CHAPTER 36

58 6 0
                                    

Mataku ditutup sepanjang perjalanan. Jantung berdetak kencang tak karuan. Yang bisa terpikirkan saat ini adalah aku dan Luciana telah diculik dan sedang dibawa ke suatu tempat.

Siapa mereka? Kecurigaanku mengarah pada Nyonya Black atau kelompok The Wild. Namun, untuk alasan apa? Kenapa mereka juga menculik Luciana?

Bagaimana ini? Tanganku berusaha perlahan dan diam-diam meraba, mencoba meraih ponsel di saku jin. Namun, sebuah cekalan kuat menciutkan nyali seketika.

"Jangan bergerak atau mencoba melakukan apa pun, kecuali kau mau kami melakukannya di sini."

Aku sontak menggeleng cepat. "Tidak, jangan sakiti kami. Kalian mau apa? Di dompetku ada sedikit uang. Ambil saja."

"Kami tak butuh uangmu. Diamlah."

Sunyi. Aku menutup rapat mulut meski menjerit dalam hati. Bagaimana ini? Apa yang akan terjadi?

Aku hampir tertidur saat mobil terhenti. Terdengar gerakan suara pintu garasi. Seseorang menarikku keluar. Kudengar Luciana memaki.

"Keparat! Siapa kalian?! Lepaskan kami!"

Penutup mataku dibuka. Aku melihat wajah-wajah mereka yang asing. Kulihat ada yang berwajah asia, berkulit hitam, hispanic, dan sisanya berkulit putih khas Eropa.

Aku dan Luciana dipaksa berjalan, didorong dari belakang. Mereka seakan menggiring kami menuju suatu tempat. Lantai dan dinding lorong terlihat tebal oleh lapisan karpet hitam. Sepatu-sepatu tak berbunyi saat menginjak dan melaluinya.

Kami berjalan menuruni tangga, melangkah lagi sebelum berhenti di depan sebuah pintu. Seorang yang berkulit putih mengetuknya.

Seseorang membuka pintu dari dalam. Kami kembali didorong masuk. Di sana, seorang wanita tengah duduk membelakangi di sebuah kursi tebal dan besar. Hanya asap yang terlihat menandakan ia tengah merokok.

"Target utama telah kami bawa, Nyonya."

"Bagus. Urus sisanya," ucap wanita di balik kursi tebal dan besar.

Sekelompok lelaki lainnya memberi hormat sebelum pergi meninggalkan ruangan. Dua orang bertubuh kekar berotot berumur sekitar dua puluhan tampak mendekati wanita itu, memutar kursinya menghadap ke arahku dan Luciana.

"Oh, ada dua?" Ia mengerling tajam ke seorang lelaki berkulit putih. "James, bukankah aku hanya meminta satu itu saja. Kenapa kau membawa dua?"

"Kami tak mau meninggalkan saksi mata, Nyonya."

"Hmm, baiklah. Mungkin dia juga akan berguna."

Siapa dia? Wajahnya terlihat seperti campuran amerika-rusia. Ia memakai busana formal serba hitam. Warna lipstiknya bahkan terlihat senada, tebal, dan gelap.

Dia memiliki rambut cokelat terang keriting gantung sepanjang bahu. Alisnya tebal melengkung di atas sepasang mata biru.

Diakah Rose, si Nyonya Black? Ia terlihat cantik menawan untuk ukuran seorang wanita tua. Tubuhnya pun tampak proporsional.

"Selamat datang, Kalea Jones. Maaf atas kekasaran anak buahku saat mengundangmu ke sini."

"Kau Rose?" tanyaku tanpa basa-basi, yang disambut dengan tawa renyah oleh wanita itu.

"Kenapa kau membawa kami ke sini?!" sergah Luciana.

Wanita itu mengisap rokok dan mengembuskan asapnya kembali. "Aku hanya ingin mengundang Kalea Jones untuk melihat pertunjukkan spesial."

"Pertunjukkan apa?!" sahut Luciana gusar.

"Kalian akan melihatnya nanti." Ia pun mengibaskan tangan di udara seakan memberi kode.

WILD AND CRAZY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang