Chapter 16. Tidak bisa sepertinya

15 9 4
                                    


Acara pertunangan resmi kembali diselenggarakan oleh Albert. Kali ini ia sengaja mengurung anak semata wayangnya di dalam kamar, ia berharap kali ini acara tersebut berjalan dengan lancar dan memerintahkan banyak sekali penjaga agar anaknya tidak lolos. pria paruh baya itu sudah cukup malu menghadapi para tamu yang menggosipkan tentang keluarganya.

Tampak gedung pertemuan telah didekorasi dengam hiasan bunga dan lilin yang indah serta berkilau. Suasana dalam gedung pertemuan mulai dipenuhi oleh suara tawa canda para tamu, lagu-lagu pengiring dan pengurus yang mengatur semua hal tersebut. Allen memandang itu dari balik jendela, persis seperti pertama kali ia datang ke sini.

"Untuk kesekian kalinya, kumohon Tuan jangan melarikan diri," ucap pelayan tuanya sambil memakaikan jas yang indah ke tubuh Allen.

"Bagaimana bisa aku melarikan diri, aku sudah seperti tahanan kelas kakap," ucap pemuda itu sambil memutar bola matanya. Ia menatap cermin sambil berharap bisa berkomunikasi lagi dengan Andi.

Setelah merasa selesai memakaikan Allen jas pertunangan, pelayan tua itu pamit undur diri lalu mengunci kembali pintu kamar dengan rapat. Allen berjalan menuju ke arah kaca berharap Andi akan muncul di sana. "Ayo, cepat muncul!"

Seperti yang diharapkan Andi langsung muncul di dalam cermin itu dan menyapa Allen dengan senyuman lebar.

"Dari mana saja?"

Andi menguap sembari menutup mulutnya. "Aku baru bangun tidur, nih. Ada apa? Apakah kamu sudah menemukan artefak kembaran dengan lengkap?"

Allen menatap Andi dengan wajah tanpa ekspresi. "Sudah, tapi aku sedang terperangkap di kamar."

"Oh, iya?" jawabnya dengan senyuman ringan. "Bagaimana bisa?"

"Lian yang menemukannya untukku."

"Ah, syukurlah!"

Allen lebih mendekat ke arah cermin. "Apakah kamu sudah yakin untuk pulang kembali?"

Andi mengangguk perlahan dengan wajah yang merasa bersalah. "Terimakasih sudah membuka pikiranku, banyak hal yang harus kusyukuri di sana. Termasuk Star, pacarku."

"Tapi kita ada masalah," ungkap Allen lagi dengan wajah serius sembari merapikan lengan jasnya.

"Kenapa? Kamu tidak tahu membaca mantranya?"

Allen menunduk menatap lantai lalu menatap cermin kembali. "Bukan! Hari ini pertunanganmu dengan Rosa."

Andi tampak terkejut. "SEKALI LAGI?"

"Ayah Albert sangat berusaha sekali untuk menyatukanmu dengan Rosa. Aku juga tidak mengerti, apakah ini adalah sebuah perjanjian lama atau alasan lain, padahal Rosa bukan pacarmu atau yang kamu suka 'kan?"

Andi berdecak. "Kalau suka aku tidak perlu repot-repot melarikan diri dan berpacaran dengan Bintang."

"Aku tidak faham untuk memujuk Bintang agar memaafkanmu, nanti ketika kita pulang ke tempat masing-masing urus saja masalahmu sendiri."

"Iya tenang saja. Jadi, jam berapa pertunangan akan dimulai?"

"Jam sebelas siang, jadi kira-kira dua jam lagi. Kamu tidak lihat aku sudah berpakaian jas lengkap seperti ini?"

"Pertukaran tubuh tidak bisa dilakukan hari lain. Jika iya, harus menunggu sebulan kemudian, aku baru ingat pernah membaca aturan artefak tersebut."

Allen menjentikkan jarinya sambil mengutarakan kata dengan raut muka serius. "Maka dari itu, aku harus mencari cara agar bisa membawa artefak tersebut di hadapanmu sebelum jam dua belas malam nanti. Aku sudah cukup lelah berada di sini, acara tidak mungkin selesai dalam setengah hari apalagi ini acara orang kaya."

AllendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang