“Kalau Luhan kembali, apa kau akan membuangku?”“Aku tidak berharap dia kembali.”
Xiao Zhan kembali teringat akan kalimat yang pernah dia tanyakan dan jawaban Wang Yibo saat itu. Terhenyak sesaat, menghempaskan punggung pada sandaran kursi selagi berpikir. Apa yang Wang Yibo harapkan sepertinya sudah terkabul. Luhan, tidak akan pernah kembali.
Ya, tidak akan pernah.
***
Drrttt! Drrtt! Drrtt!
Xiao Zhan melongok malas ke arah ponselnya, mengernyitkan dahi saat melihat nomor asing yang tertera pada layar. Xiao Zhan menegakkan punggung, meraih ponsel dan menerima panggilan tersebut. “Hallo,” sapanya dengan nada dan raut wajah datar.
“Malam ini, bisakah kita bertemu.”
“Siapa?” Xiao Zhan kekeh menanyakan identitas si penelpon.
“Ini aku Dilireba. Nanxin Road XII, Carebaer Cafe, pukul delapan. Aku tunggu.”
Tanpa sempat menyahuti, panggilan sudah ditutup secara sepihak. Xiao Zhan menghela napas kasar, kembali menghempaskan punggung dan berujar dalam hati. Siapa sangka akan secepat ini? Dilireba, jangan kau pikir aku akan diam saja. Aku bukan Luhan. Aku Xiao Zhan, dan aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
Jika pertemuan ini awal dari pertempuran, maka itu salah. Xiao Zhan yang sudah memulai pertempuran ini, itu artinya dia harus menyelesaikan dan membereskan semua hingga bersih.
Dengan langkah tegas dan arogan, Xiao Zhan memasuki sebuah kafe tempat Dilireba membuat janji. Tidak ada ketakuatan atau kegelisahan yang dirasakannya sekarang, yang ada hanya semangat menggebu-gebu yang tersembunyi di balik kacamata hitam dan penampilan menawan.
“Atas nama Nona Dilireba.” Xiao Zhan mengulas senyum tampan pada seorang wanita di balik konter yang tersipu.
“Mari Tuan, sebelah sini.”
Seorang pria tampan berseragam menyambut dan menggiringnya ke area private room. Berhenti di depan pintu bertuliskan angka 33 dan berkata, “Silahkan, Tuan. Nona Dilireba sudah menunggu Anda.”
“Terima kasih,” sahutnya tanpa lupa mengulas senyum cerah hingga matanya menyipit.
Clekk!
Begitu pintu tertutup, Xiao Zhan disambut oleh wanita berbalut gaun merah menyala yang duduk tenang memainkan ponsel. Sosok itu menolehkan wajah ke sumber suara, bangkit dan tersenyum simpul. Bukannya tampak manis dan ramah, senyum itu justru tampak seperti seringai setan di mata Xiao Zhan.
“Hai, aku pikir kau tidak datang,” sapanya.
“Mana mungkin aku menolak undangan makan malam istri dari priaku.”
Kata ‘priaku’ rupanya menyulut api kekesalan dalam diri Dilireba. Senyum simpul yanng tersemat beberapa detik yang lalu seketika lenyap tergantikan oleh raut bengis dan sorot mata sinis. “Apa kau benar-benar tidak tahu malu seperti ini? Yang kau sebut ‘priaku’ itu adalah suamiku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Temptation [✓]
Fiksi PenggemarKarena terus-terusan ditanya 'kapan menikah?' oleh sang ibu dan dipaksa untuk menghamili anak orang untuk mendapatkan cucu akhirnya Xiao Zhan mencoba mencari pasangan dan memberikan cucu untuk ibunya dengan caranya sendiri. Dia bertekad menggoda da...