two days

2.1K 231 1
                                    

di dalam kafe kecil berinterior eropa klasik, hanya ada beberapa orang di tempat beraroma kopi pekat itu. termasuk dengan dua orang yang duduk dengan canggung, ditemani segelas latte hangat.

"jadi... yang kumpulan wanita mengejarmu tadi itu adalah penggemarmu?"

hanya ada anggukkan kaku sebagai jawaban.

"aku adalah seorang trainee yang baru saja selesai mengikuti survival show" jelasnya.

si manis mengerti, sosok di depannya ini adalah calon idol. di negara tempat mereka tinggal, korea selatan, menjadi idol adalah sesuatu yang diimpikan banyak orang.

"bagaimana denganmu?" tanya si tampan.

"aku hanya pemuda biasa berusia 22 tahun yang merangkap sebagai mahasiswa yang mempelajari segala hal tentang bisnis dan sedang sibuk tugas akhir sebelum sidang kelulusan," jawabnya.

"ey, ternyata kau satu tahun lebih tua dariku! haruskah aku memanggilmu hyung?"

dengan cepat si manis menggeleng, "tidak perlu!"

si tampan tersenyum lalu kembali mengangguk.

"apa kau sebentar lagi akan debut?"

"ya, agensiku menjanjikan bahwa aku dan teman-temanku akan debut satu bulan lagi. sekarang kami sedang mempersiapkan album debutnya,"

"kau hebat, haruto..." si manis menyunggingkan senyum tipisnya.

sedangkan haruto– si pemuda tampan, tidak mengerti apa maksud ucapan pemuda manis itu.

"kau hebat bisa bertahan sampai dititik ini, untuk menjadi seorang idol tidak mudah, kan? apalagi kau merantau, jauh dari kedua orang tuamu"

yang si manis tau, pemuda di hadapannya ini adalah sosok dengan kebangsaan jepang. menurut cerita singkat yang dilontarkan, si tampan rela pergi jauh dari keluarganya untuk bisa mewujudkan mimpinya menjadi seorang idol yang hebat.

"y-ya, kau benar. hari-hariku rasanya berat sekali, banyak hal yang harus aku lakukan dan korbankan untuk bisa bertahan sampai sekarang. tapi aku juga senang disaat ibuku berkata bahwa beliau bangga padaku,"

maka selanjutnya obrolan mereka larut begitu saja sampai matahari hampir tenggelam. membicarakan ini dan itu hingga tidak menyadari keduanya sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengenal satu sama lain.

"haru, sudah hampir pukul tujuh, aku bisa dimarahi hyungku kalau ketauan belum pulang. untuk hari ini sampai sini dulu ya? aku sangat senang bisa bertemu denganmu" ucap si manis lalu merapihkan barang bawaannya sambil bangkit dari duduknya.

"aku juga senang, akhirnya aku bisa bertemu dengan takdirku" ucap haruto kemudian tertawa kecil.

"baiklah, aku pulang dulu ya, haru?"

"hati-hati di jalan, semoga kau tidak mendapatkan bus yang ramai penumpangnya"

"sampai jumpa, haru!" pekiknya dengan senyuman semanis kembang gula.

baru saja si manis ingin melangkah menjauh, tapi tangannya kembali ditahan oleh takdirnya yang membuatnya kembali menolehkan kepalanya dan menatap si tampan penuh tanda tanya.

"uhm, itu, kau tau– ini sedikit tidak sopan, tapi aku hanya ingin bertanya tentang– astaga bagaimana ya bilangnya?" haruto terlihat menggaruk tengkuknya yang bisa ditebak sama sekali tidak gatal.

"kenapa haru?"

haruto memilih untuk menatap sepatu mahalnya ketimbang menatap manik bulat cantik itu.

"aku hanya ingin memastikan tentang– maaf kalau kau merasa tidak nyaman, tapi... uh– tentu kau tau tentang aturan yang harus dilakukan jika sudah bertemu dengan takdirmu, kan?"

si manis tertawa mendengarnya, ditambah melihat wajah haruto yang berubah menjadi merah sampai ketelinganya.

"hei, jangan menertawakanku!" protesnya.

"hahahaha, astaga, kau sangat lucu. maafkan aku," si manis belum bisa memberhentikan tawanya.

"teruskan saja, teruskan sampai kau puas sendiri menertawaiku"

baiklah. si manis sepertinya harus menghentikan tawanya sebelum si tampan merajuk betulan.

"oke oke, aku sudah puas tertawanya"

haruto mendengus, "jadi, bagaimana?"

si manis tersenyum, kali ini berhasil membuat perut haruto seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalamnya.

ugh, manis sekali.

"kita bertemu dua hari lagi, di tempat ini, tepat di jam delapan malam. untuk tempat selanjutnya, aku serahkan padamu. bagaimana?" ucap si manis tanpa ada beban.

haruto sempat menahan nafasnya beberapa detik, apa tadi katanya? dua hari lagi? oh demi neptunus, mereka bahkan masih memiliki waktu sebanyak enam hari lagi.

"haru, kenapa melamun? kau mendengarkanku?"

"oh? maaf, dan ya aku mendengarkanmu"

si manis kembali tertawa kecil, "baiklah, aku benar-benar harus pulang sekarang. sampai bertemu dua hari lagi, haruto!"

setelah mengucapkan hal itu, si manis langsung saja pergi meninggalkannya sendirian di depan pintu cafe dengan sebuah masker yang sempat diberikan olehnya, katanya supaya tidak ada orang yang bisa mengenali wajah tampannya.

"ya, sampai bertemu dua hari lagi– sial! bagaimana aku bisa lupa untuk menanyakan namanya?!"

to be continue

selcouth; harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang