07. nama

1.7K 255 81
                                    


Suara bayi menangis terdengar di satu ruangan, [Name]―wanita yang baru saja selesai melahirkan―menghela napasnya lega.

Anak ketiganya telah lahir, lahir dengan sehat dan selamat. Gendernya ... laki-laki, lagi.

Ya sudahlah, ya. [Name] haha hehe aja. Pasrah aja kalau habis ini jadi lebih sering diserang sama Taufan. Ini sangat mendukung Taufan untuk membuat tim sepak bola.

Terlihat dari wajahnya sekarang, Taufan nampak begitu bahagia menyambut kelahiran anak laki-laki ketiganya.

"Jagoan lainnya Papa keliatan semangat banget jalanin hidup!"

Gak tau aja itu anaknya dari tadi nangis karena punya bapak kayak Taufan dan sudah memikirkan betapa kejamnya dunia.  /heh

Taufan melirik [Name] yang sudah mandi keringat setelah melahirkan anak ketiganya. Astaga, ia hampir lupa dengan [Name] karena terlalu senang dengan kelahiran anaknya.

Segera pria itu mendekat ke arah [Name], memberinya sebuah kecupan di kening dan memeluknya erat dari samping.

"Makasih, [Name]. Kali ini juga, kamu kuat banget! Kamu punya nyawa sembilan, ya?"

"Iya."

Entah iya nya itu maksudnya "sama-sama." atau iya yang "iya, sebenarnya aku kucing."

"Kamu mau sesuatu?"

"... Aku mau mandi, Fan. Aku gak betah keringatan begini tapi―"

[Name] melirik bayi yang ada di dekapannya, ia sedikit mengukir senyum cantiknya pada sang bayi yang sudah berhenti menangis.

"―ah, gak jadi. Aku betah keringetan begini."

"Habis ini kamu pindah ruangan, Beliung sama Hali udah gak sabar juga mau liat muka adek barunya. Sekarang mereka lagi main sama Istrinya Blaze. Iya, Blaze tadi ke sini bareng keluarganya."

"Terus kamu jadiin Blaze tempat penitipan Beliung sama Hali?"

"Hehehe," Taufan hanya cengengesan dengan wajah tak berdosanya. Ia menunjukkan jarinya yang membentuk huruf V.

"Kan aku harus nemenin kamu selama proses tadi. Kamu gak tau aja aku takut banget pas kamu keliatan pasrah. Kamu dikit-dikit jangan pasrah, lah! Aku tuh panik tau kalo udah liat muka pasrah tapi kesakitanmu."

"Mukaku kan emang begitu...."

"Ya tapii, tiap nemenin kamu proses lahiran entah itu pas Beliung, Hali, atau sekarang, aku itu selalu deg-degan tau! Apalagi pas kamu tiba-tiba gak ngeremes tanganku. Tiba-tiba tanganmu lemes, lemah gitu. Apa gak panik aku!? Panik, lah!"

Takut banget Taufan, jangan sampai kisahnya sad ending seperti Glaci―ups, enggak.

"Aku kan juga ada batas tenaga, Fan. Ya kali aku kuat terus-terusan ngeremes tangan kamu atau jambak rambut kamu."

Sekedar info, saat lahiran Hali, [Name] jambak rambut Taufan karena sesakit itu. Apalagi si Hali ngumpet, gak mau keluar. Pasrah banget waktu itu [Name].

"Sudah ada nama buat kali ini?"

"Hum ... aku pengen pake nama Gempa, tapi takut pas dikabarin namanya, nanti Gempa jantungan kayak Bang Hali pas tau aku namain anak kedua kita itu Hali. Aku inget banget waktu itu Bang Hali shock bukan main, tapi habis itu mereka berdua malah jadi kayak bestie, Hali kayaknya ponakan favorit Bang Hali."

"Kamu kenapa suka banget ngecopy nama saudara sendiri, sih?"

"Ya biar keren aja, gitu!"

[Name] cuma bisa geleng-geleng kepala, dia sedang lelah, tak ada tenaga untuk menghadapi Taufan saat ini. Biarlah, terserah apa kata Taufan saja.

"Aku pindah ruangan dulu, Fan." ucap [Name] begitu melihat empat orang suster masuk ke dalam dan kelihatannya ingin memindahkan dirinya.

"Iya, Sayaang."

―――― ✧ :-

"Sudah ada nama?"

"Sudah, dong! Dijamin kamu bakal suka sama nama kali ini, [Name]."

Aduh, perasaan [Name] tak enak. Ia merasa dirinya akan dibuat emosi, bukan suka. Tingkah Taufan kenapa ada-ada aja, sih?

"Apa?"

"Amato―"

Nah, kan. Feeling [Name] emang gak pernah salah. Tau udah dia kelakuan Taufan gimana. Kalau ada tenaga, [Name] udah lempar benda berat ke Taufan.

"Taufan...."

"Kenapa!? Itu bagus tauu, tadi Blaze malah mau namain Petok. Kamu mau anak kita nanti masuk kawanan ayam?"

"Ughh ... udah, deh! Kali ini biar aku yang kasih nama. Kamu ngaco mulu, cukup Hali sama Beliung aja yang jadi hasil ngaco-mu. Yang ini jangan, seterusnya juga jangan."

[Name] juga lama-lama kesal dengan Taufan, nama anaknya gak bener. Kopirek semua.

"Terus kamu mau namain apa? Waktu itu aku sempet liat nama yang bikin aku tertarik, tapi aku gak yakin kamu bakal suka."

"Memangnya apa?"

"... Um, Haize."

"Walah, bisa nyari nama juga kamu. Nemu di mana?"

"Di kertas kerjanya Bang Hali...."

Kertas kerjanya Halilintar gudang nama. Waktu itu Blaze nyari nama buat anaknya juga dapet dari kertas kerjanya Halilintar.

"... Astaga, Taufan."

"Tapi artinya bagus tau! Pas aku coba cari tau, artinya itu angin. Dari bahasa Basque."

"Jauh banget kamu sampe ke bahasa Basque."

"Demi anak, apa yang enggak, sih?"

"Berisik. Kamu disuruh cebokin Hali aja malah kabur, banyak alasan. Gitu ngomong demi anak. Halah, bullshit."

Taufan ketawa aja. Soalnya itu emang fakta, mana bisa dia nolak fakta.

"Jadii? Deal, nih?"

[Name] nampak berpikir sekali lagi, kalau ia pikir-pikir, Haize lebih baik daripada Amato, nama bapak mertuanya. Bayangkan saja jika ia berkunjung menemui Amato lalu memanggil anaknya, "Amato!" eh yang noleh malah si bapak mertua.

"Yah, boleh. Terserah kamu, Fan. Aku capek, ngantuk. Atur aja, deh."

Sebuah kesalahan besar kamu meminta Taufan untuk mengatur semuanya sendirian, [Name].

___________

DEMII APAAA UDAH 2023, ih tp masih terasa di 2022. Jshshs kembang apinya tadi malem ga banyak, padahal aku nungguin banget.

Sudah siap masuk sekolah kah yang masih sekolah? 😔

Btw anaknya mbak nem udah lahir lagi ajaaa, cowok lagi 🥰🥰 semangat mbak nem, tapi tenang. Anak ketiga nya mbak nem itu kalem banget kayak mbak nem.

Makanya, sama taufan diajarin cara jailin orang biar ga kalem, tapi anaknya malah nangis terus ngadu ke nem.

Tenang, anak ketiganya ini selalu memihak nem bagaimanapun keadaannya. Dia itu paham, bunda nya udah ngelahirin dia, ngandung dia, makanya dia ga boleh durhaka ke bunda nya. Tapi kalo ke papa, durhaka dikit gapapa kali, ya. /heh

See u nanti malem di book sebelah!

caper; b. taufan [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang