Allen mulai memanfaatkan waktu pesta dansa untuk melarikan diri keluar dari ruangan ketika penjaga lalai dalam mengawasinya, saat ini ruangan itu dipenuhi orang-orang yang mulai berdansa berpasangan dan penjaga sedikit kewalahan dalam mengawasi pergerakan Allen dan pada saat itu mencari celah untuk keluar.
Pria muda itu berlari keluar sambil dengan menyamar mengunakan topeng dansa. "Bagaimana dengan artefaknya?" ucapnya kepada Lian melalui panggilan telepon.
[Aman, cepatlah keluar!]
Rosa terdiam di ujung ruangan pesta dansa sambil melihat punggung Allen yang sudah lari menjauh darinya. Gadis itu menghela napas panjang lalu tersenyum tipis sambil memegang topengnya yang berwarna pink tua.
Allen berlari dengan nafas terengah-engah mencari keberadaan Lian. Tak lama kemudian, ia menemukan sahabatnya itu di ujung jalan sambil memegang kotak segi empat dengan corak kuno. Pemuda itu tersenyum sambil mendekati pemuda lainnya dengan dengan perasaan lega, lalu membuka topeng dansanya.
Lian memberikan kotak itu kepadanya. "Ambillah, sepertinya ini detik-detik terakhir kita berpisah."
Allen menepuk pundak Lian perlahan. "Terimakasih sudah membantuku, Lian. Aku sangat berhutang budi denganmu."
"Lalu langkah selanjutnya?" Lian mengangkat alis sebelah kanannya.
Allen tersenyum di ujung bibirnya. "Apakah kamu ingin membantuku untuk terakhir kali?"
Allen langsung berlari mengejar waktu, memasuki halaman rumahnya lagi dan mencari celah untuk naik ke atas kamarnya dengan aman. Sebelum itu, Allen ternyata menganti jas beserta topengnya dengan milik Lian dan mereka bertukar posisi, Lian diberinya tugas agar bisa mengelabuhi penjaga dengan melanjutkan berdansa dengan Rosa. Sedangkan, ia menyamar dengan mengunakan pakaian Lian beserta topeng lain untuk masuk ke dalam dan naik ke lantai atas tanpa di curigai penjaga.
Lian masuk ke dalam kerumunan dansa dan mendekati Rosa, ia melanjutkan dansa itu sembari memegang jari-jemari gadis cantik itu.
Rosa terkejut saat dia mengetahui kedatangan tunangannya lagi. "Apa yang kamu lakukan di luar sana?" ujarnya sejenak sebelum merangkul leher Lian.
Lian tidak menjawab pertanyaan gadis itu, ia terus melanjutkan dansanya. Jika ia berbicara tentu saja Rosa akan mengetahui bahwa mereka berdua sedang menyamar.
Rosa bertanya lagi dengan wajah bingung. "Andi, kamu seperti sedikit tinggi, apa perasaanku saja?"
Lian seketika membelalakkan matanya dan refleks mengeleng dengan cepat tanpa mengeluarkan suara. Semoga penyamanranku tidak terbongkar.
Sementara Allen sudah berhasil melewati ruangan sebelah tanpa diketahui oleh para penjaga, ia melangkah perlahan menuju ke lantai atas dan dalam hitungan detik ia bisa berlari memasuki kamar walau dengan sedikit hambatan ada pelayan yang lewat dan hampir memergoki dia.
"Baiklah, Andi. Saatnya kita bertukar posisi," ujarnya melangkahkan kaki perlahan menuju cermin dan menunggu kembaran beda dimensinya itu muncul di sana.
Cukup lama Allen menunggu mungkin sekitar tiga jam, tetapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Andi. Ia merasa bahwa Andi akan menghianatinya lagi dan tidak akan membuat mereka pulang ke tempat masing-masing. Ayolah, jangan jadi pengecut, Andi!
Kembali ke ruangan pesta dansa, Rosa mulai yakin bahwa orang yang mengajaknya menari bukan Allen atau Andi. "Kamu Lian?" tanya sambil memastikan dengan menatap mata Lian dengan intens lalu ia menurunkan pandangannya menatap jari-jari kosong kepunyaan Lian.
Lian menghentikan geraknya dengan perasaan takut. Dia langsung memegang topengnya waspada agar tidak dilepas oleh Rosa.
"Aku yakin kamu pasti Lian. Dimana Andi?" Rosa bertanya dengan serius. "Apakah kalian sedang bermain permainan rahasia denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Allendra
Dla nastolatków[BELUM REVISI, AUTHOR MASIH MENGUNAKAN PUEBI DAN EYD V SECARA CAMPURAN.] Blurb: Terjebak di dunia paralel menyebabkan duniaku berubah menjadi 360°, pada awalnya aku menyukai dunia ini. Namun, lama kelamaan, mengapa rasanya sangat aneh?