Tentang kamu, kamu, hanya kamu
Selalu kamu
Suka stroberi, makan dimsum, teh susuBukaaann itu
Ini tentang kisahku yang pemeran utamanya kamu
Freyana, pacarku.
- Fiony Alveria T.
¤¤¤¤¤
Seharusnya hari ini menjadi perayaan hari ke-100 aku bekerja sebagai resepsionis di Rumah Sakit Pelita Lara. Pagi yang dingin, hujan semalam belum reda. Tetesannya menempel dan berembun di kaca pembatas ruang tunggu. Mulai gerimis saat jam menunjukkan pukul 10 pagi. AC di ruangan sangat tinggi suhunya, aku menahan badanku yang menggigil.
"Kenapa ngga ke kafetaria aja? Disana ga terlalu dingin"
Gadis dengan jas dokternya muncul sambil meletakkan cup kopi di meja resepsionis. Aku tersenyum melihat jemarinya yang lentik, seperti seseorang yang aku kenal. Freyana, rambutnya yang diikat kuda dan kacamata persegi yang tipis berwarna hitam.
"Makasih, bu dokter"
"Piyooo", ia mengerang.
"Becanda hehe"
Dia tampak elegan dengan jasnya yang lengkap dengan kemeja rapih dan celana panjang. Bagaimana aku mendeskripsikannya ya? Perempuan pendiam ini berbeda dengan perempuan lainnya. Aku menyukai wajah sibuknya, dahinya yang berkerut, berpikir serius. Lucu kan? Kalian harus setuju denganku. Walaupun, aku terkadang ikut sedih tak dapat banyak membantunya.
"Minum. Ngelamunin apa?", Freyana menyodorkan kopi yang sebelumnya ia bawa.
Aku menolak pelan, "Kamu aja"
Freyana mengangkat alisnya menerima penolakan dariku.
"Minum sebelum kamu kuperiksa sekarang juga", katanya dengan tegas.
"Kenapa beli satu?"
"Kamu jaga sendirian 'kan?"
Aku menghela nafas perlahan.
"Terus buat kamu sendiri?"
"Bekasmu aja"
"Freyana!"
"Ssstt, ga sopan sama dokter dih"
Ya gimana ya. Biar pun tampilannya sok keren dan berwibawa, dia tetap menyebalkan. Untung hari ini aku sendirian, astaga-- harusnya aku tidak bicara seperti itu. Jessi sakit, hari ini juga tidak terlalu ramai pasien yang datang memeriksakan diri.
"Piyo, cape"
"Baru jam 10, nanti makan siang aku pijetin. Sana balik keburu di liat pasien"
"Pemalu banget sih"
Justru kalau di tempat umum seperti ini aku tidak bisa fokus berbicara dengannya. Takut salah bicara, namun yang paling aku takutkan adalah omongan perawat yang berlalu-lalang di ruang tunggu. Dekat dengan dokter tidak selalu ber-impact baik. Di sisi itu, aku senang Freyana sering menjengukku disini. Sekedar berbicara denganku, katanya bisa menghilangkan lelahnya.