Chapter 13. Curiga (II)

19 11 1
                                    


Sudahlah, sebaiknya kita menyerah saja. Terima takdir yang sudah terjadi ini," kata Andi sambil menatap Allen dengan tersenyum ringan di balik kaca.

Wajah Allen berubah menjadi memerah. Dia sangat kesal mendengar perkataan Andi yang terdengar seperti biasa saja. "Apa maksudmu Andi? Itu semua salahmu, bagaimana kamu bisa bersikap santai seperti itu?"

Andi seketika menghela napas lalu berkata, "Lalu apa yang harus aku lakukan? Tanpa artefak satunya kita tidak akan bisa kembali ke tempat masing-masing."

"Sepatutnya kamu bantu apa, gitu. Cari cara lain biar kita bisa balik, kamu gak rindu dengan keluarga sama teman-teman? Mereka seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa," balas Allen lebih mendekat ke arah kaca.

Andi ikut lebih mendekat, mereka terlihat seperti tidak ada batasan sekarang. "YA SUDAH BERITAHU SAJA KEPADA MEREKA SEMUA!"

"Maksud kamu aku memperkenalkan diri santai gitu, sambil bilang "Halo nama aku Allen aku dari dimensi sebelah, Andi bertukar dimensi denganku-maksud kamu gitu?"

Andi menurunkan nada bicaranya dan menatap orang yang berada di depannya itu dengan tatapan melas. "Cuma satu cara, cari artefak itu sampai dapat, please. Sorry Allen aku juga tidak tahu kalau ini bisa terjadi."

"Coba kamu ingat kembali, apakah benar ada kembaran artefak? Aku dengan Lian sudah mengecek semua artefak yang ada di dalam gua itu, tidak ada satupun yang mirip seperti yang kamu pegang."

"Aku benar-benar yakin artefak ini ada kembarannya, mereka terlihat sama persis. Hanya saja, tulisannya berbeda. Maka dari itu kita perlu membaca mantra keduanya secara bersamaan untuk bisa pulang ke tempat masing-masing."

Allen menghela napas panjang lalu hendak meninggalkan tempat itu. "Aku ingin menenangkan diri dulu, bye."

Pemuda itu pergi meninggalkan Andi keluar kamar, ia langsung menuju keluar rumah entah, kemana ia akan pergi. Wajahnya terlihat sangat mengambarkan kekacauan hatinya saat ini.

Ia menuju ke arah tempat mobil dan masuk ke dalamnya serta menghidupkan mesin mobil itu. Allen langsung menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke jalan raya. Sopir pribadinya yang baru balik dari makan siang terlihat terkejut dengan tuan mudanya yang bisa membawa mobil sendiri. "Bagaimana bisa?"

Dia mengendarai mobilnya menuju tempat gua itu kembali. Kali ini ia pergi sendiri tanpa memberitahukan kepada Lian terlebih dahulu. "Mungkin aku dengan Lian tidak terlalu teliti mencarinnya?"

Ditengah perjalanan ia mengingat semua kenangan yang terjadi di dimensi asalnya bersama keluarga serta teman-teman kuliah dan satu orang yang tersayang baginya. Cukup berat bagi seorang pemuda yang memiliki rasa syukur yang tinggi untuk meninggalkan kehidupan aslinya.

Belasan menit kemudian, Allen datang ke gua itu kembali. Ia berlari menuju ke dalam gua dengan bermodalkan senter ponsel. "Aku harus menemukan itu, aku lelah, aku ingin pulang! Di sini terlihat sangat asing dan aneh!"

Ia menuju ke tempat di mana artefak-artefak tersusun, sambil menyorot satu demi satu benda itu Allen mencocokan dengan gambaran artefak kuno yang di bawa Andi. "Benar-benar tidak ada yang mirip."

Ia berpindah tempat dan mengubah posisi, menatap setiap inci artefak yang berada di sana dengan teliti, tanpa sadar sebuah cahaya merah membesar dari arah belakang Allen. Tidak lama kemudian, pemuda itu mulai merasa aneh, ia merasakan hawa yang negatif. Ia langsung menoleh ke arah belakang dengan perlahan karena, ada sesuatu yang berada di belakangnya.

Allen merasa penasaran dengan cahaya merah yang muncul itu, tanpa berpikir panjang pemuda itu mendekat ke arah sumber cahaya dan melihatnya dengan lebih dekat. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah potongan tulisan atau pecahan artefak kuno. Pemuda itu mengambil potongan artefak tersebut dan melihatnya secara teliti, sekilas ingatan Allen terlihat-bentuk pecahan tersebut sangat mirip dengan tulisan yang ada pada artefak yang difoto Andi, namun dengan huruf yang sedikit berbeda.

AllendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang