CHAPTER 13

90 7 1
                                    

"Mandi sekarang dan ganti pakaianmu, Lea! Ini perintah!"

Aku menoleh sejenak sebelum menghempaskan tubuh ke ranjang. Masa bodoh dengan Zander. Dia pikir bisa mengaturku seenaknya?

Tiba-tiba Zander menghampiri dan menarik kedua lengan dan menaruhku di bahunya, lalu mulai melangkah pergi. Aku sontak memberontak.

Ia masuk ke kamar mandi, lantas menaruh aku di bak. Dia menyalakan pancuran, lalu memegang selang shower, menyiramkannya ke tubuhku tanpa peduli pekikan protes yang kulontarkan saat lelaki itu menggunakan air dingin.

Aku pun basah kuyup dan mulai sedikit menggigil. "Kau menyiramku dengan air dingin!"

"Lanjutkan mandi. Sabuni dirimu. Kau lakukan sendiri atau aku yang harus melakukannya lagi?" ancamnya.

Lelaki gila! Sakit jiwa!

Aku segera menyambar selang shower dari tangannya. "Aku akan melakukannya jika kau keluar!"

"Kenapa kau tidak menurut saat kuminta baik-baik? Aku tunggu di luar."

Ia pun melangkah ke pintu dan keluar. Dia menutupnya kembali kemudian.

Aku masih menggigil saat mencoba memutar keran air hangat. Kusabuni tubuh dan tak lupa memakai sampo yang tersedia.

Pikiranku mulai sibuk menerka-nerka apa tujuan Zander sebenarnya. Mungkinkah ia akan melakukan itu lagi padaku?

Astaga, kami bahkan sudah bercinta dua kali tadi pagi. Ingatan itu seketika membuat hasrat dan gairahku timbul kembali.

Tidak! Ini salah! Aku harus melawannya.

Usai mandi, aku mengeringkan rambut dengan handuk, lalu membalutkan tubuhku dengan mantel mandi. Saat keluar kamar mandi, kulihat Zander telah berada di tepi di ranjang.

Ia mengawasiku sambil menyodorkan gaun hitam yang ia hadiahkan. "Pakai ini."

Aku memaksa diri untuk mengambilnya. "Aku setuju untuk memakainya dengan satu syarat. Kau akan pergi setelah itu."

"Pakai." Matanya menyorot tajam.

Apa ia tak pernah kenal dengan nama kompromi? Seenaknya saja ia memtuskan sesuatu padaku! Namun, kenapa aku sulit menolaknya?

Organ intiku berdenyut, membayangkan kemungkinan ia akan mengulang kejadian tadi pagi padaku. Kupejamkan mata sebelum berbalik, menuju kamar mandi kembali.

Kukeringkan rambut beberapa saat dengan alat pengering, lalu mengenakan gaun hitam yang ia hadiahkan. Aku menaruh mantel mandi di gantungan dekat handuk sebelum keluar kamar mandi.

Ia mengamatiku begitu aku melangkah menuju ranjang. Aku bisa melihat ada gairah di matanya.

Jantungku kembali berdebar, menebak, dan membayangkan apa yang akan dia lakukan. Aku menahan napas saat melihat dia bangkit serta mendekati perlahan.

Matanya terus memandangi aku dari atas ke bawah tanpa kedip. Ia mengulurkan tangan, menyentuh belakang leherku.

"Kau seksi saat memakai gaun hitam, Lea."

Baiklah. Aku belajar dua perbedaan di dirinya. Ia terlihat manis saat menyebut namaku. Dia terkesan ganas, liar, dan gila saat memanggilku 'Little Pet'.

"Kau tak bisa memperlakukan aku seperti budak seksmu, Zander," ucapku lirih. "Aku bukan boneka yang bisa terus kau permainkan."

"Itu mudah, Lea. Batalkan rencana perjodohan dengan Zane. Katakan pada orang tua kita bahwa akulah yang kau inginkan."

"Kau pikir bisa semudah itu, lalu semua akan berakhir dengan baik?"

"Tidak ada keputusan tanpa konsekuensi, Lea."

"Kau sendiri belum tahu apa perasaanmu kepadaku!"

"Itu tak penting. Yang penting, aku menginginkanmu. Selalu. Aku bahkan ingin kau menikah denganku. Kau yang tak mengerti tentang perasaanmu sendiri terhadapku."

Ia menelengkan kepala. "Selain kau mulai menikmati saat bercinta denganku, apa kau tak punya perasaan sama sekali terhadapku? Jawab! Kau masih membenciku? Katakan!"

Ya, apa yang kurasakan sebenarnya? Cinta? Nafsu?

Zander mendengkus. "Fine. Apa pun itu, aku tak peduli. Aku akan melakukannya kapan pun aku ingin."

Aku tersentak saat tubuhku tertarik ke arahnya dan dalam sekejap ia menyatukan bibir kami. Awalnya kucoba melawan, tetapi kemudian seiring keterampilan bibir Zander, hasrat dan gairah pun muncul.

Tubuhku mulai bereaksi di luar kesadaran. Aku mulai membalas lumatannya. Kami saling memagut dan mulai melepaskan pakaian.

Ia membawaku ke ranjang, merebahkan aku perlahan sambil terus mengecup dan melumat tanpa henti. Jemarinya merayapi sekujur tubuh, hingga terhenti di bagian dada.

Aku mendesah lirih, merasakan kenikmatan saat dia menyentuh, dan memainkannya dengan keterampilan bibir dan lidah. Jemariku bergerak mencengkeram rambut Zander.

Ia kembali menyerang bibir sebelum beralih ke leher sambil mengarahkan tangannya menyusuri pangkal paha, hingga ke bagian inti. Jemari lelaki itu kembali bermain di sana.

Aku mengerang dan tanpa sadar menyebut namanya. "Z ...."

Dia terus menghujani leher, dada, perut, serta paha dengan sapuan bibir dam lidah yang membara. Mata kami saling bertemu saat ia mulai memosisikan diri di atasku.

Kurasakan miliknya telah memasukiku. Aku mengerang. Ia mengentak perlahan, tetapi menekan kuat. Dengus napas kami pun mulai memacu seiring pinggul saling beradu.

Zander menghunjam semakin kuat dan cepat. Erangan dan desahan mulai memenuhi kamar, berpadu dengan dengus napas yang memacu.

Aku akhirnya mendapatkan sensasi puncak, tetapi Zander tak berhenti sampai di situ. Ia kembali menarik pinggulku mengarah sedikit ke atas, lalu kembali menghunjamkan miliknya, mengentak cepat.

Ia mencondongkan tubuh, memajukan wajah untuk melumat bibirku lagi sembari terus menghunjam tanpa henti. Tangannya pun terus bekerja profesional, merayapi dada.

Dia kembali menegakkan punggung, memegang erat pinggulku. Tanpa henti, dia terus membuat kami beradu dengan kuat.

Aku kembali mengerang, mendesah, bahkan merintih. Kewarasanku seakan telah hilang kini.

"Zander ...."

Ia makin mempercepat gerakan mengentak, membuatku hampir gila rasanya oleh sensasi dahsyat yang kurasakan. Aku bahkan tak bisa lagi mengontrol erangan dan desahanku.

Tubuh kami saling mengejang saat sama-sama mendapatkan sensasi puncak kenikmatan. Aku dan Zander sama-sama tersengal dan mendesah penuh kepuasan.

Kupejamkan mata, menyadari satu hal saat ia memelukku dalam keheningan. Aku gila. Ya, Zander sudah membuatku gila.

*** 

WILD AND CRAZY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang