CHAPTER 8

107 8 0
                                    

"Lea, lihat!" Luciana menunjuk ke luar jendela. "Langit penuh bintang. Kau mau jalan-jalan sebentar?"

"Sepertinya itu ide yang bagus."

Luciana beranjak keluar lebih dulu, tetapi langkahnya terhenti sejenak di luar pintu. Ia menoleh. "Kau seharusnya membawa suamimu ke Woodstock!"

"Hah?" Otakku memberitahu sesuatu. "Oh, ya, seharusnya." Tak berguna untuk menyesal saat ini. Aku bergegas menyusul Luciana yang telah berlari menuruni tangga lebih dulu.

"Hei, mau ke mana?" tanya Betty, melongok dari sela pintu kamarnya.

"Kami jalan-jalan sebentar melihat bintang! Aku janji tak akan pergi jauh-jauh dan akan segera kembali!"

Betty tersenyum senang. "Ya, bersenang-senanglah! Jangan sampai tersesat, Darling. Jika perlu ajak Zander untuk menemani kalian. Ia biasanya di kamarnya atau di istal!"

Itu tentu saja tidak perlu. Namun, untuk sekedar kesopanan, aku mengangguk dan tersenyum. "Tentu. Aku pergi dulu!"

Aku berlari keluar rumah dengan senyuman lebar. Belum pernah kurasakan bisa sebahagia dan selepas ini.

Rasanya aku ingin menghabiskan waktu seumur hidup di sini. Hei, apa yang kau pikirkan, Lea?! Lariku memelan dan terhenti.

Kepalaku menggeleng-geleng cepat. Pergilah, pikiran bodoh!

"Lea! Sini, lekas!" seru Luciana di arah samping. "Di belakang ada bukit!"

Ya, di sana juga ada kandang kuda dan Zander. Aku mendadak merasa gugup kembali.

Bagaimana jika lelaki itu kembali menangkap dan mempermainkanku? Oh, ada Luciana. Seharusnya aku akan aman.

Aku kembali bernapas sedikit lega sambil berlari mengikuti Luciana. Ia pun berteriak kegirangan sembari menaiki bukit.

Kulihat dia mengeluarkan ponsel dari saku jinnya. Gadis itu mulai sibuk mengabadikan pemandangan langit.

Aku mulai berjongkok, lalu duduk di tanah berumput. Angin mengibar-ngibarkan rambutku yang tergerai bebas.

"Ini moment yang tepat untuk mendengarkanmu memainkan violin, Lea. Sayang sekali kau tak membawanya."

Aku mendesah mendengar ucapan Luciana itu. Kurebahkan tubuh ke tanah rumput kemudian, menelentang memandangi bintang-bintang di langit. "Kau benar. Aku sungguh berharap bisa memainkan salah satu karya Lindsey Stirling saat ini."

"Kurasa kau bisa menggunakan milikku." Sebuah suara yang kukenal membuatku menoleh cepat ke arah kiri.

Zander melangkah perlahan sambil menenteng sebuah tas violin. Ia menyodorkannya ke arahku. "Aku mendengar ucapan Lulu tadi di atas. Memang tidak sama seperti Andrew, suamimu, tetapi kurasa bisa bekerja sesuai dengan yang kau mau."

Aku sontak menegakkan punggung sembari meraih benda itu. Kubuka dan mengambil isi di dalamnya, mengamati sejenak. Violin standar. Biasa digunakan untuk pemula yang baru belajar.

"Kau belajar violin?"

"Hmm, tapi tak cukup berbakat." Zander menatap langit. "Bisakah kau memainkan Lose You Now untukku?"

Mataku melebar. "Kau juga suka Lindsey Stirling?"

"Juga?" Ia mengerutkan kening sekilas, lalu seakan mengerti sesuatu, kepalanya mengangguk. "Ya, beberapa karyanya cukup menarik."

Aku melotot. "Cukup? Beberapa?"

"Mungkin karena aku tak maniak sepertimu." Ia mengedip sembari menyeringai.

WILD AND CRAZY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang