Saptadasa

58 11 0
                                    

Berkat penjelasan singkat dari Yudan, Taavi memang sudah menyiapkan hatinya untuk menghadapi segala kondisi Ardan di laut selatan. Tapi dia tidak pernah menyangka kalau akan sebegini buruknya.

Dimana dia melihat banyaknya bekas cambukan membiru keunguan yang menghiasi kulit putihnya, hingga membuatnya terlihat sangat kontras.

Pergelangan tangannya yang kurus terikat rantai yang menggantung tinggi sampai ke atas pilar, sedangkan kakinya di ikat dengan rantai yang lebih besar lagi dan memiliki beban sekitar 5 kiloan.

Hati Taavi benar-benar hancur saat melihatnya. Dia ingin segera masuk kedalam sel terkutuk itu untuk melepaskan Ardan dari semua penderitaannya.

Kalau saja Yudan tidak menghentikannya karena masih ada dua penjaga yang mengawasi di depan sel itu, Taavi pasti sudah menerobos kesana tanpa memperdulikan keselamatan jiwanya sendiri.

"Akhu mahu mehng... Hmmp... Emmpp... Aldan...!! (Aku mau menyelamatkan Ardan!!)" Taavi bergerak dengan gusar, karena Yudan dan Jazmi berhasil menghentikan gerakannya dan juga membekap mulutnya.

Setelah berjalan mengendap-endap menghindari segala penjagaan yang ada di sepanjang lorong, yang langsung menghubungkan pendopo istana dengan ruang penjara khusus.

Jazmi, Yudan dan Taavi bersembunyi di balik tembok lorong terakhir, yang menghubungkan mereka dengan lokasi Ardan.

Kepala mereka bertiga secara bergantian timbul tenggelam dari balik pojokan tembok, hanya untuk memastikan kalau kedatangan mereka benar-benar tidak diketahui oleh para penjaga sel, tempat Ardan di kurung.

Deg...

Ternyata benar dugaan Yudan. Setelah semua kejadian yang menimpa Ardan di dunia manusia, dia memang dilarang melanjutkan tugasnya sebagai prajurit penjemput tumbal.

Berdasarkan dari kabar yang Yudan dapatkan dari hasil menguping pembicaraan para prajurit yang sedang istirahat latihan, dia tahu kalau Ardan di tempatkan di penjara khusus, yang ada di bagian paling belakang bangunan istana laut selatan.

Yang mana biasanya ruangan pengap itu, hanya digunakan untuk menghukum rakyat kerajaan laut selatan, yang menolak mengerjakan perintah dari sang ratu.

Dimana hal yang seperti ini, dianggap sangat langka. Karena biasanya, semua makhluk halus (roh\ arwah) yang resmi menjadi bagian dari kerajaan laut selatan, akan langsung melupakan segala emosinya.

Mereka hanya akan menuruti perintah sang ratu dalam diam, karena sudah tidak memiliki perasaan lain, selain hanya patuh, patuh, dan patuh pada segala mandat beliau.

Makanya bangunan yang sebenarnya cukup luas ini, jadi terlihat sangat mengerikan di mata Taavi. Karena memang tidak pernah di rawat dan juga hampir tidak pernah digunakan sama sekali.

Sebenarnya Yudan pun sama. Meski dia sudah lama menjadi salah satu pejabat tinggi di kerajaan laut selatan, sekalipun dia belum pernah melihat langsung penjara yang satu ini.

Jadi dia terus menatap bangunan lembab yang kotor penuh lumut itu, dengan ekspresi gamang.

Dalam hatinya Yudan bertekad. "Aku bersumpah!! Hari ini benar-benar akan menjadi hari terakhir ku, menjadi bagian dari kerajaan yang terkutuk ini!!"

Dan tepat setelah dia membulatkan tekad seperti itu, Yudan malah melihat Taavi melewati dirinya dan memasang kuda-kuda.

Sepertinya dia hendak menyerbu dua makhluk penjaga sel Ardan, tanpa persiapan yang matang.

Yudan yang sangat tahu kalau Taavi pasti kalah jika menyerang mereka, refleks mengunci pergerakannya dengan menekan tubuhnya sampai menempel erat ke tembok.

If I Ruled The World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang