Hari itu Ana pun tahu, kalau dirinya kini terpaksa berurusan dengan orang paling menakutkan seantero bumi. Kedepannya bahkan ia tidak pernah menyangka kalau sesuatu yang lebih mengerikan akan terjadi tidak dalam waktu lama.
Beberapa hari dirinya dikurung di kediaman Alcyone, tepatnya didalam ruangan bawah tanah, ruangan yang begitu menyeramkan karena gelap dan juga berdebu.
Disana terkumpul begitu banyak orang yang ternyata juga memiliki nasib sama seperti Ana, dimana mereka tidak berkemampuan untuk membayar hutang Alcyone dan kini berkemungkinan akan diperdagangkan ke luar negeri melalui jalur ilegal.
Selama mereka di tempat yang sama sekali tidak mirip penampungan melainkan penjara ini.
Mereka tidak diberikan makanan yang sehat, seadanya dan bahkan mirisnya terkadang sehari hanya sekali diberikan makan.
Membuat para anak yang masih berusia belia dibuat sakit tidak karuan menahan lapar maupun minum, mereka tampak sangat lemas ketika itu.
Hari ketika mereka dibuat kesakitan seperti itu, justru membuat Alcyone terlihat begitu puas, sambil mengisap cerutunya ia membuang nafas dan berkata.
"Ini hukuman untuk kalian yang sudah melanggar janjinya padaku. Orang-orang lemah tidak akan tahan dibawah kuasaku hahaha!" tawanya dan sedikit membuat Ana kesal dengannya, meski dirinya sendiri juga tidak bisa sedikitpun melindung dirinya dari kuasa Alcyone.
Dan kemungkinan buruk apa yang akan menantinya didepan.
Bahkan menurut Ana, bukankah akan menjadi kerugian tersendiri bagi Alcyone, kalau mereka yang akan berakhir dijual malah justru kurus kering dan malah sakit-sakitan? Bagaimana mau diperdagangkan?!
Tapi mirisnya ketika ada salah satu dari mereka yang memprotes seperti itu, Alcyone justru berdalih. "Masih lebih untung saya tidak menyiksa kalian dan menggantung kalian di setiap jalan!" tandasnya.
Ana juga selama berada di penampungan itu dirinya sering menahan rasa laparnya, bahkan ia merasa jika tubuhnya jadi lebih kurus dibanding dulu.
Ia telah kehilangan cukup banyak berat badan selama berada disana. Meski masih untung dirinya cukup bisa bertahan, beberapa dari mereka yang tidak tahan adalah mereka yang masih berusia belia dan anak-anak.
Ana merasa kasihan dengan mereka. Sebut saja seorang gadis bernama Putri yang memiliki penyakit magh akut, dirinya terlihat pucat dan sering muntah.
Ana dan beberapa wanita lebih tua yang bantu mengurusnya, mencoba menyolong-nyolong waktu untuk keluar dari penampungan dan mencuri makanan, minuman ataupun obat, kebetulan pintunya sedang tidak dikunci.
Ana merasa iba dengan anak sepantaran Putri yang harus menjadi korban atas hutang-hutang orang tuanya yang tidak bisa terbayar. Dari sini Ana pun sadar, betapa iblisnya Alcyone itu. Kekejamannya benar-benar tidak memandang usia.
Meski dari sana Ana jadi memiliki banyak teman, lebih tepatnya teman yang senasib.
Terpaksa oleh keadaan untuk saling mengenal, menolong dan saling bertahan hidup dalam situasi seperti itu.
Disana ia mengenal Ayu, Rinda, Putri, Siska dan yang lainnya. Mereka saling membiasakan diri dengan melakukan beberapa hal seperti mengobrol, berkeluh kesah atau saling berbincang tentang hidupnya, ada tawa dan juga ada tangis.
Sampai hari dimana Alcyone kembali menampakkan dirinya ke hadapan mereka semua bersama dengan para ajudan dan bodyguardnya.
Menepati janjinya beberapa waktu lalu untuk mempergunakan mereka layaknya barang, ada dari mereka yang berakhir dikirimkan ke banyak klub malam, menjadi teman tidur para gigolo sampai menjadi si kupu-kupu malam.
Mirisnya dibanding mereka, sebuah kenyataan pilu diterima oleh Ana, dimana dirinya bersama Putri dan Siska berakhir dikirim ke luar negeri, mereka berencana akan dijual ke China, dikirim melalui kapal laut mulai dari pelabuhan merak, Lampung, Sumatera, Malaysia kemudian pada akhirnya sampai ke China.
Perjalanan laut yang benar-benar memabukkan, bahkan butuh waktu dua bulan perkiraan untuk bisa sampai ke China.
Alcyone benar-benar iblis. Dirinya bukan hanya sukses mengubah mereka menjadi alat tukar uangnya tapi juga.... Memaksa mereka terjun langsung ke dalam neraka.
Putri yang polos, awalnya merasa sangat senang ketika menaiki kapal laut itu dan berharap nasibnya masih lebih baik ketimbang teman-temannya yang ditempatkan di klub malam dan berakhir menjadi tunasusila, ke luar negeri menurutnya adalah suatu kebanggaan.
Dimana dirinya bisa melihat negara lain yang secara keseluruhan jauh berbeda mulai dari kultur, bahasa, suasana lingkungan bahkan disana memiliki empat musim.
Dirinya bisa melihat salju! Menginjakkan kakinya disana benar-benar hal yang keren. Ia sangat menanti hal itu.
Hingga di suatu malam, ketika kapal masih berlayar di tengah laut. Putri mulai terlihat sakit lagi, wajahnya pucat dan tangannya terus meremas perutnya.
Dia tidak mabuk laut, bahkan awal-awal dirinya naik kapal pun tidak ada keluhan apapun. Tapi sekarang dia kembali sakit.
Siska berkata. "Magh kamu kambuh lagi ya?" tanyanya. "Enggak tahu mbak." jawabnya masih meremas perutnya.
Siska dan Ana terlihat cemas. Ana mendadak teringat sesuatu.
"Eh tunggu, kan obatnya masih ada sisa waktu itu. Bentar aku cari." ucapnya segera mencari di tas dan ketemu. Ia segera minumi Putri obat itu dan baringkan di kursi.
Membiarkannya tertidur.
Siska kemudian berkata. "Gue takut nanti kita pada akhirnya dijadiin psk juga kayak yang laen." ucap Siska cemas.
"Aku jujur bingung gimana kalo nantinya kita enggak bisa balik lagi ke indonesia, kakakku lagi kritis dan aku tinggal di Bandung, aku takut dia kenapa-napa mbak." ucap Ana khawatir.
Siska hanya menghela nafas mendengarnya.
"Yah, kayaknya tinggal terima nasib aja kita disini." ucap Siska, Ana terdiam seakan membenarkan perkataannya.
Seperti yang dirinya ketahui, Siska juga menunggak hutang kepada Alcyone sama sepertinya, bedanya ia lebih parah lagi, menunggak satu tahun malah.
Ia diculik Alcyone ketika sedang berada dirumahnya. Tidak ada satupun anggota keluarganya yang tahu karena mereka sudah lama pisah rumah dengannya, bahkan ia sampai mengira sendiri kalau sekalipun ia menghilang tidak ada siapapun yang berkemungkinan akan mencarinya.
Lebih kasihan lagi dengan Putri, yang merupakan seorang anak jalanan, dirinya diculik oleh anak buah Alcyone ketika sedang mengamen, dirinya memang masih memiliki kedua orang tua tapi mirisnya karena kedua orang tuanya memiliki hutang kepada Alcyone dan ketika mereka menunggak serta tidak kunjung membayar, dirinyalah yang pada akhirnya dijadikan jaminan untuk membayar hutang kedua orang tuanya.
Ana terus memandang Putri yang tampak terlelap tidur, wajar jika dirinya terlihat selemah itu, tak terasa sudah satu bulanan mereka berada di kapal dalam perjalanan menuju China.
Alcyone melepas mereka begitu saja disana bersama beberapa pria orang suruhannya yang juga merupakan warga negara China, yang mungkin nantinya akan mengarahkan mereka disana mulai dari bahasa hingga lokasi tepatnya kemana mereka akan ditujukan.
Dua pria China yang berada tak jauh dari sana saling melihat situasi lautan yang sudah gelap karena hari sudah malam, salah satu dari mereka ada yang sibuk menelepon seseorang, orang itu memang selalu terlihat sibuk menelepon, orang yang diteleponnya tidak lain adalah Alcyone, mengingat kalau dirinya telah menjadi satu diantara banyaknya tangan kanan lelaki itu.
Tiba-tiba saja pria itu mendekati Ana maupun Siska, tampaknya ia sudah selesai dengan aktivitasnya itu.
"Hey kamu! Segera bangunkan anak ini! Sebentar lagi perahunya akan datang. Hey kalian semua cepat bangun! Cepatlah berkumpul!" tandas pria ini yang sontak saja segera membangunkan pria maupun wanita lainnya.
Ana yang belum sempat tertidur bersama Siska pun segera berkumpul dengan membangunkan terlebih dahulu Putri yang baru saja terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]
عاطفية"Jika kita bertemu lagi... Mungkin itu bisa terhitung takdir..." (Follow dulu sebelum baca yahhh!!!!) Ana dijual keluar negeri disebabkan ia mesti berurusan dengan ketua geng mafia terkuat "Tengkorak hitam" yang memiliki bisnis tersebar di berbagai...