SAS

115 18 5
                                        

Klotak...

"Tuh kan!" Batin Taavi membenarkan.

Saat Ardan tidak sengaja menjatuhkan HP nya Karena terlalu terkejut, ketika dia tiba-tiba merasakan kehangatan tangan Taavi menyerempet pipinya.

Lalu dia bergerak terburu-buru untuk bangun dari atas tubuh Taavi dan mengambil Hpnya, hingga tak menyadari kalau lututnya yang keras, menekan kemaluan Taavi.

"Hhnngg..." Taavi reflek merintih sambil merapatkan kedua kakinya.

Dia juga spontan bangun dari posisinya, yang menyebabkan tubuh Ardan otomatis terkurung meringkuk dalam kungkungannya.

"Maafkan aku..." Ardan meringis ketika merasakan nafas hangat Taavi berhembus menyapu sisi batang lehernya.

Sejujurnya dia tidak begitu yakin apa yang mengenai lututnya, tapi itu pastilah sesuatu yang empuk.

Jadi pada akhirnya Ardan mengira, itu adalah daging paha Taavi, yang bagian dalam.

"Tapi kenapa suara Taavi terdengar aneh?" Ardan bertanya dalam hati sambil melirik wajah Taavi yang berjarak tak lebih dari satu inchi darinya.

"Kenapa wajahnya memerah begitu? Apa itu terasa sangat sakit?" Dia mencoba merabai lututnya sendiri yang terasa keras di telapak tangannya.

"Oh tidak, apa aku telah menyakitinya?" Kini Ardan mulai panik. Keringat dingin mulai bermunculan bagai embun di dahinya.

Di sisi lain, sejujurnya saat ini kemaluan Taavi hanya ngilu sedikit akibat benturan itu, dan sialnya juga mulai mengeras karena posisi mereka yang terlampau dekat.

Di tambah lagi, Kuatnya Aroma bunga melati dari tubuh Ardan, yang menusuk masuk melewati lubang hidungnya, sampai kedalam rongga paru-parunya, hanya semakin membuat Taavi jadi tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri.

Benar-benar sialan emang. Aroma yang beberapa waktu lalu terasa aneh di indra penciumannya, kini malah berubah menjadi aroma aprodisiak, yang hanya membuat candu serta memabukkan.

Lalu karena tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi diantara mereka, Pikiran Taavi yang kebetulan masih jernih pun seketika bertekad untuk menjauhkan Ardan darinya.

"Tahan Taavi! Tahan! Kalian itu bukan Gay! Kalian straight! Lagipula, Ardan terlalu polos..." Dia berusaha keras mensugesti pikirannya.

Bukannya Taavi tidak ingin melakukan hal-hal yang cabul (?) itu dengan Ardan.

Jujur saja, sebenarnya setiap kali mereka berdekatan seperti ini, Taavi sudah beberapa kali hampir menyerah pada kewarasannya.

Apalagi sejak dia mulai menyadari ketertarikan seksualnya pada Ardan, rasanya Taavi bisa kehilangan kontrol dirinya setiap kali melihat tubuh atas Ardan yang terekspos tanpa malu.

Hanya saja dia tidak yakin. Apakah Ardan yang polos mengerti tentang semua itu? Apakah dia tahu artinya jika mereka melakukan hubungan seks? Dan apakah Ardan menginginkannya juga seperti dirinya?

Taavi sungguh meragukannya. Karena setelah cukup waktu tinggal bersamanya, Taavi tahu betul kalau Ardan adalah makhluk halus yang sangat polos jiwa serta pikirannya. Dia benar-benar seperti balita.

Setelah cukup meyakinkan diri, Taavi menarik dirinya menjauh dari tubuh Ardan dengan ekspresi meringis.

Yang malah membuat Ardan langsung menyimpulkan kalau Taavi memang sedang kesakitan.

Jadi bukannya berdiam diri di tempatnya, Ardan malah beringsut semakin menempel pada Taavi dan mengabaikan HP yang masih tergeletak menyedihkan di lantai.

If I Ruled The World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang