“Suo Er berhenti main games. Kemari makan dulu!”
Wang Yibo berjalan ke arah dapur, mengejutkan Xiao Zhan yang tengah menyiapkan masakan dengan memeluk erat dari belakang. Kepalanya menyusup di antara perpotongan leher Xiao Zhan, kemudian menghirup dan membubuhkan kecupan-kecupan singkat beberapa kali hingga membuat si empunya merasa risih.
“Aku memanggil Suo Er, kenapa kau yag muncul Presdir Wang? Pula, berhenti mengganggu dan biarkan aku menyiapkan makanan dulu.”
“Aku merindukanmu, Xiao Zhan.” Wang Yibo justru semakin memeluk erat pinggang Xiao Zhan. Mendekap tubuh ramping itu seolah tak ada hari esok lagi.
“Bullshit!” sergah Xiao Zhan berusaha melepaskan diri dari dekapan Wang Yibo. “Kau sudah memelukku semalaman penuh, tapi masih bisa bicara begitu? Sungguh omong kosong sekali Presdir.”
“Tidak, aku benar-benar mengatakan yang sesungguhnya Xiao Zhan.”
“Bullshit.”
“Sungguh~”
Suo Er memutar bola matanya malas. Baru saja menginjakkan kaki di area ruang makan dan dapur, tetapi mata suci dan polosnya sudah dinodai oleh kelakuan ayah dan selingkuhannya. Sembari memasang raut datar, dia berdeham ringan. Membuat dua pria dewasa yang tengah bercumbu mesra itu segera melepaskan diri.
“Ekhem!”
“Oh! Suo Er, Sayang~ Sini, duduk sini.”
Xiao Zhan mendorong Wang Yibo, kemudian berjalan ke arah Suo Er yang masih berdiri diam di ambang pintu dan membawanya untuk duduk di kursi. Satu piring roti panggang dan telur gelung, semangkuk sup rumput laut juga segelas susu tersaji di hadapan Suo Er. Sementara Wang Yibo kursi samping kanan, bersisian dengan Xiao Zhan yang baru saja mendudukan diri.
Tiba-tiba Suo Er terdiam. Sepasang maniknya mengamati Wang Yibo dan Xiao Zhan bergantian, mengamati lekat-lekat bagaimana Xiao Zhan yang dengan telatennya melayani Wang Yibo. Menyiapkan sendok dan sumpit, juga mengambilkan sup. Melihat itu, Suo Er merasa bahwa inilah yang dia inginkan selama ini. Sebuah mimpi dan keinginan sederhana yang tidak pernah terjadi sejak dirinya kecil hingga sekarang.
Kedua sudut bibirnya perlahan tertarik ke atas, membentuk senyum simpul disertai manik yang berkaca-kaca. Meskipun melihat dua pria bersama dan bermesraan seperti itu tampak aneh awalnya, tetapi sekarang Suo Er tidak begitu memedulikannya.
Baginya, melihat sang ayah yang tersenyum cerah dan tampak ceria adalah kebahagiaan tersendiri. Apalagi belakangan, sang ayah menjadi lebih peduli dan perhatian. Itu membuat Suo Er akhirnya merasakan hangatnya sebuah keluarga.
“Suo Er! Kenapa melamun? Cepat makan, setelah ini mandi dan siap-siap. Sekarang sudah jam tujuh, kau bisa telat masuk sekolah nanti.”
Dengan senyum merekah di bibir, Suo Er mengangguk antusias. Ini adalah salah satu yang dia impikan juga. Kata-kata semacam ini awalnya hanyalah angan belaka, sosok yang diharapkan untuk mengucapkan kalimat tersebut---sang ibu kandung, Dilireba---bahkan tidak pernah menampakan batang hidungnya setiap pagi menjelang. Namun sekarang, hatinya merasa bungah.
Bisa dikatakan Xiao Zhan seolah dapat menggantikan peran sosok yang Suo Er idamkan.
“Suo Er, nanti ayah tidak bisa mengantarmu ke sekolah.”
Seperti biasa, dan Suo Er tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi pula ada Bi .... Suo Er terpaku sesaat. Dia baru ingat kalau sekarang sedang tidak di rumah, tetapi di apartemen Xiao Zhan.
“Tenang saja. Mulai sekarang shushu yang akan mengantar dan menjemput kalau ayah Suo Er sibuk.”
“Benarkah?” serunya bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Temptation [✓]
أدب الهواةKarena terus-terusan ditanya 'kapan menikah?' oleh sang ibu dan dipaksa untuk menghamili anak orang untuk mendapatkan cucu akhirnya Xiao Zhan mencoba mencari pasangan dan memberikan cucu untuk ibunya dengan caranya sendiri. Dia bertekad menggoda da...