Seorang pemuda berpawakan kurus berdiri didepan pintu salah satu kamar flat tua.
Ia menelan ludahnya dan tangannya terlihat gemetar menggenggam knop pintu kamar tersebut.
Pemuda itu dalam dilema untuk pergi atau masuk ke kamar ini.
Baru tiga hari yang lalu sahabatnya berhasil membawanya kabur, tapi entah kenapa ia kembali lagi kesini selagi temannya itu lengah.
Chanhee menghembuskan nafasnya lalu mengumpulkan keberaniannya memasuki kamar tersebut.
Kamar yang yang setahun belakangan ini ia tinggali dengan kekasihnya itu begitu gelap saat Chanhee membuka pintu.
Dari cahaya bulan yang masuk dari jendela kamar itu Chanhee bisa melihat betapa kacaunya kamar ini.
Barang-barang berserakan, gelas dan piring kaca yang pecah dibiarkan begitu saja
Dan yang paling membuat Chanhee ingin menangis adalah sosok yang berjongkok dipojok ruangan itu.
Sosok itu mendongakan kepalanya dan tersenyum setelah melihat bahwa Chanhee datang kembali padanya.
"Waseo?" Sosok itu tersenyum hangat "aku tahu kau akan segera kembali"
Chanhee perlahan menutup pintu kamar mereka dan berjalan mendekati kekasihnya itu, kekasihnyapun juga beranjak dan merka bertemu didepan jendela kamar mereka.
"Kevin... maafkan aku" ucapnya cicit Chanhee.
"Apa yang kau lakukan?" tanya kekasihnya itu masih dengan senyum hangatnya.
"A...aku.. aku" Chanhee menunduk dan tergagap untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya kevinpun sudah tahu jawabannya.
"Lepaskan syalmu, apa kau tidak merasa panas dikamarku yang sempit ini?" ujar kevin seraya membuka syal yang menutupi leher milik kekasihnya itu "Kenapa kau menutupi hasil karyaku?"
Chanhee bergidik saat tangan Kevin mengelusi lehernya yang masih terdapat banyak luka disana, entah itu lebam atapun bekas kuku yang menancap.
"Mereka... tidak menyukai karya indahku ini?" Kevin menatap hangat kekasihnya lalu membelai lembut pipi Chanhee.
Chanhee menatap Kevin takut dan sedikit gemetar "Ju..Juyeon-Arkkhh ah"
"Aku tidak suka kau menyebut namanya!" Teriak Kevin beralih mencekik leher pemuda manis yang berstatus sebagai kekasihnya tersebut dengan satu tanganya.
Chanhee mulai menitikan air matanya dan memandang wajah Kevin yang bersinar karena terpantul cahaya bulan itu.
Kekasihnya yang semakin mengeratkan diarea lehernya itu, dahulu dia mengenal sosok itu sebagai pribadi yang hangat.
Baru setahun belakangan ini saat mereka tinggal bersama ia mengetahui pribadi yang selama ini kekasihnya sembunyikan dari dunia luar.
Ia begitu posesif dan obsesif terhadapnya.
Terlebih kepada Juyeon, salah satu temannya yang menyelamatkannya beberapa hari yang lalu dari psikopat didepannya ini sebelum dengan bodohnya ia kembali.
"U... Akhhh" Wajah Chanhee semakin memerah ketika Kevin semakin mencekiknya bahkan ia yakin kuku jarinya sudah kembali melukai lehernya.
Kedua tangan Chanhee yang bebas perlahan naik menuju badan Kevin, dengan gemetar ia melingkarkan kedua tangan mungilnya itu keleher kekasihnya.
"Kau mau mencekikku kembali?" tanya Kevin dingin dan menyeringai.
Namun Chanhee hanya mengelus leher Kevin lalu menaikan kedua tangannya kembali untuk menangkup wajah kekasihnya.
