mating

1.9K 198 6
                                    

"kamu menunggu lama?"

yang ditanya menggeleng, "tidak kok, aku baru tiba sekitar lima belas menit yang lalu"

mendengar itu sontak saja si manis meringis, kalau dia ada diposisi haruto pasti dia sudah menggerutu sejak lima menit pertama.

"maaf ya, haru. tadi dosen pembimbing aku tiba-tiba aja minta aku buat bertemu dengan beliau" ucap si manis merasa tidak enak.

sedangkan haruto hanya terkekeh kecil, "tidak apa, mahasiswa tahun terakhir pasti sibuk sekali, kan?"

yang ditanya menghela nafas, "iya... mau menyerah juga tanggung tinggal sedikit lagi"

"tidak boleh menyerah. kalau capek itu istirahat, bukannya menyerah"

si manis mengangguk paham, "tapi kamu pasti lebih capek dari pada aku, jadi jangan lupa istirahat ya, haru?"

haruto tersenyum kecil sebagai jawaban.

"mau makan dulu?"

"boleh, aku lapar sekali"

mereka berdua kembali memesan makanan di cafe kecil yang sama tempat mereka berbincang dua hari yang lalu. sesuai janji yang diucapkan si manis, hari ini mereka kembali bertemu di cafe bernuansa eropa klasik itu.

"haru, setelah ini... kita kemana?" tiba-tiba si manis membuka topik itu.

ah, keduanya menjadi merasa malu untuk sekedar kembali menatap satu sama lain.

tapi haruto merasa dirinya tidak boleh terus-terusan merasa seperti itu, dia harusnya bisa menunjukkan sisi dominannya.

"apartemenku,"

jawaban dari haruto semakin membuat pipi gembil si manis bersemu merah, membayangkan apa yang– astaga, malu sekali!

maka itu percakapan terakhir di antara keduanya, tidak ada yang membuka pembicaraan lagi sampai akhirnya mereka meninggalkan cafe kecil itu dan berjalan beriringan disepanjang trotoar.

"apa apartemenmu di dekat sini?"

"iya, hanya cukup berjalan sekitar tujuh menit. kamu keberatan kita berjalan kaki? mau naik bus?"

si manis menggeleng cepat, "aku sama sekali tidak keberatan, kok. aku suka jalan kaki di malam hari seperti ini"

mendengar itu haruto tersenyum kecil lalu mengusak surai madu milik si manis. tinggi si manis hanya sampai dadanya, membuat haruto ingin sekali mendekap tubuh mungil itu.

"wah! apartemenmu mewah sekali! eh, dari sini bisa melihat namsan tower!" pekiknya seperti anak kecil yang sangat menggemaskan saat memasuki kamar apartemen haruto yang ada di lantai 21.

haruto benar-benar meragukan sosok dihadapannya sekarang ini apa betulan lebih tua darinya? tapi kenapa sangat menggemaskan?

si manis berdiri di balkon memandang takjub pemandangan yang bisa mata cantiknya tangkap dari atas sana, mulut kecilnya sedikit terbuka seakan dirinya benar-benar terpana.

"kamu menyukainya?" tanya haruto dan dibalas anggukan semangat dari si manis.

"kamu bisa tinggal di sini kalau mau, apartemen ini sudah jarang aku tempati semenjak aku menjadi trainee" ucap haruto sambil membenarkan poni si manis yang tertiup angin malam.

mendengarnya sontak saja si manis menggeleng pelan, "aku t-tidak bisa"

jawaban yang sedikit terbata dari sosok di depannya membuat haruto menatap mata cantik itu, mata tajam miliknya seakan menyelam hingga ke dasar yang paling dalam.

haruto berani untuk bersumpah, hamparan bintang dilangit malam ini sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mata yang ada dihadapannya sekarang. mungkin di dalamnya seperti ada ribuan galaksi yang membuat haruto ingin menatap mata itu lebih lama lagi.

selcouth; harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang