehingga piring itu tidak pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Bisa Cinta?
Fiction généraleLalita Salsabila gadis yang jauh dari kata cantik, bahkan tak jarang Lalita dijuluki si 'burik' karena wajahnya yang kusam berminyak, kulit coklat, tubuh pendek dan sedikit gemuk. Dia dikucilkan, bukan hanya oleh teman-temannya bahkan keluarganyapun...