CHAPTER 4

153 11 0
                                    

Aku memberontak hebat, bahkan mencoba menjambak rambut Zander sekuat tenaga. Namun, jemarinya malah justru bergerak liar merayapi paha.

Tanganku berusaha sebisa mungkin menghalanginya. Lumatan lelaki itu justru makin menggila. Ditambah lagi, bibirnya kini mulai merayapi bagian leher.

Saat aku bersiap membuka mulut untuk berteriak. Ia kembali menyumpalku dengan bibir serta lidah yang bermain liar. Kakinya bahkan mulai bergerak lincah membuka pangkal paha.

Tak lama kurasakan jemarinya memasuki bagian bawah rok, menelusuri sisi paha, hingga menyelusup ke dalam celana. Pekikanku tenggelam dan tertahan dalam lumatan bibir serta amukan lidah Zander.

Aku panik dan segera berpikir ingin menggigit sekuat mungkin bibir atau lidah bajingan itu. Namun, sialnya, ia sudah lebih dulu melepaskan diri dariku.

Napasku terengah-engah saat menegakkan punggung, menghadapinya dengan tatapan penuh kemarahan. "Kau memang iblis! Tak tahu malu! Bajingan! Keparat!"

Ia hanya mengedipkan mata. "Itu baru awal, Little Pet. Pikirkan apa yang kukatakan tadi. Aku serius." Wajahnya kini mendadak berubah dingin, tanpa seringai. Rahang lelaki itu bahkan mengeras. "Percayalah, aku bisa melakukan lebih dari itu, lagi, lagi, dan lagi."

Aku berusaha mengatur napas sekaligus menenangkan jantungku yang berdetak cepat tak beraturan. Kutatap belakang punggung Zander saat ia berbalik dan melangkah menuju pintu.

Dia membuka pintu dan menutupnya tanpa menoleh lagi. Tinggallah aku mengempaskan tubuh yang terasa lemas ke kasur kembali.

***

"APA?!"

Kujauhkan ponsel beberapa detik saat Luciana memekik histeris dari seberang sana sebelum menempelkannya kembali ke telinga. "Sungguh takdir yang gila, bukan? Perenggut kesucianku adalah adik calon tunanganku."

"Astaga, Lea. Lalu, kau akan bagaimana?"

Aku mengembuskan napas perlahan. Mataku memejam. "Entahlah, Lulu. Aku sebenarnya ingin menolak perjodohan ini, tetapi melihat sikap Z itu, aku malah ingin melawannya. Aku bahkan tak yakin bisa menolak perjodohan dengan Zane jika melihat antusias Mom dan Dad tentang calon menantunya yang terlihat sempurna itu."

"Kau sudah mengenal Zane?"

Mataku kembali membuka. "Tentu saja belum. Ini pertama kali aku bertemu dengannya. Aku hanya melihat dari sikap Dad dan Mom yang sangat memuja Zane, ditambah lagi dengan dukungan Tuan Nathan selaku papanya, tentu saja bisa kuyakini Zane sosok yang jauh lebih baik daripada adiknya itu."

"Jika memang demikian, aku mendukungmu untuk bersama Zane. Dengar, selama kau bisa membuatnya menempel padamu, Zander akan merasakan siksaannya. Itu jika ia benar seperti yang kau bilang tadi, besar kemungkinan Zander menyukaimu."

"Jadi, menurutmu aku harus mendekati dan memikat Zane?" Aku teringat sesuatu. "Ah, tapi aku sudah melakukan kebodohan dengan memberinya ancaman sebelumnya saat salah mengira bahwa ia adalah Z. Menurutmu, dia akan percaya jika aku menyetujui perjodohan dan beralasan mendekatinya karena suka?"

"Lelaki kadang bisa menjadi idiot saat berhadapan dengan gadis yang sangat mereka sukai. Aku yakin, dia akan mempercayaimu jika kau bisa meyakinkannya dengan serius."

Aku memilin-milin beberapa helai rambutku dengan telunjuk beberapa saat. "Baiklah, aku akan mencobanya."

"Semoga berhasil!"

"Ya. Kuharap begitu. Dengar, aku harus pergi. Sepertinya Mom memanggilku. I'll give you a ring again later."

"Baiklah. Kabari aku kapan saja."

WILD AND CRAZY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang