Libur seperti ini, yang Taufan lakukan pastinya menghabiskan waktu bersama keluarganya. Oh, tak lupa mencari perhatian dari sang istri.Taufan merasa akhir-akhir ini perhatian untuknya diberikan pada anak ketiganya yang sekarang sudah menginjak usia empat bulan. Sudah cukup lama sekali Taufan tidak dipeluk atau dimanja oleh istrinya itu.
"Tcih, kalo bukan anak, udah kujual di pasar gelap!" Ujarnya tepat di sebelah putranya yang sedang menyusu pada ibunya. "Heh, omonganmu, Taufan." Yang tentunya langsung mendapat teguran dari sang istri.
Kesal Taufan tuh. Setiap malam juga ia sudah jarang memeluk istrinya karena bayi empat bulan itu sering kali terbangun dan meminta kehangatan dari [Name].
"[Naaaameee]!"
"Apa? Kamu mending main sama Hali sana, Beliung akhir-akhir ini gak mau main sama Hali, dia bilang mau belajar. Katanya, dia udah kelas satu SD, sudah besar, gak boleh banyak main. Ya, syukur sih dia rajin belajar, tapi dia masih anak-anak, tau. Jangan sampe dia gila belajar kayak Solar."
Taufan mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya ia melirik ke arah putranya yang nomor dua tengah telentang dan diam saja, seperti telah dibunuh oleh kebosanan.
Taufan paham perasaan anaknya itu. Ia juga tipe orang yang mudah dibunuh oleh kebosanan.
"Gak, ah. Itu anaknya lagi anteng, paling juga nanti dia ketiduran. Entar aku tinggal angkat ke kamar terus selimutin, deh."
Setelahnya, kepalanya ia taruh di bahu [Name], matanya sesekali melirik pada bayi yang masih asik menyusu pada istrinya. Tapi, tak lama bayi itu juga balik menatap ke arah dirinya. Membuat Taufan kebingungan.
"Kenapa natap Papa kayak gitu? Mulutnya nempel di Bunda tapi matanya natap Papa kayak gitu. Gak sopan kamu!"
Sejujurnya, Taufan iri---dan cemburu. Ia juga mau dimanja oleh [Name].
"Shh, nanti dia gak tidur, Pan."
Sabar, [Name] itu sabar.
"Halah, udah minum susu segentong juga, kok masih gak tidur-tidur, sih? Bunda cape, tau. Punya Bunda lama-lama sakit, loh."
"Kamu kenapa jelas banget ngomongnya."
"Itu udah kusensor dikit, tau!"
Taufan menatap sinis bayi yang ada di dekapan [Name], matanya seolah berkata 'lepasin, aku juga mau.' pada sang putra.
"Duuuh, Haize cucu Kakek Amato yang paling ganteng! Lepasin, dooong. Papa juga butuh kasih sayang Bundaaa. Itu Bunda kesakitan."
Seolah mengerti perkataan Taufan, putranya itu langsung berhenti melakukan aktivitasnya tadi. Ia menatap papanya lekat sebelum beralih menatap bundanya dengan ekspresi murung juga khawatir, membuat Taufan langsung menutup mulutnya shock,
"Astaga, [Name]! Dia paham omonganku!"
Taufan langsung merangkul [Name] bahagia, berbeda dengan [Name] yang dirangkul, ia memutar malas bola matanya dan menyiku perut Taufan dengan kuat.
"Ije masih haus, Fan. Kamu mending minggir. Tuh, Hali udah tidur tuh. Angkat sana ke kamar. Daripada ngerusuhin Ije."
[Name] langsung berdiri, ia menunjuk sang anak kedua dengan jarinya, menyuruh suami tukang cari perhatiannya itu mengangkat anaknya ke kamar. Setelahnya, dia pergi menaiki tangga menuju lantai tiga, di mana itu lantai yang isinya empat ruang tidur.
"Ugh ... Ije mulu! Upan kapan!?"
Aduh, [Name] ingin minggat, deh. Suaminya ini kenapa masih bertingkah seperti anak kecil, sih? Padahal sudah memiliki tiga anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
caper; b. taufan [√]
Fanfiction❛❛BoBoiBoy Taufan x Reader❜❜ 𝘛𝘢𝘶𝘧𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘪𝘩, 𝘯𝘢𝘴𝘪𝘣 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘪𝘳𝘪𝘴 𝘣�...