Chapter 4. Lian

48 37 1
                                    

Terdengar ketukan pintu yang membuat fokus Allen terganggu. “Tuan Andi ada yang ingin bertemu dengan Tuan.” Ternyata itu adalah pelayan tua setianya Andi yang sedang memberitahukan khabar.

Allen yang masih sibuk bergelut dengan dokumen, buku-buku dan foto-foto merasa terganggu dengan ucapan pelayan tua itu. “Siapa? Katanya ibu akan datang nanti jam 3 sore, apakah ia mengubah jam kunjung?” ia bertanya dengan emosi yang ditahan. Allen sudah cukup pusing dengan semua hal.

Siapa lagi yang ingin menganggu kesibukanku ini!

“Tuan Lian. Dia ingin mengatakan suatu hal yang penting katanya.”

“Lian?”

Allen penasaran dengan orang yang bernama Lian itu, sehingga ia menghentikan kegiatannya itu sejenak. Ia langsung turun ke lantai dasar dan menemui orang tersebut di ruang tamu.

Seorang pemuda tampan  yang terlihat seumuran dengannya menyambut Allen dengan senyum tipis lalu mulai menyapanya, “Andi, mengapa kamu tidak pernah keluar dan menemuiku lagi?”

Allen berusaha untuk bertingkah dengan layaknya seorang Andi. “Maaf, aku sudah 2-3 hari ini sedang tidak ada enak badan, apa ada hal penting, Lian?” jawabnya sembari duduk di kursi, dengan posisi berhadapan dengan Lian.

“Tidak, aku hanya mengkhawatirkanmu,” ucapnya lagi. Anak laki-laki itu terlihat sangat ramah, seperti sudah mengenal Andi sejak lama.

“Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, ini sakit biasa, kok, Lian.”

“Aku hanya takut setelah kejadian itu, ada hal yang tejadi kepadamu.”

Allen yang awalnya berusaha bersikap normal mulai mengeluarkan wajah yang curiga dan menanyakan kejadian lebih jelasnya kepada. “Kejadian apa ya? Banyak sekali kejadian yang aku alami akhir-akhi ini, sampai aku bingung yang mana?”

Wajah Lian ikut berubah bingung lalu spontan menjawab, “ah, tidak. Bukan apa-apa. Tujuanku hanya ingin mengecek keadaanmu, syukurlah kamu tidak apa-apa.”

“Hmm?” Allen merasa tidak puas dengan jawaban Lian, tetapi ia juga tidak ingin dicurigai kalau ia bukanlah Andi.

“Itu, aku mengetahui kabar bahwa kamu kena alergi karena memakan coklat pas perjamuan, maksudku ya ... kejadian itu,” Lian melanjutkan perkataannya.

Allen pun menyadari hal itu, tidak heran bahwa berita itu tersebar kemana-mana, dia anak tokoh penting.“Orang-orang terlalu berlebihan dengan berita alergiku, macam artis saja,” balasnya sambil tertawa ringan.

“Anak bangsawan sepertimu memang selalu menjadi bahan cerita orang di sini, tidak lebih seperti seorang artis juga dan itu hal yang lumrah,” ucap Lian sambil mengambil gelas tehnya dan menyeruput air teh itu dengan pelan. “Aku juga tidak menyangka akhirnya kamu mau menerima perjodohan dengan Rosa sedangkan, apa yang aku tahu kamu selalu melarikan diri ketika melakukan perjamuan seperti itu.”

“Aku hanya tidak ingin pelayan setiaku dipecat karena hal sepele ini,” balas Allen, pemuda ini merasa tidak nyaman karena Lian seolah-olah sedang mengintrogasinya.
“Rosa itu teman kecilmu, sama sepertiku. Aku juga sudah mengatakan bahwa dia tak lebih dari seorang adik perempuan karena kamu anak tunggal ‘kan?”

“Ah, aku merasa ingin buang air kecil. Sebentar ya, Lian.” Allen hendak meninggalkan tempat itu sejenak karena arah pembicaraan Lian terlalu intens dan pribadi, takutnya dia tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai masa lalu mereka dan masalah perjodohan dengan Rosa.

Baru saja Allen hendak melangkahkan kakinya, ada perkataan Lian yang membuatnya terkejut dan membeku di tempat.

Lian ikut berdiri lalu sejenak berkata. “Kamu bukan Andi, ‘kan?”

AllendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang