Chapter 2. Sekolah

78 40 5
                                    

Hari ini adalah hari pertama Allen sekolah, supir yang mengantarkanya ke sekolah sudah menunggu di depan dengan mobil yang super mewah. dia tidak menyangka, bisa merasakan hal ini dalam sekelip mata, rumah besar, pelayan, makanan enak dan orangtua baru yang berasal dari keluarga bangsawan. Namun, Allen masih merasa kebingungan dengan semua yang terjadi.

Allen mulai berangkat sekolah, di dalam perjalanan ia sangat fokus mengamati sekitar, banyak yang terlihat berbeda. Perpohonan banyak yang berbunga dan lebih anehnya lagi ada pohon sakura yang bermekaran. Padahal Allen tinggal di negara yang beriklim tropis yaitu. “Ini terlihat seperti musim semi luar negeri,” gumam Allen.

Supir rumahnya Andi pun menjawab ucapan Allen dengan jawaban tidak terduga. “Negara kita memang mempunyai empat musim, Tuan. Sepertinya Tuan banyak berkata-kata tidak masuk akal akhir-akhir ini.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa saya suka berkata-kata tidak masuk akal?”

“Banyak pelayan bergosip tentang hal itu, Tuan. Saya hanya mengatakan hal yang sebenarnya saja,” ucap supir itu dengan jujur sambil sesekali melihat kondisi Allen di kaca mobil. “Jika ada hal yang ingin diceritakan saya siap mendengarnya, Tuan. Saya sudah menjadi supirmu sejak SD. Tuan sudah saya anggap seperti anak sendiri.”

“Terimakasih, Pak atas perhatiannya. Saya akan bercerita jika siap nanti.” Allen mengaruk lehernya sambil berpikir. Apakah mereka akan menyadari bahwa aku bukan Andi setelah ini dan aku akan diusir? TIDAK! Apakah aku akan menjadi tunawisma di mimpi?

Kepala supir itu mulai berkata lagi. “Apakah Tuan merasa kesepian sehingga berhalusinasi seperti itu?”

“Bisa jadi, aku sudah lama tidak menemui ibu.” Allen menunduk dan mengingat ibunya sekilas. Apakabar ibu di sana, ya? Aku rindu sekali dengannya.

Cepatlah, bangun, Allen! Ibumu pasti akan mengira kamu mati karena tidak bangun-bangun!

“Besok nyonya akan datang berkunjung, Tuan tunggu saja, ya?”

“Hah?” Allen semakin bingung pernyataan supirnya itu.

“Baiklah, kita sudah sampai. Semangat belajarnya, Tuan!”ucap supirnya.

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan sekolah. Gedungnya sangat besar dan bertingkat empat, bahannya sangat bagus dan terbuat dari marmer yang mahal.

“Ini sekolah swasta sepertinya, baiklah. Aku menjadi siswa SMA kembali, semangat Allen!” ucapnya menyemangati diri sendiri, terdengar bunyi gas mobil dihidupkan. Supir yang mengantarkannya tadi langsung pergi meninggalkan Allen sendiri.

“Aish! Bagaimana ini, aku bahkan tidak mengetahui kelas mana diriku belajar!” Allen mulai masuk ke dalam sekolah itu, dia berjalan di sepanjang koridor sekolah mencari keberadaan kelasnya, dia tersesat ke arah kantin, ke laboratorium bahkan ruangan kesenian yang pada saat itu sedang berlatih panduan suara. Ternyata setelah lama berkeliling ia akhirnya menemukan denah ruangan di dalam sekolah itu, semua kelas berada di tingkat atas. Ia harus menemukan kelasnya di atas sebelum jam belajar di mulai.

Untung saja, tiap kelas memiliki daftar nama beserta foto siswanya yang tertempel di pintu kelas. Ternyata Allen berada di kelas XII-A, tanpa menunggu lama, ia langsung masuk ke dalam kelas lalu mencari tempat duduknya.

Lima belas menit kemudian, bel sekolah berbunyi. Pelajaran akhirnya di mulai, seorang pria tua masuk ke dalam kelas itu dan langsung memulai pelajarannya mengunakan tayangan in-focus. Allen mengeluarkan buku di dalam tasnya lalu membuka satu persatu dan terkejut dengan isinya. “Eh, apa ini. Andi ternyata anaknya sangat rajin mencatat, tidak sepertiku ketika SMA dulu, menyatat di buku yang sama padahal materi dan mata pelajaran serta ditulis dengan sangat estetik alias cakar ayam.

AllendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang