Aroma mawar yang pekat melintas begitu Ashel berjalan melewati Fiony. Gaunnya yang mencolok dan berbeda dari semua tamu yang hadir, membuat banyak pasang mata mencuri pandang kepadanya. Bola matanya yang bulat dan indah, gerai rambut yang ikal menyamping, serta senyumnya yang merekah setiap orang terpikat oleh pesonanya.
Ashel menerima bunga pemberian Adel dengan anggun. Menunduk dan sedikit membungkukkan badannya. Pemandangan yang mirip sekali seperti di scene putri istana bertemu dengan pangeran di pesta besar.
Fiony menghela nafas sejenak, melemparkan raut mukanya ke arah panggung yang mulai di isi oleh pembawa acara.
"Oh, tidak ku sangka kita bertemu lagi disini. Resepsionis Fiony"
Sapaan hangat sekaligus bernada tajam diperuntukkan ke seorang perempuan yang sudah berusaha untuk tidak terlihat.
"Y-Ya, perawat Ashel. Malam"
Tak henti-hentinya Adel tersenyum menyeringai, entah kepada Freya atau Fiony. Lirikan matanya sungguh memberikan maksud yang cukup mendalam soal pertemuan mereka kali ini.
"Lah, kalian saling kenal?", tanya Adel dengan ekspresinya yang di buat-buat.
"Yaa.. Fiony adalah wanita cekatan di rumah sakit ini"
Ashel menjawab dengan penuh semangat.
Adel terkekeh kemudian dengan gerak-geriknya yang khas ia berseru,"Wow, kebetulan macam apa ini. Gimana menurut lo, Fre?"
Fiony menarik nafas dalam dan membuang muka agar tidak terdengar oleh orang-orang disekitar. Kemudian, ia berbalik lalu tersenyum menatap mata yang tertuju padanya.
"Aku izin mengambil minuman"
Fiony beranjak pergi dari kumpulan.
"Aku ikut menemani Fio-", belum selesai Freya mengucap kalimatnya, Fiony langsung menyahut.
"Aku pergi sendiri"
¤¤¤¤¤
Ah, jika aku mengumpat- apakah aku masih tetap terlihat seperti anak baik?Alias.. kesal. Aku sungguh kesal. Mengapa setiap keadaan seperti ini, aku merasa bukan diriku. Emosiku yang jelek dan pemilihan keputusan yang tidak matang membuatku menyesal sendirian. Tapi, daripada aku membuat canggung mereka semua lebih baik aku menghindar. Aku tidak ada bandingannya dengan mereka.
Pasti Freyana sangat khawatir karena melihatku tidak ingin di ganggu seperti ini. Aku pengecut ya? Aku takut sekali mendengar mereka membandingkanku dengan Freyana yang super keren itu.
Rasanya ingin ku lempar saja gelas ini ke lantai, padahal cocktail-nya enak, tetapi...
"Hei, ada masalah dengan minumannya?"
Seseorang seperti menegurku yang baru saja hampir melakukan hal gila tanpa aku sadari. Aku membalikkan badan, dan aku melihat sosok pria berjas rapih. Sangat rapih. Sepertinya aku mengintip isi surga sedikit. Tidak, aku bercanda.
Dari kacamatanya, aku sudah hafal. Bahwa ia adalah anak CEO yang masih sangat muda dan tampan. Bahkan terlalu muda, ia nampak seperti lebih muda dariku. Huhu.
Aku menelan ludah dengan perasaan gugup, "A-Ah~ bukan. Ini.. Ini tadi hampir terpleset"
Lelaki itu terkekeh entah apa yang lucu dari kebohonganku yang sangat terlihat itu.
"Kau nampak kesal, kak Fiony. Ada apa?"
"Kesal? Siapa yang kesal? Aku baik-baik saja"
"Mungkin aku salah melihat bahwa kak Fiony hampir membanting gelas kaca berisi cocktail itu.."