02. anniversary

2.4K 323 41
                                    


Hari ini anniversary pernikahan mereka yang kedua, niat hati Taufan, dirinya ingin pergi kencan bersama sang istri tercinta yang gengsinya setinggi langit.

Masalah Beliung, Taufan berencana menitip Beliung pada Gempa. Biasanya sama Beliung si kakak sepupu, sih. Tapi terakhir kali Taufan menitipkan anaknya pada mas Beliung, ada suatu kejadian yang membuat istrinya takut menitipkan si anak pada mas Beliung lagi.

"[Name], jalan yuk!" ajaknya. Pakaiannya sudah sangat formal sekarang, seperti CEO muda yang masih single di novel atau film-film gitu, loh.

"Gak." Tanpa babibu, ajakan Taufan itu langsung ditolak mentah-mentah. Bahkan kelihatannya saja [Name] terlihat tak berpikir terlebih dahulu, langsung menolak.

"Issh kenapaaa?? Kan ini hari penting, kita! [Naaameee], tahun kemarin kita cuma night drive aja, loh. Tahun ini kita selipin date, dong. Kamu sebenarnya mau, kan? Gengsi aja tapi."

"PD banget, lo."

"Ya kalo gitu kenapa!? Masa Upan udah rapi malah ditolak mentah-mentah gitu."

"Haish, irit Pan, iriiit. Kalo kita date, pasti kamu ngajak ke restoran mahal yang cocok buat jadi tempat romantis gitu, kan? Aku, sih ogah! Daripada makan disitu, mending makan di rumah. Uang buat kita makan disana bisa  dikasih atau sedekah ke orang yang lebih butuh, gitu. Irit dong, Pan."

Itu cuma alasan palsu, sih. Alasan aslinya [Name] cukup malas untuk mengganti baju dan keluar rumah. Apalagi kalau hari penting seperti ini, pasti Taufan akan menyiapkan gaun untuknya, atau malah sudah?

"Ya tapi, kan—Upan juga pengen gitu ngerayain anniversary yang romantis kayak orang-orang gitu."

Pria biru ini kecewa ketika istrinya memberi jawaban seperti itu padanya. Padahal ia sudah reservasi tempat, sudah membelikan gaun yang sangat ingin ia lihat istrinya memakai gaun itu. Toh juga gajinya itu dua digit, kenapa harus irit-irit sekali? Setidaknya itu yang ia pikirkan ketika ditolak.

"Gak mau pokoknya."

Taufan semakin cemberut. Namun sebuah ide cemerlang tiba-tiba lewat di otaknya.

"Ya sudah. Tapi aku udah rapi gini ... aku ajak jalan Kak Kuputeri aja, deh. Katanya juga Kak Kuputeri lagi lua—"

Brugh.

"Tunggu, ayo kita jalan. Mana gaunnya?"

Senyumlah itu makhluk biru.

"Ututuuu sayang [Name], deh! Gaunnya ada di kamar. Beliung nanti aku yang urus, nanti ku titip ke Gempa. Cepet ganti baju sana, Yang! Aku tunggu di mobil bareng Beliung."

Dasar Taufan. Ia tahu sekali jika [Name] itu cukup cemburuan, apalagi jika berkaitan dengan Kuputeri.

Soalnya dulu Taufan cukup dekat dengan kakak kelasnya yang satu itu. Sampai [Name] merasa tersaingi, padahal Kuputeri tak punya rasa dengan Taufan, ia hanya menganggap Taufan sebagai adiknya atau malah anaknya.

———— ✧ :-

Mata Taufan sedari tadi tak bisa berhenti melirik ke arah [Name] yang terlihat anggun malam ini dengan gaun merah yang sudah ia siapkan untuk kencan mereka.

Bahkan sampai makanan mereka datang pun, Taufan tetap memandangi [Name] yang sudah mulai memakan makanannya.

Pria itu juga memesan ruang VIP dimana di dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan [Name]. Sengaja, ia hanya ingin menikmati kecantikan [Name] seorang diri saja. Tak mau berbagi dengan yang lain.

"Makan, Fan."

"Nanti, aku lagi liat bidadari."

[Name] mengerutkan alisnya. Bidadari mana yang ia maksud? Sekarang, kan, hanya ada mereka berdua. [Name] satu-satunya wanita yang ada di ruangan ini.

caper; b. taufan [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang